Holaaa... akhirnya author sengklek yang suka ngaret ini datang lagi... huhaaa...
Nunggu ceritanya gak??
sebenernya cerita ini rame gak sih?? aku pun bingung... haha...
Ah sudahlah.. gak usah basa basi lagi.. mulai lagi ya ceritanyaa..
***
Rain berjalan gontai menyusuri setiap lorong rumahnya, dengan gitar ze yang setia berada dalam genggamannya. yang akhirnya rain berhenti di sebuah pintu dan langsung membukanya, pintu kamarnya.
Iya meletakkan gitar itu dengan hati hati. Dan langsung merebahkan diri diatas kasur yang empuk beralaskan sprei bermotif itu.
Bayangan bayangan akan kepergian ze masih terekam jelas di benaknya. Sungguh aku tak ingin kau pergi ze. batin rain lirih. Rain melirik gitar ze sejenak, melihat 2 ukiran tanda tangan ze dan dirinya masih ada disana.
Jangan bersedih kak.. ze akan selalu ada dihati kakak. Dan takkan pernah pergi.
Rain melihat sekeliling kamarnya. Tak ada ze disana , tapi ia baru saja mendengar kata2 yang sedang diucapkan oleh ze. Entah itu adalah khayalannya saja atau bagaimana. Yang jelas rain mengetahui bahwa ze selalu ada dihatinya.
*
Sudah beberapa hari berlalu dari kepergian ze. Ciella tampak lebih murung dari biasanya. Fadhlan?? jangan tanyakan dia kemana, setelah kepergian ze. Fadhlan pun menghilang dan tak masuk sekolah. Hal ini menambah kemurungan dibenak ciella.
Seragam sekolah yang kini ia kenakan. Menjadi salah satu tiket masuk ke bangunan berilmu itu, ya walaupun banyak yang menganggapnya itu sebagai penjara berilmu. Langkah kakinya membawanya menuju ruang kelas. Dimana kelas itu sudah tak seperti awal ia masuk kesini. Tak ada candaan dari fadhlan, atau untaian petikan senar gitar dari ze. Semua tampak membosankan dan tak ada yang spesial. Hingga akhirnya seorang gadis dengan rambut panjang dan kulit putih berdiri di ambang pintu dan menanyakan keberadaan ciella.
Ciella yang merasa dipanggil oleh gadis itu pun segera menghampirinya.
"Ouhh.. jadi kau lah orangnya.. ciella mikhaelis kah??" Tanya gadis itu dengan sumringah.
"Mmm.. ya ada apa??" Tanya ciella dengan tatapan penasaran.
"Kau adik angkat rain maurer kan. Senang sekali bertemu denganmu.. aku Allen.. teman dekat Rain.. " ucap gadis itu yang menyebut dirinya allen dengan semangat menjabat tangan ciella.
" aku butuh bantuan mu.. " ucap allen membuat kening ciella berkerut
*
Siang ini hujan melanda dengan sangat deras. Ciella masih terdiam didalam kelasnya. Mencerna kata kata gadis yang tadi pagi menemuinya untuk meminta bantuan pada ciella.
Apa aku harus membantunya?? batin ciella bertanya. Bimbang pun menyelimutinya. ciella mengusap wajahnya perlahan. Mencoba berfikir akan kah ia menerima permintaan itu atau tidak.
Namun sebuah suara membuyarkan lamunannya seketika. Seseorang yang sedang memanggil namanya.
Ciella beranjak dari tempat duduknya dan mencari asal suara yang memanggil namanya. Hingga ia menemukan sosok yang selama ini hilang dari hidupnya beberapa hari. FADHLAN..
"Akhirnya aku menemukanmu.." ucap fadhlan yang berada dihadapan ciella
" seharusnya aku yang berkata seperti itu. Kau yang menghilang dariku beberapa hari yang lalu. Dan tiba tiba kembali begitu saja saat aku sendirian disini. Seperti pahlawan kesiangan yang tersesat di labirin kaleng" kesal ciella
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Randomdia milikku dia akan tetap menjadi milikku,, apapun akan aku berikan untuknya,, apapun akan kulakukan untuknya,,, hanya untuk dia,, seseorang yang sangat aku cintai.. seseorang yang sangat berharga untukku karena dia milikku.. she's mine...! -Rain