#3

60 5 0
                                    

Bel pulangpun berbunyi. Neeett... nooott... neeett... nooott... dengan nada seperi 5th symphony, milik beethoven.

Aku berjalan jalan sebentar. Berusaha menghindari seluruh cowok memuakkan yang berlalu lalang dihalaman sekolah. Kami disuruh mencari ekstrakurikuler, dan setiap siswa harus memilikinya. Mau tidak mau, aku terpaksa mengikut ekstra itu.

"Basket, tidak... Pasus, lumayan tapi melelahkan... Rohis? Kelihatannya tidak terlalu buruk." Aku berlari kecil kearah mushala yang bernama "Ar-Rahman".

Tidak banyak anggota cowok disini. Aku sudah menduganya, cowok cowok sialan itu tidak akan ada yang tertarik dengan organisasi keagamaan. Walaupun ada, palingan cuma segelintir saja yang tertarik. Tanpa pikir panjang, aku mengambil lembaran datanya, dan menuliskan biodataku lalu menyerahkannya kepada ketua keputriannya.

Ketua keputtriannya, menurutku tidak terlalu buruk. Hijab yang dia gunakan terkesan membuatnya terlihat anggun, feminim dan penampilannya sangat berbeda dengan penampilan cewek cewek zaman sekarang.

Nada bicaranya lemah lembut. Sangat cocok dengan karakteristiknya yang memukau. Aku berfikir, kalau ketua keputriannya seperti ini, kenapa para cowok mata keranjang itu tidak meliriknya? Kenapa mereka tidak tertarik dengannya? Ya... itulah mereka, cowok brengsek yang hanya mempedulikan orang hanya dari penampilannya saja.

Kakak itu menyuruhku untuk duduk sebentar di mushala. Aku menurutinya, dan melihat lihat sebentar mushala yang akan menjadi tempatku berdiam diri, menenangkan diri, dan menjauhkan diriku dari para cowok sialan itu.

Namun, ternyata dugaanku salah. Rizal, cowok sialan, yang sombongnya minta ampun serta gayanya yang angkuh itu, malah memasuki mushala ini. Aku tidak tahu, apa maunya dengan masuk kedalam mushala ini. Apa untuk shalat? Atau jangan jangan...

"Ya, kamu benar, Tasya. Cowok itu adalah anggota ikhwan kita. Oh iya, ada yang mau kakak katakana. Disini, dirohis ini, kita menyebut anak cowok dengan sebutan ikhwan dan untuk kita, para cewek, menyebutnya sebagai akhwat. Jadi, terbiasalah dengan kata kata itu, oke?"

"Y-ya.. baiklah, saya akan berusaha. Oh iya Kak Intan, berapa orang anggota cowo- eh ikhwannya yang mendaftar?" dengan gugup, aku bertanya kepadanya. Dia tersenyum manis kepadaku. Kalaulah aku seorang cowok, maka aku sudah klepek klepek dibuatnya.

"Untuk saat ini, hanya yang tadi saja yang baru mendaftar. Sebenarnya sih, saat MOS dia sudah mendaftar. Dan dialah anggota satu satunya dari kelas 10." Mendengar hal itu, aku sedikit senang. Walaupun dia adalah cowok super sombong, cowok super angkuh, cowok super super apalah lagi, yang bisa aku gambarkan untuknya, dan tentu saja itu adalah hal yang negatif.

Untuk saat ini, aku merasa, tidak ada cowok yang memiliki sisi positif. Apalagi, cowok cowok zaman sekarang yang gayanya, duuuh... minta ampun deh, keterlaluannya. Namun, aku sedikit heran dengan Rizal. Kenapa dia tertarik dengan Rohis.

"Apa dia tertarik dengan Kak Intan ya? Ah, dia tidak mungkin tertarik. Mungkin, untuk mengatakan kalau dia adalah orang yang alim, mungkin..." pikirku. Namun, aku terkejut, mendengar jawaban dari arah belakangku.

"Tasya, jangan begitulah. Allah menyuruh kita untuk tidak su'uzan kepada orang lain. Lagian, mungkin dia memang tertarik dengan Rohis, karena menurut kakak dia lumayan alim kok. Jadi, bisa saja dia memang tertarik." Kak Intan mengejutkanku dari belakang. Aku termenung sebentar, dan bertanya tanya didalam diriku.

Darimana dia tahu?

"Oh iya, anggota yang akhwat dari kelas 10 sudah ada 5 orang. Termasuk kamu, jadinya 6 orang." Lanjutnya sambil mengeluarkan data beberapa anak cewek yang mendaftar di rohis.

Aku meminjam catatan itu. Kak Intan mengatakan bahwa mereka semua mendaftar serentak sebelum aku. Dan mereka semua adalah teman kelasku. Tentu saja, setelah mendengar hal itu aku segera membaca data data itu. Ya, sesuai dugaanku, mereka juga mengikutinya. Mereka juga ada disini, di organisasi yang suci ini. Mereka juga ada disini, duduk didepan pintu mushala, sembari melihat kearahku dengan tatapan menusuk. Ya, mereka adalah cewek murahan yang ditolak mentah mentah, dari cowok super sombong dan angkuh itu.

***

Maaf, pemublikasi ceritanya sedikit kecepatan.

Aku akan mengupdate, cerita keseharianku ini setiap 3 hari sekali, paling lambat.

Jadi, ikutin terus kisahku ini ya?

Terimakasih...

Novelis Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang