Seorang laki – laki memasuki toko bunga, ia memakai t-shirt dan jean biru serta sepatu coklat. Di lehernya terdapat earphone yang tersambung dengan MP3 di kantong jeansnya. Tubuhnya tinggi dan kurus
"selamat datang, mau cari bunga apa?"
laki – laki itu menoleh dan tersenyum, penjaga toko dengan celemek hijau menatapnya ramah
"lili putih"
"apakah untuk pacar? Setiap hari datang membeli bunga yang sama"
"ya, kurang lebih begitu"
penjaga toko bunga memberikan rangkaian bunga lili yang indah kepada laki – laki itu.
"siapapun yang mendapat bunga ini darimu setiap hari pasti senang"
laki – laki itu hanya tersenyum lalu melangkah pergi.
"Miki"
penjaga toko itu menoleh dan tersenyum. Seorang perempuan berparas cantik tersenyum
"aduh, tante masih tidak percaya kamu bisa sukses membuat toko bunga seindah ini"
"semua juga berkat tante kan, kalau tante gak modalin Miki, Miki gak bisa begini"ucap Miki
"kamu itu sepupu tante yang paling imut, semenjak kematian Gina, kamu di titipkan ke tante"
Miki tersenyum
perempuan itu memandang Miki dari ujung rambut sampai ujung kaki. "hm...kamu terlalu kurus Miki, ayo kita makan sesuatu"
"jangan makan di luar tante, Miki bisa masak"
perempuan itu tersenyum dan menepuk kepala Miki lembut. "kamu mirip sekali dengan mamamu"ucapnya
Miki tersenyum kecil
Miki adalah sosok yang mempunyai tubuh kurus, tidak terlalu tinggi dan tubuhnya tidak ada bentuk altletis. Rambut Miki berwarna hitam, dengan poni bersisi panjang yang menutupi dahi. Poninya kadang suka mengganggu, jadi Miki selalu menjepitnya dengan dua jepitan putih. Sisa rambutnya sama seperti laki – laki lain. Wajah Miki lebih tergolong imut di banding tampan. Miki menatap dirinya di kaca, ia mulai berpikir mungkin ia memang terlalu kurus tapi ia hanya menerimanya apa adanya. Saat melihat jarum jam menunjukan angka 7 pagi, Miki bergegas turun. Ia menyiapkan toko dan mulai bersih – bersih. Miki mempunyai toko bunga dengan café di sisi kirinya, ini sudah menjadi impian mamanya dan ia senantiasa menjadikan itu impiannya sendiri, setelah mamanya meninggal, Miki di titipkan kepada adik mamanya atau tantenya, yaitu Lia. Lia yang membantu Miki membuat toko itu, jadi Miki sangat berterima kasih padanya. Seperti biasa, Miki selalu merangkai bunga dan saat jarum jam menunjukan ke angka 2 siang, seorang laki – laki dengan t-shirt dan jeans selalu datang. Namun perbedaan kali ini, laki – laki itu duduk di café dan melihat menu. Miki dengan cepat mengambil notes dan bolpoin lalu menghampiri meja laki – laki itu
"coffee latte dan cheesecake"
suara berat dan tegas laki – laki situ selalu membuat Miki ingin melakukan yang terbaik, entahlah, Miki hanya senang mendengar suaranya.
"baru kali ini kamu minum kopi disini"ucap Miki memulai percakapan
"benarkah?"
apapun yang Miki katakan dan tanyakan, laki – laki itu selalu senantiasa membalas
"apa kamu mau serangkai lili putih juga hari ini?"
"kurang lebih ya"
Miki tersenyum dan dengan cepat pergi untuk merangkai bunga lili putih untuk laki – laki itu. Miki tidak mengerti mengapa laki – laki itu selalu membeli lili putih, jika di tanya untuk pacarnya ia selalu menjawab 'ya kurang lebih begitu' dengan cuek. Lama – kelamaarn Miki berpikiran bahwa bunga itu bukan untuk pacarnya, tapi ia juga tidak tau. Jika untuk dirinya, Miki merasa laki- laki itu lebih cocok menjadi mawar merah. Meskipun ia tampan dan baik, laki – laki itu kuat dan mempunyai senjatanya sendiri. Seperti bunga mawar yang cantik namun memiliki duri
To Be Continue....
\cerita ini tentang gay, bagi yang gak suka gak usah baca atau komen kasar, bagi yang suka maaf kalau penulisannya gak bagus, dsb, tapi enjoy aja/
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom
RomanceCinta sama seperti setangkai bunga, membutuhkan waktu untuk tumbuh