Tea, Benar-benar Pergi

124 29 1
                                    

Insiden tabrakan Tea dan mobil membuat Tea terluka parah. Dia langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Masuk ICU.

Tea terluka parah di bagian kepala karena langsung terpental dari motornya begitu tertabrak mobil. Kepalanya terbentur aspal dan mengeluarkan darah banyak sekali. Begitu melihat kejadian itu orang-orang di sekitar tempat kecelakaan, langsung membawa Tea. Sedangkan mobil hanya tertabrak tiang listrik setelah menabrak motor Tea. Pengendara mobil juga tidak parah.

Tea yang berada di ruang ICU masih tergolek lemah. Kepalanya sudah dibalut dengan kasa. Tangan dan kakinya terlihat luka juga. Wajahnya tidak sebersih biasanya. Raut wajah yang bersedih.

Keadaannya semakin memprihatinkan. Jantungnya kadang melemah.

Ibu Tea yang begitu tau anaknya kecelakaan langsung meluncur ke rumah sakit. Begitu melihat Tea terbaring lemah, dia menangis sejadi-jadinya. Anak tunggalnya harus bernasib seperti ini.

"Sayang, sadar.. ini Ibu." Ibu Tea terisak memeluk Tea yang belum sadar juga.

Setelah bertemu dokter, Ibu Tea semakin sedih. Keadaan Tea terlihat tidak baik dan sulit untuk segera sadar. Dokter belum bisa memastikan kapan Tea akan sadar.

-

Keadaan Tea di ruang ICU menjadi semakin memburuk esok harinya. Ibunya histeris melihat jantung Tea yang melemah di alat. Ibunya memanggil Dokter untuk memeriksa Tea.

Lama diperiksa, Tea dinyatakan koma. Dan dokter tidak bisa mastikan kapan kesadaran Tea. Tea mengalami cedera parah pada kepalanya saat kecelakaan. Fungsi saraf otaknya menurun sehingga mengalami koma sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.

-

Dua bulan Tea koma. Masih dengan keadaan yang tidak bisa ditebak. Masih dengan memakai alat-alat medis penunjang jantungnya agar terus berdetak, di dadanya. Masih dengan kondisi mata tertutup tidak sadarkan diri.

Ibu Tea yang setiap hari menjaga Tea hingga menjadi kurus tidak terurus. Tetangganya sudah menyuruh Ibu Tea untuk pulang dan beristirahat satu dua hari. Tapi tetap tidak mau. Bahkan hampir setiap malam ia masih terjaga menunggu kesadaran Tea.

Hana. Dia belum tau keadaan Tea bagaimana. Dia belum tau kalau Tea dua bulan lalu setelah bertemu dengannya mengalami kecelakaan hingga koma seperti ini.

Hana sibuk dengan kehidupannya yang baru tanpa Tea.

Pukul empat Hana berkunjung ke Queen Cafe seperti biasanya. Beberapa bulan ini Hana ternyata bekerja di perusahaan konveksi. Dan setiap sore, Hana harus membelikan kopi untuk atasannya. Karena itu dia selalu berkunjung ke Queen Cafe. Hingga dia tau Tea juga suka ke kafe itu, kafe yang memang suka dikunjungi mereka berdua.

Hana menunggu pesanannya di meja nomor 8. Dia teringat dengan Tea yang dua bulan lalu menemuinya, berhasil bertemu dengannya.

"Kemana dia. Apa dia benar-benar pergi?" Gunam Hana sembaru membuka lembaran-lembaran buku desain miliknya.

"Baguslah kalau memang pergi." Hana menutup bukunya saat melihat pelayan datang membawa pesanan Hana.

"Ini Vanilla Latte anda. Dan ini ada surat." Pelayan itu memberikan surat untuk Hana.

"Dari orang yang waktu itu lagi?" Air muka Hana berubah kesal. Dia tidak mau menerima apapun lagi dari Tea.

Pelayan itu tersenyum dan pergi.

"Sial." Dia duduk lagi dan membuka amplop berisi surat, dari entah siapa.

Ada dua surat.

