Chapter 4

30 3 3
                                    

Photograph - Ed Sheeran

Chapter 4

Andrew POV

Sial, sial, sial.
Aku terpaksa berjalan kaki sambil menuntun motorku yang tiba-tiba ngadat menuju bengkel.
Dan jadilah kini, aku berdiri sendirian di halte bus. Menunggu bis yang akan datang kira-kira 30 menit lagi. Semoga.

...30 menit berlalu.

Aku menengok-nengok ke arah jalan raya dengan tak sabar. Bis yang kutunggu tak juga datang.

"Anjir, ini bis kemana, lagi. Lama amat. Jamuran gue disini," aku mencak-mencak dengan diiringi tatapan heran para manusia yang juga hadir di tempat ini.

Lama-lama, malu juga diliatin. Aku menghempaskan bokongku di bangku tunggu halte. Lalu meninju besi penopang keras-keras.

Klang!!

Adaww... Sial sial sial. Ternyata besi penopang itu lebih keras dari yang kukira sehingga orang-orang yang tadi menatapku semakin geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Jadi aku berusaha diam.

1, 2, 3, 4, 5 menit kemudian...
Bisnya datang. Terlambat 5 menit, ternyata. Tapi bagiku tersiksa, tahu! Baru pulang dari kerja kelompok, motor mogok, dan 35 menit menunggu di halte sambil mencak-mencak dan diliatin kayak orang gila... Emangnya enak?

Dengan langkah lebar, aku memasuki bis sambil memelototi kondektur yang tampak kaget dengan pelototan itu.

Hempasan tubuhku di bis rupanya mengejutkan seorang cewek yang tadinya tampak asyik menatap layar ponselnya. Cewek itu mulai memperhatikanku. Tapi aku berusaha bersikap sebodo amat. Saking mumet atas nasib buruk yang baru saja menimpa hariku.

***

Bis ini berhenti di halte tempatku harus turun. Dan ternyata cewek di sampingku juga turun dan sebagai gentleman, aku mempersilahkannya turun lebih dulu.

Tanpa sengaja, aku melihat sebuah dompet mungil bergambar teddy bear terjun bebas dari saku si cewek. Namun, dia sudah berjalan menuju pintu bis. Dengan segera, aku memungut dompet itu dan turun dari bis demi mengejar si empunya dompet.

"Hei, hei, tunggu... Lo yang cewek...!" panggilku sambil berlari mengejar si pemilik.

Cewek itu menoleh.
"Lo manggil gue?" konfirmasinya sambil menunjuk ke dirinya sendiri.

"Iya, iya, lo. Ini dompet lo?" tanganku menyerahkan dompet dari genggamanku.

"Eh? Iya itu dompet gue. Kayanya jatoh tadi, ya? Makasih, ya..." senyum cewek itu terkembang saat menerima dompet itu. Kemudian ia menatap wajahku dengan alis bertaut.
"Lo..."

"Apa?" Dahiku ikut berkerut.

"Andrew, ya??"

"Hah? Kok lo tau? Mmm... Lo siapa, ya?" tanyaku kaget.

"Masa lo gak inget, sih, sama gue? Ini gue, temen SD lo..." ucap cewek itu.

"Temen SD?? Emm... Bentar deh, gue pikir-pikir dulu. Lo..."

"Kimberly," senyum cewek itu memperkenalkan dirinya. "Inget gak?" desak cewek... Eh, Kimberly lagi.

"Ntar, ntar. Gue inget-inget dulu, napa?" aku mulai melotot lagi.

Kimberly, Kimberly... Kenal nama itu, tapi dimana, ya?? Temen SD?? Sayangnya aku udah mulai lupa-lupa ingat sama nama temen-temen SD.

Lama otakku berputar, aku teringat sesuatu. Seseorang yang pasti ingat semua nama-nama temen SD sampai sekarang. Sherlyn! Dia pasti inget.

"Nanti aja deh. Gue gak inget. Ntar kalau ketemu lagi, mungkin bakal inget," ucapku pada Kim yang tampak kecewa, sebenarnya.

"Hmmm... Yaudah deh. Gue duluan. Kalau gitu. Bye..." Kim beranjak pergi meninggalkanku. Guratan kecewa tampak jelas saat dia mulai melangkah menjauh.

