SUDUT PANDANG REUBEN!
Hati harus dibagi menjadi dua bagian jika kau menemukan cinta yang baru. Belah adil samarata. Biarkan sebagian kosong, simpan. Isi separuh hati dengan kesenangan hingga tak penuh-penuh. Biarkan begitu saja hingga mungkin waktu membalas doa akan takdir yang indah. Namun bila sakit justru tiba lebih banyak, alihkan sakit itu di separuh hatimu tetap hangat dengan sia-sia kenangan yang tak sepatutnya dihapus.
Aku membagi hatiku menjadi dua, sejak kau isikan aku di separuh hatimu dengan tak penuh-penuh.
♡
Aku tidak bisa membantu bahagia. Tapi, izinkan aku menjadi temanmu yang lebih dekat. Apa pun itu namanya.
Sampai saat ini, tidak ada alasan paling logis kenapa aku justru memilihmu kala itu. Kau datang hanya membawa tumpukan kertas-- mungkin bekas coret-coret dosenmu-- wajah masih sayu, dan malam itu kita mulai bercakap banyak hal. Kuakui, kau adalah pencerita yang ulung. Entah berapa ratus buku yang sudah kau serap hingga susah bagiku mengetahui apa yang tak kau tau.
Katamu, manusia wajib tahu dua hal terpenting dalam hidupnya. Kematian dan luka. Aku tidak tahu kenapa cinta tidak masuk kedalamnya. Padahal bagiku, dengan cinta, dunia bisa diubah. Tapi, kau bilang jika cinta hayalah label. Kedok suci agar beberapa manusia bisa memadukan emosinya hingga puncak. Bullshit! Lebih banyak penderitaan dengan cinta diatasnamakan, agar kebenarannya mutlak.
Kau tidak mencintaiku, katamu dengan tegas. Tentu sorot mata elang tak bisa bohong. Dengan tak mencintaku, aku makin hanyut dalam arus berkelok-kelok dalam kepalamu. Gila, mungkin aku memang begitu. Sejak awal, kau memang berniat membuat kita menjadi sepasang orang gila yang mengutuk cinta. Mungkin, aku telah dicuci otak olehmu.
Kita adalah sepasang sakit jiwa yang spesial. Aku bangga dengan julukan itu. Kita memang sepasang manusia hilang arah yang hanya bisa tertawa.
♡
Kau memandang dunia ini sebagai potongan-potongan kertas origami yang disobek tak beraturan. Semua hanya kumpulan luka. Dan aku percaya.
Luka adalah kesempatan.
Kesempatan untuk memaafkan, untuk berubah menjadi baik, kesempatan untuk tidak memandang dunia sebagai gudang kebahagiaan. Karena mencari kebahagiaan hanyalah wujud ambisi yang berlebihan. Kebahagiaan adalah menerima luka dengan senyum, meski kadang air mata tak tertahankan untuk meleleh. Dan aku menemukan kebahagiaanku denganmu dari diskusi-diskusi pelik, bahkan terkadang absurd. Denganmu, yang entah apa namanya.
♡
Sering aku bingung memberikan julukan di mata mereka. Ayah, manusia tunggal yang aku punya di dunia ini, kerap menggoyahkan imanku. Aku terpaksa menyebutnya pacar, kekasih atau julukan spesial yang seharusnya tak layak untuk kegilaan kita ini. Tetaplah kita ini hanya sepasang sakit jiwa , begitu selamanya. Mungkin jika ada reinkarnasi, aku akan berusaha agar kau memilihku untuk kegilaan selanjutnya.
Maafkan aku.
Aku memang tidak sehebat dirimu untuk memaknai hidup ini dengan semuanya. Di hati yang entah di mana letaknya, aku menyimpan cinta untukmu. Hal paling tabu dalan kisah kita. Aku menyimpan harapan di gelap ujung sana. Kau adalah kekasihku. Harga mati. Cukup aku dan egoku yang tahu.
Mungkin dianggap terlalu berharap. Bersamamu, aku merasa sangat bahagia. Cinta jelas terpampang begitu nyata hingga kukira kau terlalu naif untuk mengingkari. Sepasang manusia yang terlalu dekat, bertukar semua isi kepala. Tersenyum, berbagai suap dan marah jika kita terlalu sibuk dengan dunia masing-masing. Apa namanya?