DI balik dinding palsu tadi, terdapat sebuah ruang rahasia yang luas dipenuhi oleh tumpukan novel romantis, majalah, dan katalog. Tetapi sebagian ruangan itu dipadati oleh sejumlah rak berisi makanan, bungkusan cemilan, deretan permen, dan lusinan kaleng minuman soda.
Tubuh Krystal seakan terbakar oleh rasa panik. Rahasia utamanya sudah terbongkar. Ruangan itu adalah satu-satunya tempat dia bisa melepaskan kegundahannya, mengubur kekecewaannya. Hanya di ruangan rahasia itu, dia bebas menunjukkan emosinya, setelah seharian berpura-pura tersenyum dan tertawa.
Seharusnya dia senang karena itu yang dilihat orang lain dari dirinya. Dia adalah perempuan yang bahagia walaupun kebahagian itu tidak terpancar jelas di wajahnya. Krystal sudah lama sadar bahwa dia tidak akan pernah menyaingi kecantikan ibunya ataupun kepribadian dinamis yang dimiliki mendiang ayahnya.
Makanan adalah bentuk kenyamanan yang bisa mengisi ruang-ruang kosong dalam kesehariannya. Krystal merasa pantas menyimpan 'harta karunnya' karena dengan begitu dia bisa bebas menikmatinya tanpa harus memedulikan apa kata orang, atau apa reaksi ibunya.
"Aku perlu waktu untuk berpikir," Kata Yoona, menggeser lapisan dinding palsu tadi dan menutup akses ke dalam ruang rahasia di belakang lemari pakaian Krystal. "Setelah itu, aku akan pergi ke Seoul."
"Kamu tidak bisa tinggal di sini. Aku akan memberikanmu sedikit uang. Kamu bisa tinggal di penginapan," Krystal mulai membalikkan tubuhnya untuk mengambil dompet, menjauhkan Yoona dari tumpukan makanannya. Tapi, seakan mengingat sesuatu, dia tiba-tiba tertegun. "Tunggu dulu, kamu mau meninggalkan kota ini?"
"Memangnya kamu tidak pernah memimpikan pergi dari perkampungan ini?"
"Mana mungkin, aku ini keturunan keluarga Jung."
"Oh, ya," Jawab Yoona sinis. "Tapi, kalau tidak salah ada majalah travel di ruangan rahasiamu?"
Sekali lagi Krystal mengarahkan jari telunjuknya ke pintu kamar. "Sana keluar." Kata Krystal berang.
"Sepertinya, kedatanganku sangat tepat," Kata Yoona, seakan tidak mendengar permintaan lawan bicaranya. "Lemari ini terlihat menyedihkan sekali, tidak ada kebahagiaan di sini."
"Setidaknya, aku tidak sedang bersembunyi di dalamnya seperti kamu."
"Masa?" Balas Yoona. "Karena aku yakin, kamu pasti mengurung diri di dalam sini dari waktu ke waktu."
Kesabaran Krystal sudah habis. "Keluar." Tunjuk Krystal untuk yang ketiga kali.
"Tidak mau."
"Aku akan telepon polisi."
Krystal takjub mendapati tamunya duduk tertawa di lemari pakaiannya, tanpa rasa bersalah. "Lalu, apa yang akan kamu laporkan?" Tanya Yoona dengan nada mengejek. "Kamu akan bilang kalau ada perempuan di dalam lemarimu dan minta agar mereka menarikku keluar dari sini? Kalau mereka menemukanku, mereka juga akan menemukan simpanan rahasiamu."
Sempat terlintas dalam pikiran Krystal untuk menerima tantangan Yoona. Tapi, tidak lama detak jantungnya berdegup keras, cepat.
Mana mungkin dia melakukan itu semua. Dia sudah cukup jadi pembicaraan orang karena tidak bisa mengikuti jejak hidup orangtuanya, badannya yang rata, rambutnya yang standar, serta impiannya untuk meninggalkan ibu yang membutuhkannya tanpa pernah menoleh ke belakang lagi, semua itu menghantuinya setiap hari. Anak perempuan yang berbakti kepada orangtua mereka tidak akan pernah meninggalkan sang Ibu, dan akan selalu merawat beliau, bagaimanapun kondisinya. Mereka juga tidak akan pernah menyembunyikan sejumlah besar permen dan cemilan di dalam lemari mereka.
"Jadi kalau aku membiarkanmu tinggal di sini, kamu tidak akan membocorkan rahasiaku kepada siapapun?" Kata Krystal. "Begitu?"
"Boleh." Kata Yoona.
"Itu namanya ancaman."
"Terserah, tambahkan saja ke dalam daftar dosa-dosaku."
"Memangnya, masih ada tempat dalam daftar dosa-dosamu?" tanya Krystal sambil mengambil sebuah gaun yang menyangkut pada gantungan baju di dalam lemari. Lalu, dia menutup pintu lemari pakaian tersebut.
Krystal pergi meninggalkan kamar tidurnya, menuju kamar mandi yang berada di ujung lorong hallway. Di sana dia berganti baju dan mengikat rambutnya yang berwarna light brown dan sedikit bergelombang dengan gaya kuncir kuda. Ketika dia kembali memasuki kamar tidurnya. Krystal menatap lemari pakaiannya untuk beberapa saat.
Pintu lemari itu tampak aman, sama sekali tidak mencurigakan, warnanya putih antik, lemari tersebut melengkapi nuansa biru yang melapisi dinding kamar Krystal.
Dibukanya pintu lemari itu.
"Kamu akan terlihat lebih cantik jika menggunakan riasan wajah." Kata Yoona.
Krystal mengangkat lengannya di atas kepala dan mengambil kardigan keberuntungannya dari rak paling tinggi, lalu menutup pintu lemari. Dia memakai kardigan tadi sambil menutup mata rapat-rapat dan mengucapkan mantra, pergilah, pergilah, pergilah.
Dia membuka pintu lemari pakaiannya lagi.
"Aku serius." Lanjut Yoona. "Maskara, lipgloss. Apa saja deh."
Krystal mendengus kesal, tampaknya kardigan keberuntungannya sedang mogok kerja hari ini. Mungkin nanti, saat dia pulang mengantar ibunya dari dokter, Yoona tidak akan menunjukkan dirinya lagi di lemari pakaian Krystal. Dulu, Krystal pernah mengenakan kardigan tersebut untuk tidur, lalu selama tiga hari berturut-turut salju putih turun dari langit di atas Kota Busan.
Krystal juga mengenakan kardigan itu di hari pertama dia bertemu Kai.
Ditutupnya lagi pintu lemari tersebut, lalu dengan tangan kanan yang masih menggenggam pegangan pintu lemari, Krystal membukanya untuk terakhir kali. Penasaran, siapa tahu dia berhalusinansi.
"Mungkin eyeliner?" Usul Yoona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Krystal The Sugar Queen
FanfictionJung Krystal adalah gadis rumahan biasa yang lebih memilih diam di rumah dan koleksi novel-novel romantis dan makanan cemilan kesukaannya. Satu lagi, Krystal terlalu banyak menahan perasaannya, terutama kepada tukang pos yang cintai diam-diam. Cerit...