Han, aku tau kalau aku selalu menyusahkanmu. Aku tau kalau aku tidak berguna dan payah. Tapi kamu baik sekali denganku, membantuku menjadi lebih baik. Maaf jika aku mengecewakanmu. Maaf jika seperti yang kamu katakan kalau aku merebut semua darimu. Aku tau aku ini hanya gadis berantakan, bodoh dan payah dalam segala hal. Aku bahkan tidak pernah tau kamu bagaimana. Sampai kamu katakan bahwa kamu benci aku.
Han, tak apa jika kamu membenciku. Maafkan aku. Tolong maafkan aku jika aku merebut semuanya. Aku janji setelah ini aku akan pergi dan tidak menyusahkanmu lagi. Aku janji aku akan membuat semua orang melihat lagi kepadamu, dan bangga padamu. Aku janji akan benar-benar pergi.
Han, kalau setelah ini aku pergi. Jangan pernah menyesal. Karena aku tak akan pernah menyesal bisa bersahabat denganmu. Kamu sahabat terbaikku.
Jangan pergi-pergi lagi.

Tea.

Dan surat kedua.

Hana, ini tante, Ibu Tea. Tante menemukan surat ini di tas Tea. Saat tante baca, tante kira ini untuk kamu.
Hana, Tea kecelakaan. Sepertinya dia sudah bertemu denganmu, ya? Tante harap kamu bisa memaafkan Tea.
Di sini Tea sangat menyedihkan.

Hana diam. Diam mematung setelah membaca kedua surat di amplop itu. Dia tidak tau harus mengatakan apa dan harus berpikir apa. Tea kecelakaan. Apa ini gara-gara dia.

Sebelum pergi lagi menemui Hana, Tea sempat menulis surat untuknya. Tea hanya berniat untuk memberikan suratnya itu kepada Hana. Tapi Tea mengalami kecelakaan saat menuju Queen Cafe.

-

Alat berbentuk persegi yang menunjukkan detak jantung Tea berbunyi keras. Suara itu diiringi gambar garis yang semakin lama semakin lurus. Dan jantung Tea berhenti.

Sebuah teriakan Ibu Tea membuat suster dan dokter segera menghampiri ruangan dimana Tea dirawat selama ini.

"Dokkkkkk... Tolong Tea dokkk..." Ibunya semakin histeris melihat Tea dipacu jantungnya.

Tiga kali jantung Tea dipacu dengan alat. Tapi garis itu tetap lurus.

"Kami minta maaf, Tea sudah meninggal."

"Tidak! Teaaa, bangun!" Badan lemas dan dingin Tea digoyang-goyangkan Ibunya yang sambil menangis histeris. Ibunya tak kuasa melihat tubuh anaknya yang sudah tidak bernyawa itu.

Tea meninggal hari ini.

Di balik pintu, Hana mengintip dari pintu kaca sambil membekap mulutnya. Air matanya deras mengalir. Dadanya sesak karena tangisnya yang tidak bisa dibendung.

Di depan matanya sendiri, sahabatnya meninggal. Karena dia.

Dia terduduk lemas di samping pintu. Dia menangis dengan keras kali ini. Apa yang dia sudah perbuat. Tea sekarang sudah meninggalkannya. Dia tidak bisa melihat senyum Tea lagi, tidak bisa melihat ulah berantakan Tea lagi.

Hampir frustasi Hana. Rambutnya diacak-acak. Dia tertunduk. Wajahnya sudah basah sekali.

Dia menyesal.

Hana mengiringi kepergian Tea hingga ke pemakanam. Berbalut baju hitam dengan wajah sedih, Hana menaburkan bunga ke atas makan Tea. Air matanya tidak berhenti menetes. Dia menyesal tidak bisa melihat Tea tersenyum. Hanya bisa melihat makan Tea yang ditaburi bunga.

Setelah semua berdoa, Hana dan Ibu Tea tinggal berdua. Mereka menatap kosong makan Tea. Tak lama mereka meninggalkan Tea yang damai.

-

NEXT

Note :
- Terima kasih sudah membaca cerita saya.
- Maaf jika ada kesamaan nama dan latar. Ide cerita ini adalah ide author sendiri.
- Mohon jangan copy-paste cerita saya.
- Semua bagian dari cerita ini hanya karangan author.
- Jangan lupa vote dan comment setelah baca.

Thanks
Salam Hinila00

Tea [8/8 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang