A CUP OF TEA.

1.6K 78 1
                                    

A CUP OF TEA.

Author : Lanniel

Bae Juhyeon [Irene] RV, Suho [EXO]

Romance, fluff | ficlet

Just own the storyline, all the cast belong to them self.

***

Irene berlari terbirit-birit menelusuri jalanan setapak didepannya. Kaki kecil itu mulai kelelahan, tapi ia tak mau menyerah. Ia tersenyum ditengah aktifitas menarik nafas, ia belajar untuk lebih menerima, lebih rela, lebih ikhlas dengan kenyataan didepannya. Tangan mungil dan tak begitu punya kekuatan itupun sebenarnya sudah ingin berteriak. Tas piknik itu terlalu berat untuk ukuran anatominya.

"Cepatlah Bae Juhyeon,! Kau lelet sekali."

"Ne. . ."

Yeri, anak baru di sekolah mereka itupun hanya bisa menatap miris. Ia prihatin dengan nasib kakak tingkatnya itu, ia ingin membantu tetapi hanya berakhir dengan menatap penuh belas kasihan. Wendy, disampingnya menggeleng pada Yeri, memberi semacam kode kecil, bahwa menolong Irene membawa tas piknik itu tak akan membantu.  Pada akhirnya, mereka hanya berjalan dibelakang Irene, berjaga-jaga, kalau-kalau teman mungil dan cantik mereka itu mendadak roboh akibat kelelahan.

"Suho-oppa memang sekejam itu yah."?

"Terkadang, Suho-oppa memang seperti itu, tetapi, ia orang yang baik Yeri-a."

Rasanya, cukup wajar jika Yeri menautkan kedua keningnya menanggapi  ucapan Wendy. Melihat fakta nyata didepannya, Suho taklah sebaik yang dipikirkan Wendy. Membiarkan Irene mengotong tas piknik sebesar itu sendiri, ditambah lagi ucapan-ucapannya yang terlalu kasar untuk ukuran Yeri, sungguh. . . anak baru itu tak paham kenapa Suho dikatakan sebagai kekasih idaman.

***

Irene meletakan tas piknik besar itu hati-hati, ia tak mau mendengar Suho berteriak lagi. Yeri dan Wendy menggelar tikar yang digotong mereka sebelumnya. Perjalanan yang memakan perasaan itu terbayar dengan indahnya danau dan rerumputan hijau disekitar mereka. Yeri dan Wendy segera lupa percakapan mereka sebelumnya. Mereka segera mengambil smartphone, memulai aktifitas menjepret apa saja hal indah yang mereka temukan disana.

Irene hanya tersenyum mendapati sikap kedua temannya, ia fokus menuangkan teh dalam termos kecil yang dibawanya kedalam gelas-gelas kaca, lalu ia beralih pada pria yang tadi berjalan didepannya. Suho menatap lekat padanya, tanpa ada jeda sedikitpun. Gadis cantik itu segera membenahi sikap, duduk dengan rapih dan tak berani menatap wajah pria didepannya.

"Kau kelelahan Bae Juhyeon."?

"Ah, tidak. Tidak sama sekali."

Suho menarik ujung bibirnya membentuk senyum yang tak simetris, tapi itu bukan senyum kesombongan. Hanya senyum dengan arti yang lain. Pria tampan yang masih mengenakan seragam sekolah itu mendekati Irene. Sepersekian detik kemudian, ia sudah duduk dengan jarak yang sangat dekat dengan Irene.

"Kau tidak pandai berbohong Bae Juhyeon."

Suho meraih tangan wanita itu, ia memijatnya lembut, Irene tak berani protes, ia membiarkan saja Suho memperlakukannya seperti itu. Sentuhan lembut itulah yang pada akhirnya menenangkan Irene.

"Kau tau tas itu berat,! Kenapa tak meminta bantuanku."?

"Aku bisa melakukannya kok."

"Bisa apanya,? Lihat, kau kelelahankan."

Irene tak pernah protes melakukan apapun untuk Suho, termasuk pergi ke acara piknik dadakan seperti hari ini. Ia tak perduli jika harus mengangkat tas seberat tadi asal pada akhirnya ia memiliki quality time bersama pria yang dicintainya.

"Aku yang memintamu pergi bersamaku hari ini, dan kau masih mau melakukan semua yang tak seharusnya kau lakukan. Kenapa,?"

"Kau pernah bilang, kau ingin menikmati secangkir teh ditempat ini."

"Itu bukan jawaban yang benar Bae Juhyeon."

". . . ."

"Katakan dulu, kenapa kau mau berkorban banyak untukku,? Tak marah saat aku memperlakukan mu kasar."

". . . ."

"Bae Juhyeon."?

"Aku kekasihmu kan."?

"Ya, kau kekasihku."

"Bukankah itu alasan yang cukup kuat untuk semua tindakan yang kulakukan."?

Suho tersenyum, sesungguhnya ia bukan pria kasar apalagi tegaan. Ia tak pernah rela membiarkan kekasih yang bersusah payah didapatkannya itu menderita. Ia selalu berat hati ketika melakukan tindakan seperti sebelumnya. Suho hanya ingin Irene bergantung padanya, meminta bantuan padanya ketika kelelahan, bergelayut manja pada lengannya, dan mengeluh atas semua hal yang kurang dari dirinya. Tetapi, wanita yang dikencaninya itu tak pernah mengeluh atau mempermasalahkan apapun. Ia selalu mengatakan "iya", selalu menjawab "baik-baik saja", selalu mengatakan "tak apa-apa".

"Bae Juhyeon, kau tau kenapa aku beruntung memiliki mu,"? Irene menggeleng dengan cepat,"kau selalu berhasil membuat ku jatuh cinta, jatuh cinta, dan jatuh cinta setiap waktu."

Pipi cantik wanita itu memerah, ia membalas genggaman Suho dengan lembut. Semua orang menatapnya dengan kasihan begitu berjalan berdampingan dengan Suho, tetapi banyak dari antara mata yang menatapnya tak paham bahwa pria tampan itu selalu memperlakukan Irene dengan lembut dan mesra pada akhirnya.

"Bae Juhyeon, aku punya satu permintaan."

"Iya. . ."?

"Mulai saat ini, bisakah kau lebih bergantung padaku,? Bersikap manjalah padaku."

Irene menatap Suho lembut dan dalam, kemudian mengangguk dengan pasti. Terakhir, ia bersandar dalam pelukan pria yang sangat dicintainya bersama  aroma secangkir teh yang sejak tadi tampak menggiurkan didepan mereka.

***

end

RED VELVET ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang