"Duduk" suruh ayah tegas. Gue yang nggak ngerti apa apa hanya ikut duduk karena tidak ingin memper-ulur waktu.
"Ini ada apa sih?" Tanya gue penasaran.
"Bapak siapa?" Tanya gue lagi.
"Perkenalkan saya Tristan Bima Andreas. Saya ayah dari Steven Craig Andreas"
"Tuunggu tunggu tunggu, bukanya Pak Bram adalah ayah dari Steven?" Tanya gue bingung.
"Ah, saya ayah kandungnya. Dia memang dekat dengan Pak Bram, Pak Bram sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri.
"Ohh" Gue mulai ngerti.
"Oiya, tadi bapak bilang apa? Ngambil hati anak bapak? Hahaha" tawa gue hambar.
"Pak, dengar ya. Saya tidak ada apa apa dengan anak bapak" jelas gue protes.
"Tetapi saya dengar, anak saya sedang dekat dengan anda"
"Apasi? Gosip itu pak. Udah deh, saya capek mau istirahat, permisi pak"Keesokan peginya, hufft... Gue benci mengatakan ini, tapi... Huh... Gue.. Gue TELAT... Pokoknya pagi ini bisa dimasukkan ke daftar hari-hari Gue yang diawali dengan pagi yang buruk. Karena, setelah mandi dan berpakaian, gue baru inget kalo jam gue kelambatan! 15 menit! Yaampunn!!! Dan saat gue mencari kunci mobil. Tidak ketemu!
Akhirnya, gue memutuskan untuk naik taksi... Ya... Taksi. Dan BOOM! Gue telatt!! Gue membayangkan Andrew mengeluarkan bossynya yang super duper laper ager lemper Menyebalkan! Dan gue benci itu."Anda main main dengan saya?!" Bentaknya.
"Tidak, pak" jawab gue sambil tunduk.
"Lalu kenapa anda bisa telat?!! Anda tidak sadar dengan kedudukkan jabatan anda?!! Atau anda menyepelekannya??!!! Iya??!! Jawab saya!"
"Tidak, pak. Saya sangat menghargai jabatan saya"
"Kalau begitu, saya tidak mau melihat anda telat lagi!!" Ucapnya dan langsung pergi.Gue langsung menuju ke ruangan gue dan mendaratkan bokong gue di kursi besar gue
"hufftt" keluh gue sambil meneguk segelas air putih yang disampaikan OB disana. Gue butuh pemulihan mood yang baru saja diperburuk Andrew dengan membentak gue di depan karyawan lain. Lalu gue mulai beroperasi dengan kerjaan gue. Jam makan siang, gue ke kantin. Saat menuju ke kantin tiba tiba ada OB yang datang dari arah lain dan buruknya dia membawa kopi dan nabrak gue, tumpahlah kopi itu di baju gue.
"Maaf bu maaf, saya tidak sengaja" tunduk OB tersebut.
Gue yang ngga mau buang buang tenaga buat emosi hanya mengacuhkan OB tersebut dan kembali ke ruangan. Mood makan siang gue ilangg!!!Untung saja masih ada cadangan baju di lemari gue yang letaknya berada di poiok ruangan. Untung saja...
Setelah itu, gue memilih untuk melanjutkan kerjaan gue sampai selesai.
Dan tibalah jam pulang.
Gue masih berpikir bagaimana cara gue pulang. Jika naik taksi akan sangat boros karena jarak kantor ke rumah yang lumayan jauh. Dan kalo gue naik kendaraan umum, pasti gue hatus naik 3 sampai 4 kendaraan umum, dan belum lagi jarak gue ke jalan rute kendaraan umum itu lewat pasti kaki gue gempor duluan."Ekhem!" Suara berat seorang yang sedang berdehem de samping gue. Dan gue hanya mengacuhkannya.
"Kamu ngga pulang?" Tanya orang itu.
Gue ngeliat ke sekeliling gue dan gaada orang lain disana, itu berarti cowok itu sedang bicara sama gue, lalu gue nengok.
"Steven?! Lo ngapain disini?" Tanya gue.
"Abis ketemu sama Andrew. Kamu mau bareng? Kita satu arah nih" tawarnya.
"Hmm.."
"Ayolah, rumah kamu jauh loh"
"Yaudah deh boleh. Gue juga mau ngomong sama lo" gue terima tawarannya.
Steven mengulurkan lenganya untuk di gandeng.
"Hih, pede banget lo" Ia tertawa.
Yaampun Steven, tawa loo masyawohh. Indahnyaaaa duniaa saat kitaaa...., batin gue.
"Kamu ngapain ngeliatin aku kayak gitu? Ayo masukk"
"eh? Apa? Eh-i-iya" buyar lamunan gue.
Gue langsung masuk ke dalam mobilnya.Saat di dalam mobil, kita tidak berbincang dan suasana menjadi sedikit canggung. Lalu gue berinisiatif untuk membuka percakapan.
"Tadi kamu mau ngomong apa sama aku?" Ucap Steven yang duluan memulai.
"Oh, iya. Kemarin bokap lo dateng ke rumah gue"
"Oya? Dia tau kamu darimana?"
"Gatauk, oiya kok bokap lo bilang kalo gue ngambil hati lo, emang gue ngapain? Siapa ya yang ngedarin berita kayak gitu"
"Masa sih? Hmm... Paling kerjaannya Ben"
"Lho? Kok?"
"Kenapa?"
"Kok bisa?"
"Gatauk tuh. Dia emang suka ember"
"Ember? Ember ke bokap lo?"
"Iya"
"Maaf kalo gue lancang, tapi kok kayaknya lo sama bokap lo ada apa apa?"
"Hahaha, ngga ada kata lancang kalo buat kamu Mika, Kami hanya ngga dekat. Aku lebih dekat sama papanya Ben."
"Kalo gue? Emang gue kenapa?"
"Gapapa" jawabnya singkat.
"Sama sih kayak gue, tapi bedanya gue gak deket sama kedua orang tua gue"
"Kamu curhat?"
"Eh? Iyaya? Yaudah gausa disengerin kalo ga mau dengerin gue curhat." Jawab gue yang ngga tau kenapa mengapa jadi sewot.
"Jangan sewot gitu, bukannya ngga mau denger. Aku mau kok, lanjuttin aja"
"Tau ah"

KAMU SEDANG MEMBACA
Modifiers Of Life
Teen FictionNama gue Mika. Entah kenapa mengapa gue gapernah betah dirumah, tapi jangan salah gue gapernah ke tempat terlarang kayak club malam ya paling gue jalan jalan seperti cewe lainnya sampe nyokap sama bokap negur. Dan gue udah capek nanggepinnya. Untung...