Aku baru menyadari bahwa barusan aku terbengong menatap kepergian Kim. Entah berapa menit. Menyadari hal itu, aku melangkah setengah enggan ke rumah.

***

Aku mengambil satu set pakaian secara acak dari dalam lemari di kamarku. Setelah getting dress secara express, aku berlari menuju rumah sebelah (baca : rumah Sherlyn).

"Sherlyn... Lo ada di rumah nggak..??" teriakku tepat di muka rumah Sherlyn.

"Ada... Bentar..." terdengar sahutan samar Sherlyn dari dalam rumah. Semenit kemudian, gadis itu muncul di hadapanku sambil berkacak pinggang.

"Maaf, mas? Ada perlu apa, ya?" Sherlyn menatapku seolah aku ini tukang tagih listrik.

"Oh, mbak. Saya kesini mau ganggu keadaan rumah mbak," candaku garing.

"Oh, boleh..." Sherlyn terkikik. "Masuk aja, yuk."

"Eh, Lyn. Lo masih inget nama temen-temen SD, kan?" aku mulai membuka pembicaraan.

"Hah? Temen SD? Lo pengen nostalgia?"

Aku mengangguk-angguk. "Iya. Bisa jadi."

"Hmmm... Bentar deh. Gue inget-inget dulu..." Sherlyn mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk. "Yang gue inget cuma..."

Dan mulailah ia menyebutkan satu per satu nama-nama yang bahkan sudah tak kukenali wajahnya.

"... Terus, Aldo, Dwi, Kimberly---"

"Wait!" aku memotong ucapannya saat kudengar nama 'Kimberly'.
"Siapa, Lyn? Kimberly?"

"Iya," Sherlyn mengangguk.
"Eh, tunggu. Gimana kalau gue ambil album fotonya? Biar nostalgianya lebih klop, gitu...?" ia beranjak dari tempatnya untuk mengambil album dari sebuah rak tinggi.

Aku mengangkat daguku. Memperhatikan apa yang dilakukan Sherlyn. Ia berjingkat sedikit untuk meraih album yang terletak di rak paling atas.

"Nah. Ini dia."
Ia bersorak begitu berhasil mengambil sebuah album bersampul hardcover warna coklat muda. Di bagian depannya tertulis 'ELEMENTARY SCHOOL HAPPINESS' dengan tinta warna emas. Oh, ya ampun. Sherlyn...

"Nih, nih, nih..." ia mulai membuka lembaran-lembaran foto yang... Yah... Kadang terlihat bagus, kadang juga terlihat... Betapa culunnya masa-masa SD. Itu membuatku tertawa kecil. Mau tidak mau.

"Lewat aja yang itu, Lyn. Gue geli liatnya," pintaku saat Sherlyn membuka salah satu foto, dimana aku sedang bertelanjang dada, bersama teman-teman yang lain. Bergaya seolah memiliki tubuh yang sexy. Ya, foto itu diambil saat berada di kolam renang. Memalukan.

"Haha. Kenapa memangnya? Ini lucu tauu..." Sherlyn malah tertawa dan memelototi foto menggelikan itu. Membuatku menggerakan tangan merebut album itu. Dan Sherlyn membiarkannya.

Aku mulai membolak-balik lembaran foto dan menghentikannya tepat di foto momen perpisahan.

"Coba lo sebutin satu-satu nama-nama mereka," pintaku. Sherlyn mengambil album itu dan mulai memerhatikan satu-satu wajah mereka yang ada di foto itu dan menyebutkan nama-nama mereka.

"Kimberly yang lagi minum," tunjuk Sherlyn ke seorang anak perempuan yang tampak sedang menyeruput minuman kemasan.

aku memperhatikan wajah itu. Aaaaa.... Itu memang Kimberly yang kutemui di halte! Benar-benar dia!

------------------------------------------------------------------------------------

Tuberculosis (TBC)...

Setelah lama hiatus, kita datang lagi. Ini post-an kayanya satu-satunya di bulan april. Setelah ini bakalan hiatus lagi sampai bulan mei. Mau UN soalnya. Doain ya, moga-moga bisa lulus dengan nilai dan NEM yang bagus. Aminin yak pembaca budiman!

29 April 2016

Everything [Very Slow Update (Sorry ~_~)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang