Part 4

246 10 2
                                    

"Kau selalu saja berhadapan dengan orang yang salah,"

Kalimat itu terus berputar-putar di kepala Jannetha. Gadis itu mendesah dan merasa tidak enak hati. Dia telah menuduh Justin yang tidak-tidak. Mungkin memang bukan Justin pelakunya, melainkan Cody—seperti apa yang dia lihat.

Dia menyesal mempercayai Katherine begitu saja. Toh, yang dilihat Katherine kan hanya jaketnya saja, bukan  orangnya. Jane memaki-maki dirinya sendiri sambil menyusuri koridor panjang Brooklyn  tersebut. Sekolah sudah sangat sepi. Dia memang harus pulang telat karena harus mengikuti ekstrakurikuler seninya itu. 

Gadis itu berjalan lebih jauh sampai berada di ujung koridor—yang menghubungkan langsung pada pintu keluar. Ya, pintu keluar Brooklyn Latin School tersebut. Dengan mengembuskan nafas pendek, Jane melangkah keluar dan hendak menuju gerbang sampai pada akhirnya terdengar suara klakson mobil yang sukses membuat gadis itu terloncat.

"Jane!" ada sebuah suara yang memanggil Jane. Suara itu berasal dari mobil yang barusan membunyikan klaksonnya. Jane menoleh dan mendapati momnya yang tengah berada di dalam mobil sedan mewah tersebut. Mata Jane membulat dan mulutnya sedikit terbuka. Bagaimana bisa wanita itu berada di mobil mewah?

"Jane, kemari!" wanita paruh baya itu berteriak lagi. Jane pun segera berjalan mendekat menghampiri momnya.

"Mom, mobil siapa ini?" bisik Jane ketika sudah dekat. Gadis itu bisa melihat ada seorang supir yang duduk di jok depan.

"Sulit menjelaskannya sekarang. Kau masuk dulu, cepat!" perintah momnya. Jane mendesah singkat dan menurut. Dia mulai menarik pegangan pintu dan masuk ke dalam mobil mewah tersebut.

"Sekarang jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi," tagih Jane kepada momnya.

"Harold, kau bisa jalankan mobil," Wanita itu berkata kepada pria yang duduk di jok supir tersebut sebelum menjawab pertanyaan dari putrinya. "Well Jane," kini mata gelap wanita itu melirik Jane. "Ini adalah mobil... uhm, calon suamiku."

Jane yang mendengar perkataan tersebut langsung terbatuk lantaran terkejut. Apa-apaan itu tadi? Calon suami? "Mom...?"

"Aku tahu ini sangat mengejutkan bagimu, Jane," wanita yang bernama Lissa itu mulai mengelus jari-jari putrinya. "Tapi begitulah, kami berdua sepakat untuk segera menikah. Segera. Secepatnya."  Jane belum bisa merespon. Dia hanya memejamkan mata seraya mengela nafas. "Apa kau keberatan?"

"Tentu tidak," Jane langsung membalas. "Hanya saja... Ya terasa begitu cepat. Baru tadi pagi kau bicara bahwa kau memiliki pacar, dan sekarang... sudah calon suami saja." 

"Mom juga tidak tahu akan secepat ini." 

"Dan bagaimana bisa aku duduk di mobil ini sekarang? Maksudku.. apa dia memberimu mobil?"

Wanita yang di hadapannya malah tertawa mendengar perkataan putrinya. "Tentu tidak sayang. Dia memaksa mom untuk menjemputmu dengan mobil ini lalu membawamu pergi untuk bertemu dengannya."

"Ap-apa? Aku masih berseragam sekolah, mom. Yang benar saja!" rengek Jane.

"Tidak masalah, dear." 

"Ugh, terserahlah." Jane melipat kedua tangannya di depan dada. Lisa—ibu Jane—hanya terkekeh.

"Kita sudah sampai," supir di depan berseru pelan, membuat Lisa maupun Jane sama-sama melayangkan pandangannya keluar jendela. Sebuah restoran mewah menyambut mereka.

"Mom, apa kau yakin aku akan ikut makan malam dengan seragam yang masih menempel di tubuhku?" gadis itu terlihat ragu akan penampilannya.

"Of Course. Kau tidak terlihat buruk kok, ayo turun." Lisa menggenggam tangan putrinya dan melangkah keluar mobil. Jane membuang nafas tampak pasrah dan mengikuti momnya berjalan. Sesekali dia menatap langit yang mulai gelap. Ternyata sekarang sudah hampir jam setengah tujuh.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang