Laut POV
Aku mengikuti Mentari masuk ke rumahnya. Dia kemudian mempersilakanku duduk di sofa yang tersusun rapi setelah aku melewati pintu utama. Aku yakin ini adalah ruang tamunya. Mentari berjalan ke dalam membawa kantong plastik putih berlambangkan logo mini market main stream yang selalu terlihat di sepanjang jalan itu.
Mentari kembali membawa segelas air mineral berisikan es batu. "Maaf ya lagi nggak ada apa-apa di rumah," ujar Mentari polos.
"Oh, nggak apa-apa," jawabku spontan. Aku cukup senang karena Mentari tidak terlihat kaku seperti kemarin. Sepertinya dia sudah menerima kehadiranku sekarang.
Ups, ge-er saja kau Laut. Dia saja belum tahu namamu... Setan dalam hatiku mulai memanas-manasiku. Aku tidak ingin keadaan menjadi kembali canggung dan ingin segera membuka pembicaraan. Namun belum terucap, Mentari sudah berbicara lebih dulu.
"Maafin aku ya kemarin sudah merepotkanmu. Aku jadi nggak enak buatmu susah padahal kita saja belum kenal. Tapi sungguh aku sangat berterima kasih padamu," ujar Mentari tulus sambil tersenyum meninggalkan lekungan kecil di kedua pipinya.
Duh, lesung pipit itu.. Ingin rasanya aku mengecupnya di sana..
Mulai deh Laut, lupa dengan kata-katanya ketika sudah melihat Mentari tersenyum. Ya, aku akui senyumnya sangat manis. Tapi aku mencoba mengendalikan diri dan berpikir rasional.
Oke, sekarang aku ke sini karena ada deretan pertanyaan yang membuatku penasaran dengannya. Jadi fokusku adalah meminta penjelasannya bukan terbuai dengan lesung pipit itu. Sudah kek tersenyumnya, Mentari...
Seolah tahu apa yang ada di pikiranku, Mentari meredakan senyumnya lalu kembali berbicara.
"By the way, apa yang membuatmu ke sini? Dan dari mana kamu tahu alamatku? Seingatku kamu tidak menemukan dompetku dan kartu namaku itu kartu nama kantor. Bagaimana bisa?" tanya Mentari bingung sambil menyilangkan kakinya dan menyerbuku dengan segudang pertanyaan.
Aku lupa menyiapkan jawaban untuk pertanyaan itu. Duh, bagaimana ini? Mungkin untuk awal sebaiknya aku berbohong toh aku belum terlalu mengenalnya..
"Aku tahu dari.. mmm.. dari kartu nama itu. Ya, dari kartu namamu! Aku jadi tahu alamatmu. Kau karyawan PT Dirgantara Culinary Indonesia kan? Aku punya teman di sana dan aku tahu alamatmu dari temanku," jawabku bohong dan langsung 'di-oh-kan' oleh Mentari.
"Siapa nama temanmu? Apa dia mengenalku?" tanyanya lagi.
Aku tersentak. Bingung harus jawab apa.
"Namanya... namanya.. Nanda. Nanda Putra Adirama. Dia di bagian keuangan," ujarku sekenanya.
Maaf ya bro gua jadiin lo bantalan.. rutukku dalam hati.
Mentari berpikir, mungkin mengingat-ingat. Aku berharap Mentari tak mengenalnya.
"Nanda bagian keuangan? Nanda Direktur Keuangan maksud kamu? Kamu temannya dia?" tanyanya setengah terkejut.
Iya Nanda yang itu, dan aku itu bos kamu Mentari... tapi kenapa kamu tahu Nanda dan nggak tahu aku?
Aku cukup kecewa dengan pertanyaan Mentari. Tapi biarlah lebih baik aku tetap menyembunyikan identitasku dulu sebelum semakin mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Simpanan
RomanceLaut merupakan pria yang tampan dan kaya. Ia bertemu dengan Mentari, wanita sederhana yang mampu membuatnya tergila-gila. Namun Mentari rupanya wanita simpanan pria beristri. Saat kenyataan tersebut diketahui Laut, ia pun masih tetap mencintainya. H...