Masa lalu (Milikku 'Seutuhnya')

19.2K 218 0
                                    

Author mencoba membuat alur mundur yaa, menceritakan sekilas kisah saat Laut masih bersama Mentari. Saat mereka masih saling memiliki satu sama lain.

-----
Dalam kenangan Laut...

Laut POV

Matanya yang masih terpejam terlihat begitu cantik natural. Oh Tuhan betapa baiknya Engkau memberikanku wanita secantik ini!

Aku sering berseru dalam hati mengagungkan Mentari yang menjadi kekasih sempurna dalam hidupku.

Di atas ranjang queen size yang dilapisi seprai catur hitam-putih, aku dan Mentari tidur di atasnya. Di dalam ruangan dengan wallpaper mawar putih klasik yang memiliki sentuhan pastel itu juga, aku dan Mentari menjadi 'seutuhnya'. Ini merupakan pengalaman pertamaku dan Mentari merasakan betapa indah surga dunia, apalagi bersama sosok yang kucinta.

Mentari mungkin bukan wanita tercantik sejagad raya tapi dalam duniaku dia lah yang paling memesona. Dia hanya wanita bertubuh mungil yang tingginya saja tak sampai 160 cm. Memiliki kulit putih, hidung mancung, dan mata besar menyempurnakan bentuk wajahnya. Apalagi lesung pipit yang mencuat kepermukaan saat sedang tersenyum dan tertawa.

Aku selalu mendambakan lesung pipitnya maka aku pun selalu berusaha membuatnya tertawa. Berada di sampingnya seperti ini, tanpa jeda, tanpa ada satu benda pun yang menghalangi aku dan Mentari rasanya sulit diungkapkan.

Apa aku bahagia? Ya, sangat.

Aku tersenyum memandang wajah Mentari yang tertidur pulas di sebelahku dengan kedua tangan memeluk selimutnya. Saat tidur saja ia masih terlihat cantik. Aku pegang pipinya menggunakan ujung jari telunjukku. Ah, aku ingin lihat lengkungan di situ, tepat di pipinya.

Sentuhanku rupanya membangunkannya. Mentari menggeliat, merentangkan tangannya lalu menoleh ke arahku secara perlahan sambil menyipitkan mata yang masih ingin terkatup.

"Kok kamu sudah bangun sayang? Jam berapa ini?" tanya Mentari melihat ke arahku.

Aku tersenyum melihatnya. "Maaf ya membangunkanmu, sudah kamu tidur lagi masih jam 03.00 pagi sekarang," jawabku segera. '

'Aku hanya ingin melihat lesung pipitmu sayang' tambahku dalam hati.

Seperti cenayang, Mentari seolah tahu apa yang aku pikirkan. Ia pun membalasku dengan tersenyum lebar memamerkan keindahan lekukan di tengah pipinya.

'Astaga, wanita ini benar-benar membuatku tergila-gila.'

Mentari kembali menutup rapat matanya. Namun sebelum berangkat ke alam mimpi, ia menggeser tubuhnya mendekat ke arahku lalu melingkarkan tangan kecilnya di pinggangku. Perlakuan Mentari aku balas dengan menariknya lebih mendekap ke arahku lalu ku kecup keningnya. Ia kembali menyunggingkan senyum di bawah sana tapi aku hanya melihatnya dengan samar karena wajahnya merapat ke dadaku.

"Selalu sayang kamu, Laut," ucapnya pendek namun penuh arti.

"Aku juga sayang kamu, Mentari," kataku pelan mengiringi dirinya masuk ke alam mimpi.

Mentari telah menyinari hidupku selama dua tahun belakangan ini. Hingga malam ini ia menjadi milikku 'seutuhnya'. Malam pertama aku dan dia menghabiskan waktu bersama. Waktu yang tak akan aku lupakan. Bahkan hendak aku hentikan sementara. Aku berharap Tuhan menghentikan matahari muncul hanya untuk sesaat agar aku bisa lebih lama memeluknya seperti ini, dalam satu selimut tanpa sehelai benang pun.

Wanita SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang