Rebound

14.3K 749 136
                                    

Andra sudah meminum aspirin beberapa jam yang lalu, tapi nyeri di kepalanya masih saja bertahan. Ini pasti gara-gara hampir setiap hari dia harus kehujanan setiap pulang dari kantor. Bu Soraya yang melihat wajahnya pucat langsung menyuruh Andra untuk pulang dan segera pergi ke dokter. Tapi dasar Andra keras kepala, dia merasa di akan sembuh setelah meminum aspirin dan beberapa jam tidur siang.

Atau itulah yang sedang dilakukannya sampai ada gedoran-gedoran keras di pintu depan yang membuatnya terbangun kaget dan kepalanya semakin nyut-nyutan. Jam di dinding menunjukkan sekarang baru pukul tiga sore, itu berarti Ve belum dari tempatnya bekerja.

Dengan masih mengenakan baju kerjanya, Andra berjalan untuk membuka pintu. Biasanya dia akan menolak dengan halus salesman yang menawarinya barang, tapi sepertinya tidak untuk saat ini. Dia akan membuat mereka cepat pergi. Salahkan itu pada sakit di kepalanya. Dan diapun memasang muka terjuteknya sebelum membuka pintu.

"Apa itu ekspresi yang biasa kamu pakai untuk menerima tamu?"

Andra hanya melongo ketika tanpa dipersilahkan Keiran masuk begitu saja ke rumah kontrakannya.

"Silahkan masuk, anggap saja rumah sendiri." Ucap Andra jengkel sambil menutup pintu kembali.

Keiran berdecak pelan lalu menyeringai padanya, "sakit tidak mengurangi kemampuan sarkasmemu?"

"Tidak akan ada yang bisa." Andra berjalan menuju sofa di depan TV.

"Kamu tinggal disini dengan seseorang?"

"Iya. Kenapa? Ukuran rumah ini terlalu kecil untuk ditempati oleh dua orang? Atau bahkan kamar mandimu lebih besar dari ini?"

"Hey, kenapa tiba-tiba defensif seperti itu? Aku kan cuma bertanya."

Andra menjatuhkan kepalanya ke sandaran sofa, "maaf. Blame it to the jerk who was pounding my door, bikin sakit kepalaku tambah parah."

"Whoops." Keiran tampak bersalah,

"Aku sudah sms dan telepon tapi kamu nggak respon."

"Aku tidur."

"Kamu lapar? Aku bawa makan siang kita."

"Kita? Kamu juga belum makan?"

"Belum. Ada meeting tadi."

"Aww, kukira kamu nggak bisa makan karena nggak ada aku."

"Haha, very funny." Keiran meletakkan beberapa kantong di meja di hadapan mereka.

"Biar ku tebak, bento lagi?"

"Hey, ini premium bento yang harganya-"

"Aku tau, sekarang siapa yang defensif? Aku cuma nggak tau kenapa kamu terobsesi sama makanan dari Jepang."

"Itu... karena mereka enak."

Andra membiarkan jawaban Keiran yang sekenanya itu walaupun dia tadi melihat pria itu sedikit ragu-ragu. Memang mereka hanya baru saling mengenal selama dua minggu, tapi Andra tau kapan Keiran sedang berbohong padanya. Seperti ketika pria itu beralasan meetinglah yang membuatnya tidak bisa makan siang dan seperti barusan ketika dia bilang dia suka makanan Jepang hanya karena rasanya yang enak. Andra yakin ada alasan lain selain itu.

"Dan sekarang masih jam tiga, bagaimana bisa kamu ada disini? Kantor kan belum tutup."

"Keuntungan jadi CEO. Aku bisa pergi sesukaku."

Andra membuang nafas, cuma CEO yang bisa melakukan itu. "Jangan sering-sering melakukan itu. Aku baru saja bekerja dua minggu dan aku nggak mau kehilangan pekerjaan gara-gara CEOku malas-malasan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLINDED (My Arrogant CEO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang