Tak kusangka akhirnya aku bisa menginjak Jerman! Akhirnya nyampe di negeri yang ibukotanya Berlin!!!
Banyak orang yang mengira kalau yang perlu diperjuangkan untuk bisa kuliah ke luar negeri adalah nilai atau skill berbahasa Inggris. Aku sangat berharap hanya itu saja yang perlu diperjuangkan namun kenyataan berkata lain. Aku tidak pernah mengeluh ketika harus mati-matian meningkatkan kemampuan bahasa Inggris hingga mencapai persyaratan minimal. Soal nilai juga bukan hal yang membuatku putus asa. Yang membuatku nyaris menyerah adalah birokrasi.
Yup, birokrasi!
Bukan hanya birokrasi di Indonesia melainkan juga birokrasi demi bisa masuk Jerman!
Mulai dari mendaftar kuliah di Jerman, mencari scholarship, dokumen keberangkatan, hingga tempat tinggal. Rasanya lebih baik disuruh les bahasa Jerman daripada mengurusi segala tetek bengek birokrasi dengan dokumen-dokumennya. -_-
Aku sampai di negeri ini tepat di awal musim gugur. Dedaunan menguning dan berguguran. pemandangan ini mengingatkanku pada betapa lelahnya tubuh dan pikiran ini hanya untuk mencapai negeri yang asing. Isi otak dan kesabaranku persis seperti daun-daun itu; layu, menguning, gugur, kemudian siap jatuh ke tanah untuk membusuk. Aku bahkan tidak tahu apakah aku akan sanggup menamatkan studi di sini.
Huft. Aku bahkan lelah sebelum memulai.
Tanpa teman, aku duduk di sebuah taman di dekat Bezirksamt Eimsbuttel. Cahaya matahari menyelinap dari balik dedaunan yang masih mencoba bertahan di ranting-ranting mereka. Berbeda dengan cahaya matahari di Indonesia, cahaya matahari di sini tidak terlalu menyilaukan. Kehangatannya menyentuh wajahku dengan lembut. Ini satu-satunya teman yang memberikan rasa hangat. Setidaknya untuk sementara ini.
Tiba-tiba terbersit di ingatanku bahwa aku masih harus melakukan anmeldung, memperpanjang visa dan mengambil dokumen dari kampus. Birokrasi-birokrasi ini merusak awal musim gugur yang seharusnya indah dan penuh warna. Aku bangkit dari tempat duduk, melenyapkan semua keinginan untuk menikmati matahari hari ini. Aku tidak bisa menikmatinya lagi gara-gara ingatan tentang hal-hal ini tiba-tiba muncul.
Aaaaarrrggggh.... Kenapa sih di tengah cahaya matahari yang begitu indah aku harus mengingat hal-hal yang menyebalkan! Seandainya aku amnesia beberapa jam, daun-daun yang tersapu angin ini akan menjadi pemandangan yang menyenangkan.
Surga musim gugur yang tidak pernah ada di Indonesia perlu menunggu dulu. Walaupun warna-warna senja menghiasi atmosfer dan udara yang menyentuh kulit terasa seperti berada di dalam ruangan ber-AC, surga tidak akan bisa dinikmati jika masih memiliki keterikatan duniawi (birokrasi). Dengan pemikiran bijaksana ini, aku melangkahkan kaki yang menuju gedung Bezirksamt Eimsbuttel.
Beberapa daun tersangkut di baju dan syalku. Musim gugur bahkan mengubah warna hijau rumput menjadi tumpukan dedaunan di bawah kakiku. Kuning jingga dan merah adalah warna yang akan muncul dimanapun. Ini salah satu setting paling tepat di dunia manga untuk bertemu dengan karakter laki-laki utama.
Dan aku bertemu dengannya di tengah suasana itu.
Entah karena aku kebanyakan membaca manga atau karena suasana yang menyejukkan badan dan menghangatkan hati ini, salah satu gambaran manga muncul tepat di depan mataku. Aku melihat seseorang yang duduk di bangku taman seperti lukisan yang nyaris sempurna. Pohon-pohon mengirim sedikit demi sedikit daun-daunnya untuk menjadi latar belakang lukisan itu. Bersama dengan pohon-pohon, matahari menyinari si pemeran utama sehingga cahayanya terrefleksi di seluruh tubuh laki-laki ini. Dia menjadi pusat semua keindahan ini dan menonjol menjadi gambaran yang paling spesial.
Dia duduk bersandar di bangku taman dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana jeans. Matanya berwarna hijau seperti pucuk dedaunan. Di tengah segala yang menguning dan gugur, dia terlihat seperti udara kehidupan. Sorot matanya dalam, memandang atmosfer yang sedang dipenuhi cahaya dan daun-daun gugur. Yang membuat segalanya makin perfect, dia tersenyum. Di tengah pemandangan surga, dia tersenyum seperti malaikat. Aku hampir percaya kalau aku sedang berada di dalam salah satu adegan anime.
KAMU SEDANG MEMBACA
Die Wintersonne
FantasyMatahari di Jerman sangat berbeda. Di tengah udara yang membekukan, kemunculan matahari terasa seperti cahaya surga. Langit yang hampir selalu suram membuat secercah cahaya matahari bernilai jauh lebih mahal daripada berlian. Di negeri ini pula seor...