Syndrom Peninghitis

17.6K 1.6K 121
                                    

Baby B membuka mulutnya lebar-lebar. Menanti suapan berikutnya dari sang mama palsu.

Sementara sang mama palsu yang sedang berjongkok terlihat melongo di depan bayi berjenis kelamin lelaki itu.

Pikiran Emily melambung tinggi di awang-awang.

Alexei menciumku... dia menciumku.... pikirnya tak percaya.

"Kyaaaaaa! Brusshhhhh"

Gadis itu mengerjap. Sebuah semburan dahsyat yang meluncur dari bibir mungil Baby B menyadarkannya.

Emily terkekeh. "Maaf ya sayang, jadi lupa suapin kamu," ujarnya sambil kembali menyuapi anak itu.

Pandangan Emily menelusuri wajah baby B.

"Apa kamu benar-benar anak Alexei?" Gumamnya.

Baby B hanya mengerjap sambil menggerak-gerakan tangannya.

Suapan berikutnya kembali diberikan Emily.

"Kau tahu, wajahmu memang jauh lebih mirip dengan Alexei dibanding Andrei dan-"

"Brussssshhhh"

Lagi. Untuk yang kedua kalinya, bayi mungil bertubuh montok itu menyemburkan isi mulutnya ke wajah Emily.

Emily menghela napas kasar. "Hei Richie. Namamu Richie kan??" Tanya gadis itu.

Kali ini Baby B memajukan bibirnya.

"Aku heran. Kenapa Alexei tidak meminta test DNA saja supaya dia bisa menyangkal kalau kau adalah anaknya dan dia bisa membatalkan rencana pernikahan konyol ini."

Baby B mengerucutkan bibirnya, tampak akan menangis.

"Oke oke, kamu jangan nangis. Aku akan segera mencuci wajahku supaya tidak lagi menakutimu"

Emily bangkit dan bergegas mencuci wajahnya di wastafel.

***

Alexei melempar jaket motornya dan duduk di kursi kebesarannya dengan wajah kusut.

"Bisa-bisanya aku mencium wanita itu! Aku pasti sudah gila." Gerutu Alexei sambil mengusap kasar wajahnya.

Pandangan Alexei kemudian teralih pada hembusan angin yang membuat gorden di dalam ruangannya terus tersibak.

Gejala-gejala apakah ini.

Alexei menyentuh dadanya yang terasa sesak. Sejak tadi, jantungnya terus berdetak tak karuan.

Napasnya juga tidak beraturan. Terlebih, keringat sebesar biji kurma terus mengalir dari keningnya.

Alexei yang terlalu cerdas tidak patah arang. Ia membuka laptopnya dan mencari tahu apa yang tengah ia alami.

Dan benar saja dugaannya.

GEJALA PENYAKIT JANTUNG

Duarrrr

Bagai tersambar kilat, petir, geluduk atau apapun itu. Yang jelas membuat tangan Alexei gemetar.

Ia bangkit dengan setengah terhuyung.

SAKIT JANTUNG?!!

Dua kata itu terus saja berputar di dalam kepalanya.

Ketika sebuah ketukan di pintu seolah menyadarkannya. Alexei bergegas mengangkat wajahnya.

Bersyukur saat menyadari kalau mamanya lah yang datang.

Alexei tidak lagi ragu. Ia bergegas menghampiri sang mama dan memeluknya erat.

Setelah selama ini tidak pernah sekalipun ia bersikap seperti ini. Maka hal yang sangat wajar saat sang mama terheran-heran menyaksikan tingkah anaknya.

"Ada apa nak??"

Alexei tidak menjawab apapun. Mulutnya terlalu berat untuk menjawab pertanyaan sang mama.

Bagaimana jika mama mengetahui kalau ia mungkin sakit jantung.

Tidak. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir.

Alexei melepaskan pelukannya seraya menatap sang Mama dengan tingkat keseriusan di atas normal.

"Ma, apakah Mama benar-benar ingin aku menikah dengan Emily?"

Sang Mama menempelkan telapak tangannya di kening Alexei. "Apa kau demam Nak?"

Alexei mengerjap. Raut wajahnya seketika berubah sedih. "Tidak Ma, jawab saja pertanyaanku."

Fix. Sang Mama menduga kalau Alexei menderita syndrome galau akut pra nikah alias peninghitis.

"Tentu saja Mama ingin kau menikah dengannya. Lagipula kalian juga sudah sering gesek-ges..."

"Baik Ma!" Potong Alexei. "Segera selenggarakan pernikahan kami. Aku tidak akan lagi menunda-nundanya."

Kedua mata sang Mama spontan berbinar, terharu akan perubahan kilat ekspress sang anak.

"Baik Nak, secepatnya akan mama kabulkan permintaanmu."

***

Mohon maaf untuk part ini sangat sedikit. Tapi untuk next part Lenz usahakan agar lebih panjang lagi.

Terima kasih untuk yang selalu setia menunggu pasangan di luar logika ini.

Selamat membaca :)

Baby BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang