"Jangan bodoh, Mikh!" Suara lembut itu bernada marah. Dada gadis itu naik turun, napasnya terasa berat. Matanya menatap tajam pria yang duduk tepat dihadapannya.
"Kau akan mengerti setelah bertemunya lagi, sayang," tanggap Mikha yang disambut setetes bening dari sudut mata gadisnya itu.*
"Baiklah, aku segera kesana." Mikha segera berdiri dan meraih tasnya.
"Ada apa?" Tanya Senja begitu Mikha bangkit dari duduknya.
Mikha menatapnya tak enak. "Maafkakn aku. Aku harus pergi sekarang juga." Jawabnya terburu-buru.
Senja menahan lengan kekasihnya yang hendak pergi, "Jane, lagi?" Lirihnya. "Sejak dia ke Indonesia, aku selalu jadi nomer dua untukmu? Siapa aku ini sebenarnya, Mikh?" Senja mengendurkan pegangannya dari lengan kekasihnya itu.
Mikha memutar langkah. "Hei, aku kesana sebagai seorang dokter. Jane pasienku dan kau tetap kekasihku. Kau jelas tau itu, sayang," Mikha berjongkok dihadapan Senja. "Kau sudah paham dengan pekerjaanku ini."Lanjut Mikha sambil mengelus punggung tangan Senja
"Kenapa harus kau? Banyak dokter lain di rumah sakit itu, kan?" Tanyanya ketus. Sepertinya kesabaran Senja mulai habis, dia sudah tau akan jadi seperti ini.Mikha seorang profesional, dia akan ke rumah sakit kapan pun ketika ditelepon dari rumah sakit tempatnya bertugas, sekali pun itu tengah malam. Sebenarnya, Senja sudah paham betul pekekerjaann kekasihnya itu. Tapi ketika tau Jane-- gadis masa lalu Mikha-- menjadi salah satu pasiennya lagi. Senja tidak tinggal diam. Bisa saja gadis itu datang dan memberi harapan lagi kepada kekasihnya.
"Karena Jane bukan sakit demam, Senja," Mikha memberikan penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan.
"Makasudmu?" Tanya Senja ragu.
"Kau lupa aku dokter apa?" Suara Mikha melemah. Sorot matanya begitu menyedihkan.
Tanpa sadar Mikha menarik napas panjang.
"Kurasa, aku sudah sangat telat." Mikha berdiri sambil mengelus rambut Senja pelan. "Aku pergi dulu."Senja merasa dirinya salah kali ini. "Maafkan aku, Mikh." Gumamnya pelan. Aku melupakan masa-masa dimana Jane selalu menjadi nomer satu bagi Mikha.
Jane adalah masa lalu Mikha. Dulu mereka punya hubungan emosional yang cukup dekat. Mereka adalah pasangan yang unik, begitu orang mengatakannya. Tak heran ketika orang-orang mengira Jane adalah seorang yang waras. Gadis itu cantik, rambut panjangnya selalu dibiarkan terurai. Jane juga ramah pada siapa pun, termasuk Senja. Mikha merasa nyaman ada didekat gadis itu, walau dia bukan seorang yang waras.
Jane hampir menyelesaikan terapi kejiwaannya, dia hampir sembuh kala itu. Tapi, orang tuanya bersikeras membawa Jane bersama mereka ke luar negeri. Mikha tidak mungkin melarang orangtua untuk membawa anaknya bersamanya.
Saat itu, Senja melihat jelas kekecewaan Mikha. Gadis itu seperti membawa nyawanya bersamanya.
Dari sinilah aku mulai masuk dalam kehidupan Mikha. Otak Senja seperti memutar film tanpa suara.Karna itu Senja sangat marah ketika tau Jane kembali. Senja lupa, kalau dulu Jane punya posisi spesial dihati Mikha. Nama Jane sudah hampir hilang di hidupnya Mikha.
Dan cuma namaku yang harusnya dia ingat. Tapi, dia kembali. Batinnya*
"Bagaimana kondisi, Jane?" Tanya Senja ragu.
"Sedikit membaik." Jawab Mikha cuek.
Senja mengigiti bagian dalam bibirnya. Sebenarnya ada rasa khawatir dalam hati Senja. Ada pertanyaan yang mengganjal hatinya.
"Hei, apa kau baik-baik saja?" Mikha menyelipkan rambut Senja dibelakang telinganya.
"Hanya sedikit lelah." Senja menatap mata Mikha dalam. "Mikh, apa masih ada harapan dihatimu?" Tanya Senja hati-hati.
"Maksudmu?" Kening Mikha mengkerut. "Tidak, bukan apa-apa." Mikha menahan Senja. Dan memberi isyarat untuk duduk kembali."Apa ini soal Jane?" Tanya Mikha tepat. Kekasihnya hanya mengagguk samar. "Senja, ngga ada orang yang mau kembali ke masa lalu," Mikha berhenti sebentar. "hilangkan semua rasa takut itu dari pikiranmu. Aku takkan membagi hatiku pada gadis lain." Pria itu seperti membaca pikiran gadisnya.
Ah! Pria ini membuatku selalu jatuh hati padanya. Batin Senja.
"Aku hanya takut kau akan--"
"Tidak. Tidak akan aku meninggalkanmu, tidak akan menomer duakanmu, tidak akan membagi hatiku. Aku janji, sayang." Ucapnya dengan tegas.Percayalah, ketika kau menemukan seseorang yang pernah terluka hatinya karena cinta. Dan cinta lain datang memeluknya, dia tidak akan menyia-nyiakan cinta itu. Terus peluk dia. Namun, jangan terlalu erat, dia akan berontak ketika pelukanmu terlalu membuatnya sesak. Peluklah dia dengan kelembutan dan rasa sayang yang berada dibatas aman.