Part 1

1K 13 1
                                    

            Kala itu cuaca sedang tidak bersahabat. Kota New York disengat panas––matahari seakan tidak segan-segan menumpahkan sinar dan panasnya turun ke bumi. Jannetha––gadis dengan manik mata abu-abu yang indah tersebut––melangkahkan kakinya menuju ke sebuah supermarket dengan langkah terseret-seret. Gadis itu menyeka keringat yang mengucur deras pada keningnya dengan sapu tangan biru mudanya.

            “Sial, hari ini panas sekali!” desisnya sambil terus melangkah. Gadis itu baru bisa mengembuskan nafas lega ketika wangi dan aroma supermarket mulai tercium dari hidung lancipnya. Ditambah dengan udara sejuk yang bersumber dari gedung itu. Tanpa mengundur waktu lagi, Jannetha masuk ke supermarket tersebut dan langsung menyambar ke tempat troley. Gadis itu menarik salah satu troley dan masuk ke dalam supermarket lebih dalam lagi.

          Jannetha––atau yang biasa disapa Jane––menyusuri supermarket itu dengan langkah sedang. Dia berhenti sebentar, memandang kertas panjang atau daftar belanja yang kini di genggamnya. Kalau bukan perintah ibunya, dia tidak akan mau pergi ke supermarket ini di cuaca yang sedang terik-teriknya, apalagi harus jalan kaki. Ya, Jane memang tidak mempunyai kendaraan. Biasanya dia naik kendaraan umum seperti bus, kereta bawah tanah dan semacamnya. Tapi karena ingin hemat uang, gadis itu memutuskan untuk berjalan kaki saja mengingat bahwa jarak antara rumah dengan supermarketnya itu tidak terlalu jauh.

            "Tinggal susu kotak, dan selesai," gumam Jane seraya membaca tulisan terakhir pada kertas itu. Dia menghela nafas panjang dan membuang kertas tersebut ke kotak sampah yang memang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia memang tidak membutuhkan kertas itu lagi setelah mendapatkan susu kotak.

            Gadis itu mulai berjalan memasuki sebuah rak yang terdapat banyak sekali susu kotak disana. Ya, memang banyak. Tapi dia harus membeli satu saja dengan merk yang sudah di tentukan ibunya. Jannetha memutar kepalanya mencoba mencari susu kotak yang di incarnya, akhirnya matanya bertemu dengan barang itu. Dengan sigap, Jane menghampiri susu kotak dengan merk sesuai keinginan ibunya dan segera meraihnya. Namun ada sesuatu yang menghalangi tindakan Jane. Seseorang yang lain juga tengah berusaha mendapatkan susu kotak itu. Hanya susu tersebut yang tersisa. Sedangkan susu-susu yang lain bermerk berbeda.  

            Jane memutar kepalanya––mencoba melihat siapa yang memegang susu itu juga. Dan tiba-tiba matanya mendapati seorang pria berambut emas tengah memandanginya dengan tatapan datar dan dingin. Jane mendelik. "Lepaskan tanganmu dan biarkan aku yang mendapatkan susu itu," sergahnya. Pria dihadapannya hanya tersenyum miring tanpa melepaskan tangannya dari susu kotak tersebut.

            "Tidak bisa. Aku sudah mendapatkannya duluan," balasnya yang membuat Jane tambah geram.

            "Enak saja! Aku duluan yang menemukan ini!" Jane mulai menarik barang tersebut tapi satu lagi tangan pria itu menahannya. Shit, batin Jane dalam hati. "Kau ini! Berikan padaku! Kau ambil saja susu kotak yang lain!"

            "Kenapa tidak kau saja yang mengambil susu kotak yang lain?" sahutnya.

            "Tidak bisa, aku memang harus membeli yang satu ini! take your hands off or i will kick your ass!" balas Jane dengan tatapan melotot. Pria itu hanya bergidik dan tangannya segera melepaskan susu kotak itu––menyerahkannya kepada gadis yang belum ia kenali.

            "Pasti kau ini bukan orang yang berpendidikan. Seharusnya kau lebih menjaga omonganmu ketika bicara dengan orang baru kenal." katanya. Jane hanya menggidikkan kedua bahunya tidak peduli.

            "Apa katamu? Bukan orang yang berpendidikan? Heyy asal kau tahu ya! Aku bersekolah Brooklyn Latin School! Itu sekolah terbaik di New York!" Jane tak mau kalah. Tangan kanannya memasukkan susu kotak yang baru ia dapat ke dalam troley. Mendengar ucapan gadis itu, pria di hadapannya langsung melotot––menujukkan ekspresi tak percaya. Jane terkekeh "Kenapa kau terlihat begitu kaget? Terkejut ya kalau kau sedang berhadapan dengan orang yang salah? Atau kau iri mendengar aku sekolah di tempat itu?"

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang