"Sejak—, tadi?" Balas Raka yang terdengar seperti tak yakin itu sambil menaikkan salah satu alisnya. Lana pun yang merasa canggung hanya menggaruk kepalanya dengan pelan.
Sementara Vino mulai mensejajarkan dirinya di samping Lana, sambil salah satu tangannya ia taruh ke pundak Lana juga. "Kau siapa?" Tanya Vino garang membuat Lana menginjak kaki temannya ini dengan kencang.
Raka pun mengulurkan tangannya, "Aku Raka Anggara. Dan kau?" Tanya Raka yang tak di sambut baik oleh Vino. Otomatis Raka langsung menurunkan tangannya kembali.
Lana yang melihat Vino seperti itu hanya bisa melotot kesal pada sahabatnya.
"Ah, ya! Silahkan duduk, Raka. Kurasa kita langsung makan saja ya. Karena ini sudah jam satu siang," Ucap Lana sambil mempersilahkan duduk pada Raka.
Setelah Raka duduk, Lana pun mengambil spaghetti yang sebelumnya ia taruh di dapur. Menaruh piring di atas meja, Lana pun akhirnya duduk di seberang Raka. Sementara Vino? Dia duduk di sebelah Raka.
Betul-betul mengganggu anak itu.
Tak lama mereka pun mulai makan. Vino yang tak kebagian spaghetti hanya bisa menopang dagu-nya, sambil sesekali mencomot makanannya Lana. Akhirnya Vino pun pulang ke rumahnya karena merasa di acuhkan.
Sampai menghabiskan waktu 15 menit, akhirnya acara makan pun selesai.
Raka pun bangkit berdiri setelah sebelumnya meminum air putihnya. Lana yang melihat Raka membawa piring kotor ke dapur pun langsung mencegatnya, "Biar aku saja." Kata Lana tersenyum tipis.
Raka akhirnya menyerahkan piring kotornya pada Lana, "Terimakasih buat makanannya. Masakanmu sungguh enak."
Lana yang sedang mencuci piring pun terkekeh pelan, "Hahaha, terimakasih. Tapi aku hanya bisa memasak itu saja."
Raka pun mendekat ke arah Lana, ia berdiri di sampingnya. "Tak masalah. Yang terpenting perutku sudah tak berdemo lagi."
"Kau bisa saja." Lana lagi-lagi tersenyum, "Oh ya Raka."
"Ya?"
"Sepertinya kau orang baru ya di kota ini? Karena aku tidak pernah melihatmu selama di mini market."
"Ya, kau benar." Raka mengambil piring yang sudah bersih dari tangan Lana, mengeringkannya dengan kain kecil, lalu menaruhnya di rak-rak tempat piring berada.
Kemudian dia kembali mengambil piring berikutnya dari tangan Lana, "Aku dulunya tinggal di kota Bandung. Namun aku sengaja pulang ke Jakarta, agar ketika aku ingin pergi ke makam Almarhum Ayah-ku, aku dapat dengan mudah mengunjunginya. Sehinga aku tidak perlu membuang ongkos nantinya."
Lana mengangguk, "Oh begitu. Maaf aku turut berduka. Hmm, Lalu sekarang kau tinggal dimana?"
"Aku tinggal bersama Ibu dan kakak-ku di Jaksel. Kalau dari sini, aku hanya perlu sekali untuk naik busway," Katanya membuat Lana menganggukan kepala.
Setelah menyelesaikan cuci piring. Lana membawa Raka untuk pergi ke ruang tamu. Di tangannya, Raka membawa buah-buahan yang sebelumnya sudah dipotong dan ditaruh di kulkas.
Lana pun menyalakan TV. Keduanya sudah sama-sama duduk di atas sofa.
Sambil memakan buah semangka yang dingin dan segar, Lana dan Raka pun kembali berbincang. Dimulai dari hal yang penting, sampai yang tidak penting sekalipun.
Entah kenapa Lana merasa bahwa Raka adalah pria yang ramah, baik, dan bersahabat. Setidaknya hari ini Lana cukup senang, bahwa makan siangnya dapat berjalan dengan lancar.
******
Matahari rupanya sudah tenggelam, hingga sinarnya sudah tak bersinar lagi. Oleh karena itulah sang rembulan kini yang menghias di langit malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE S*X TAPE
RomanceKalian bisa follow aku lebih dulu agar bisa membacanya. Rated: (18+) ******** Ingin rasanya Lana berkeluh kesah akan perjuangannya dalam mencari pekerjaan demi bertahan hidup. Seandainya saja ada tempat bersandar bagi Lana, mungkin gadis itu tidak m...