Masa Lalu (Kencan Pertama)

5.7K 114 15
                                    

Maaf ya readers, author baru update lagi. Semogaa masih terus mengikuti kisah Laut dan Mentari ya. Selamat membaca...

-----

Author POV

Laut mengajak Mentari ke Pantai Nirwana. Belum banyak yang tahu akan kehadiran pantai ini sehingga masih sepi apalagi kalau hari biasa. Lokasinya cukup jauh dari kota, memakan waktu kurang lebih tiga jam. Jika berangkat naik kendaraan umum perlu tiga kali turun bus untuk bisa menemukan pantai ini. Belum lagi jalan menuju ke pantai harus menunggu mobil pick up penduduk yang baru pulang mengantar ikan. Sebenarnya ada omprengan yang masuk ke dalam pantai tapi itu juga ada jam-jamnya. Laut pun memilih untuk membawa Mentari menggunakan Range Over kesayangannya.

Laut sengaja mengajak Mentari ke pantai karena ingin mengenalnya lebih jauh.

Laut POV

Indah... Satu kata yang terlintas ketika Range Over hitamku mulai memasuki area pantai. Terdapat tebing-tebing tinggi di sepanjang jalan ke arah pantai. Tebing-tebing itu terlihat tua di makan waktu. Lihat saja 'dinding-dinding' terbing yang terkikis oleh alam. Meski semakin tua tapi tidak menghilangkan pesonanya. Memang tak ada yang bisa menandingi lukisan yang dibuat Tuhan. Sungguh Maha Besar Tuhan yang Maha Esa memberikan kehidupan dengan lukisan seindah ini.

Mobilku terus melaju menuju Pantai Nirwana. Jalur ke arah pantai hanya terdapat satu jalan yang cukup sempit. Jika di kiri tebing maka di kanan terlihat pantai yang terbentang luas. Pemandangan yang sungguh indah. Betapa birunya air yang terbentang luas tanpa batas. Suara hembusan ombak juga telah terdengar samar karena aku mematikan AC mobil dan membuka sedikit kaca jendela. Tanpa sadar aku tersenyum melihat pemandangan yang ada.

Aku melirik sedikit ke arah kiri tampak Mentari sudah bangun dari tidurnya. Dia mulai mengerjapkan kedua mata sambil melihat ke arah depan. Tanpa meminta persetujuanku, dia pun membuka kaca jendela lalu mengeluarkan tangan kirinya secara perlahan tapi pasti. Dia berusaha merangkul angin pantai yang berhembus, merasakan udara menusuk kulit cerahnya yang kemudian menyibak rambut hitamnya. Mentari kembali memejamkan mata di balik sunglasses berbingkai cokelat miliknya sambil tersenyum.

"Cantik..." satu kata yang keluar dari mulut Mentari setelah hampir tiga jam menempuh perjalanan.

Ya, kamu juga cantik Mentari.. Aku hanya berujar dalam hati sambil tersenyum.

Mobil pun berhenti di pinggir pantai. Namun tak ada pergerakan dari Mentari. Mau nengok ke arahnya terasa canggung. Jadi aku hanya melirik Mentari yang duduk di kursi depan masih mengenakan seatbelt. Mentari semakin cantik di mataku. Apalagi kali ini ia memakai atasan kuning cerah lengan pendek dengan detail cut-out di bagian pundak. Belum lagi rok pendek katun berpotongan asimetris yang feminin. Rambut hitam sebahu itu hanya dibiarkan terurai berusaha menutupi pundak seksinya.

Aku bingung harus berkata apa. Tanpa sadar aku memandanginya. Selama di perjalanan, Mentari tak terlalu banyak bicara. Dia hanya menjawab pertanyaan-pertanyaanku singkat lalu tertidur. Aku sedikit kecewa akan sikap dinginnya itu tapi justru membuatku semakin penasaran.

"Ehem," deheman Mentari menyadarkan lamunanku.

Aku tersadar dan langsung salah tingkah berusaha mengalihkan pandanganku ke arah lain. Aku pura-pura merenggangkan tangan yang tidak pegal untuk menutupi rasa maluku.

"Haaahh, akhirnya sampai juga," ujarku asal.

"Kamu ngeliatin aku dari tadi, Laut?" tanya Mentari penuh selidik sambil memicingkan mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanita SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang