GOKIL III
MALING BEGIN
“Maling...! Maling...! Maning eh... maling!” seakan riuh terdengar dari arah belakang sekolah tepatnya kebun Da[1] Men (penjaga sekolah). Disusul dengan seorang cowok yng berlari dari arah belakang sekolah, sambil membawa kalikih[2] menuju WC cowok. Dibelakang cowok yang berlari itu bermunculan tuyul, eh bukan. Maksudnya kumpulan cowok botak yang lagi berlarian mengejar sang maning. Aduh maksudnya maling. ~the authos jadi latah gini cape deh~
___---
“Siapa yang kemaren mencuri kalikih-nya? Penjaga sekolah?” tanya Bu Widi dengan nada menuntut. Walau wajahnya tersenyum tapi ada senyuman tak suka disana. Dengan gaya polisi yang lagi mengintrogasi penjahat kelas kakap ia mulai menanyai kelas.
Di depan kelas berdiri sederetan cowok. Dengan santai, cuek bebek empat tak, Bu Widi mulai memperhatikan air muka para tersangka..
“Ibu heran deh ama kalian itu, suka banget ngelakuin yang aneh-aneh gimana gituh! Kalian jangan menambah penderitaan kalian dengan kebohongan. Ibu lebih suka cowok yang jujur.” Papar Bu Widi dengan gaya jaksa lagi ngejelasin fakta-fakta. Kata-kata favorit Bu Widi muncul dengan indah, penderitaan. Mata Bu Widi berkedip-kedip saat menucap kata-katanya yang terakhir ke arah anak-anak cowok..
Bu Widi berjalan kearah anak-anak murid wanita. “Para ibu-ibu, suka nggak sama bapak-bapak yang joejoer??” tanya Bu Widi pada murid cewek sambil melirik tajam kearah murid-murid cowok..
Sebagian cewek ketawa-ketiwi mendengar pernyataan Bu Widi, sebagian lagi tersenyum sambil baca buku.
“Karena diantara kalian tidak ada yang ngaku, jadi semua anak cowok Ibu bawa ke kantor.”
“Yah,.. Bu Widi jangan dong,” akhirnya Geo berbicara. Kata-kata pertama yang sungguh memelas. ~kasihan sekaleee~ Geo mulai panik begitu Bu Widi mengucap kata kepala sekolah.
“Begini Bu Widi, kami ini tidak bersalah. Lebih baik kita bicarakan baik-baik hal ini. Tentu saja dengan kepala dingin, betul kan Bu?” kata Jack sok bijaksana masih dengan gaya khas berpahamnya membuat seisi kelas pecah karena derap tawa.
“Baik-baik apanya? Sudah satu jam saya disini tapi kalian belum juga mengaku. Pak Al, saya pinjam siswanya dulu ya!” kata Bu Widi seraya menoleh pada Pak Al-Ansori yang dari tadi duduk di meja guru sambil senyum manyun nggak jelas.
So, Bu Widi baru aja mau keluar Nugie melangkah sedikit dari tempat duduknya, membuat Bu Widi menoleh.
“Hehehe! Saya yang nyuri buk,” aku Nugie seraya memasang tampang bersalah. Sayangnya tampang itu sama sekali nggak cocok buatnya sehingga ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum rada cuek bikin deras tawa kembali terdengar.
“Uaaa....ha...ha...ha...,”
.Akhirnya Nugie diseret sebagai terdakwa ke meja hakim~hakimnya pak kepsek of course~ untuk disidang. Berakhirlah kasus kemalingan kalikih dengan Nugie sebagai pelaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gokil Class
Teen FictionDiary dua orang remaja labil tentang kelas pertamanya di bangku SMA yang aneh binti ajaib. Cerita suka duka, kekoplakan, persahabatan dan cinta juga. Gokil class is best ever