#2

55 5 4
                                    

Kenapa mereka semua tidak mati saja?

Aku menolak mentah mentah tawaran yang diajukannya. Walaupun ditolak, dia masih tetap tersenyum padaku. Senyuman menjijikkan, senyuman memuakkan, senyuman yang rasanya aku ingin membunuhnya saat itu juga, terus dia perlihatkan padaku. Aku sudah tidak tahan, dan bahkan aku duduk dibelakangnya, dan cowok tadi duduk di sudut belakang kanan.

"Jadi namamu Rizky ya? Boleh kenalan gak?" para gadis langsung melekat dengan cowok yang memiliki senyuman memuakkan itu. ya, gadis gadis murahan itu, hanya memandang orang dari wajahnya saja. tidak terkecuali, cowok yang duduk dibelakang itupun juga dikerumuni beberapa gadis.

"Hei Rizal, boleh minta nomor HP mu? Atau pin, id, atau apalah yang kamu punya" Gadis gadis sok manis itu terus mendekati kedua cowok itu. Semakin aku melihatnya, semakin kesal aku dibuatnya. Namun, aku sedikit tertawa, melihat semua gadis yang menempel di area Rizal, ditolak mentah mentah. Dengan sikap sombongnya, dia mengacuhkan mereka semua. Bahkan, dia tidak melihat kearah mereka sedikitpun. Dia memandangi langit, entah apa yang ada dipikirannya sekarang.

Sedangkan yang satunya, orang yang memuakkan itu malah tertawa bersama gadis gadis lainnya. Ya, aku setuju sih, kalau dia adalah orang yang paling tampan yang pernah aku temui. Badannya tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk, atau biasa disebut dengan ideal.

"Hei, Tasya... Kenapa kau duduk duduk disitu saja? Kemarilah..." gadis sebelahku, mengajakku untuk bergabung dengan cowok memuakkan itu.

"Jangan ganggu aku, dan jangan sok dekat denganku. Tinggalkan aku sendiri, dasar murahan..."

"Apa yang kau katakan, ha? Berani sekali kau mengatakan kalau aku itu murahan..." dia menghentakkan meja, dan melototiku.

"Dengar ya, hmmm... Oh iya, Dev, mulai saat ini, jangan pernah berbicara denganku lagi, apalagi itu berhubungan dengan cowok brengsek itu." aku menunjuk kearah cowok yang sedang bermain gitar itu. Dia sedikit terkejut, namun dia tersenym lagi kepadaku.

Sialan... Rasanya aku mau pindah kelas kalau begini.

"Tasya, kau sudah keterlaluan... Kau mengatakan kalau dia adalah cowok brengsek, sebaliknya kaulah yang brengsek." Dia ingin menamparku, tetapi mungkin dia masih bisa mengendalikan emosinya yang sudah diujung tanduk.

"Terserah kau mau bilang apa, aku tidak akan mempedulikannya. Yang aku inginkan hanyalah tidak ada gangguan yang terjadi dalam hidupku di kelas ini." aku duduk, dan memalingkan wajahku. Namun, aku malah melihat cowok yang dibelakang itu melihatku dengan tatapan aneh.

Apa sih maunya? Dari tadi dia terus melihat kelangit. Dan sekarang, dia menatapku dengan tatapan anehnya. Aku tidak mengerti dirinya sama sekali.

***

Oke... Mohon dukungan dan komentarnya kakak...

Komentar kakak saya tunggu...

Lanjutannya 3 hari lagi, oke...

Terimakasih, Syukron, Thanks, Arigatou...

Novelis Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang