Masa Lalu (Perkenalan)

6.7K 141 4
                                    

Maaf sudah lama nggak update. Author ingin melanjutkan kisah Laut-Mentari.. Plotnya masih mundur, mengingat kejadian-kejadian sebelum Laut lumpuh. Selamat membacaa... maaf kalau belum bisa mewujudkan imanijasi readers..

-----------

Laut POV

Kejadian ini terjadi tepat 2 tahun sebelum kecelakaan yang membuat Laut lumpuh...

Setelah wanita paruh baya dan 'putranya' itu berlalu aku masih bengong. Begitu juga dengan wanita mungil yang masih memejamkan matanya sambil memelukku erat. Sebagai seorang pria, dipeluk wanita muda dan cantik tentu aku menikmatinya. Namun tidak berangsur lama karena aku ingatanku sekejap berubah jadi rasional.

Aku segera melepas paksa dekapan erat kedua tangannya di tubuhku. Karena tarikanku yang sedikit keras, tubuh kecilnya sedikit terhuyung ke belakang dan ia pun memundurkan langkah sejengkal. Wanita dengan potongan poni menutup dahinya tersebut kemudian membisu menunduk takut akan sikapku.

Aku sudah geram dan tak sabar ingin meluapkannya. Tapi tunggu dulu, aku tidak ingin gegabah. Segera ku gerakkan kepala ke kiri dan kanan untuk melihat keadaan sekitar. Ternyata tidak aman! Semua orang seolah menatapku penuh selidik, seakan aku menyakiti wanita tak tahu diri di depanku ini.

"Sial!" rutukku pelan tapi terdengar jelas oleh wanita itu.

Tak kehilangan akal, aku memutar otak. Aku putuskan untuk menariknya menjauh dari keramaian ke tempat yang lebih sepi agar bisa leluasa meluapkan amarahku. Tak peduli dengan perasaannya, aku menarik wanita rese itu secara paksa agar dia mengikuti langkahku.

***

"Lo kenapa sih? Argh!!" seruku berkoar-koar sambil mengacak rambut hitamku tanpa dia sempat mengambil napas setelah tiba di area parkiran basement.

"Maaf.." ujarnya dengan nada bicara yang gugup.

"Lo ada urusan apa sih sama gua? Lo mau ngerjain gua? Numpahin kopi, bikin gua malu, terus tiba-tiba meluk gua atau lebih tepatnya memanfaatkan gua untuk menghindari cowok tadi?" cerocosku kesal tanpa jeda.

"Maaf.." Lagi-lagi hanya kata itu yang ia ucapkan.

Dia hanya menunduk takut menatapku. Aku menghela napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan 'keras' untuk menunjukkan rasa kesalku. Wajahnya semakin menunduk.

Ah sudahlah, aku nggak mau berurusan dengannya lagi...

Aku menatapnya. Dia kembali menundukkan wajah tak mau melihatku. Aku hanya berdecak lalu balik badan dan berjalan ke arah dalam pintu mal.

Apes, apes...

Sesampainya di depan pintu masuk, seketika aku penasaran. Apakah wanita itu sudah pergi? Aku hanya berniat menoleh sekali saja. Walaupun dia masih di tempatnya aku tidak akan tergerak menghampirinya dan mengajaknya masuk.

Aku tercengang. "Kenapa dia?"

Wanita itu tampak berpegangan pada tiang dinding di sampingnya. Lututnya sudah bersimpuh di atas dinginnya lantai semen basement. Posisinya seolah akan melakukan gerakan sujud. Acuh tak acuh aku kembali melangkahkan kaki pergi menjauh dari wanita itu.

Namun aku percaya setiap manusia memiliki naluri untuk menolong satu sama lain. Mungkin hal tersebut yang menghentikan langkahku untuk berbalik melihat ke arah wanita mungil itu dengan jarak kurang dari 50 meter dari tempatku berdiri sekarang.

Wanita SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang