Chapter 1

132 13 7
                                    

Pagi ini Rahel sedang berjalan tegap dengan pandangan cuek lurus kedepan menyusuri koridor sekolahnya.

Lebih tepatnya sekolah baru yang akan ditempatinya untuk setahun kedepan.

Ya, Rahel adalah siswa SMA Wingston kelas XI IPS sekarang.

Selain karna siswa baru, gayanya berjalan dan ekspresi datarnya membuat banyak pasang mata melihatnya.

Tipikal cewek cuek seperti Rahel tidak merasa keberatan dipandang seperti itu.

***

"Saya melihat siswa asing disini, bisa tolong perkenalkan diri kamu?" kata bu Martha, guru geografi yang sedang duduk dan menatap Rahel.

Yang ditatap hanya memasang muka datar sambil maju kedepan dan mulai memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Rahel, kalian bisa panggil saya Rahel."

Beberapa siswa tertawa mendengar perkataan singkat Rahel.

"Udah kan bu?" tanya Rahel tidak sopan.

"Cuma itu saja? Kamu gamau ngasitau asal sekolah kamu, alasan kamu pindah, dan alamat atau hobi kamu?" tanya bu Martha panjang lebar.

Rahel menarik nafas panjang dan berkata "itu privasi"

Banyak siswa terbengong atas perkataan Rahel barusan. Mereka mengira ia akan mengatakan suatu kalimat yang panjang.

Bu Martha menatap sinis rahel.

Bukan bermaksud tidak sopan, tapi memang begitulah Rahel.

Cuek dan dingin.

Bu Martha pun tidak ingin mempermasalahkannya dan mempersilahkan Rahel duduk.

Rahel kembali ketempat duduknya dengan cuek, ia tidak perduli dengan tatapan dan suara riuh seisi kelas yang mulai membicarakannya terang-terangan.

Tak sengaja, tepat saat ia ingin duduk, matanya tertuju pada seorang cowok yang sedang menatapnya dalam.

Tapi aneh, ia tak dapat mendengar atau bahkan membaca sesuatu diwajahnya.

Rahel tidak ambil pusing, ia memilih kembali duduk dan bersikap tenang.

Rahel menenggelamkan kepala dalam lipatan tangannya dan mencoba untuk tidur tanpa perduli bu Martha yang sedang menjelaskan didepan.

Karna ada keperluan mendadak, bu Martha bergegas pergi dan meninggalkan tugas untuk mereka.

Masih dengan posisi yang sama, Rahel mendengar bangku disebelahnya ditarik. Rahel tidak terlalu perduli, dia terlalu mengantuk untuk bangun dan melihat orang yang ada disebelahnya.

Salahkan Angga, kakaknya yang terus saja membuat onar dirumah, pergi ke clubbing hingga tak ingat waktu pulang, sehingga Rahel harus menunggunya hingga pukul 2 dini hari.

***

"Heii" panggil orang itu sambil mencolek pundak Rahel pelan.

Diam.

"Rahell~" panggilnya lagi sambil menggoyang pundak Rahel.

Masih diam.

"Ck, cantik-cantik budeg" katanya sedikit keras.

Rahel dengan cepat menoleh ke orang itu. Yang ditatap hanya nyengir.

"Lo siapa?" tanya Rahel dingin.

"Jutek banget si, iler lo netes tuh" jawabnya.

Tidak bisa tertipu, Rahel tau cowok didepannya sedang mengerjainya.

"Kalo ga ada keperluan silahkan pergi" katanya lagi sambil kembali keposisi awalnya.

"Ini tempat gue" ucap cowok itu yang membuat Rahel kembali menatapnya dengan tatapan tajam.

Sedari tadi Rahel masuk, ia tidak melihat siswa ini didalam kelasnya. Apa karna kecuekannya?

Ah entahlah, ia tidak terlalu memperdulikannya.

"Terus?" Rahel bertanya.

"Apa?" Tanya cowok itu balik.

"Mau lo apa?" Jawab Rahel datar.

"Kenalan dulu dong, jangan marah-marah mulu. Gue Dava, ini tempat gue. Gue biasanya duduk sendiri, tapi.." Ucap gantung cowok yang bernama Dava itu. "Karna ada lo, sekarang gue ga sendiri. Kayanya Tuhan udah kasian liat gue sendiri" Tambahnya lagi sedikit keras, sontak membuat seisi kelas menatap mereka.

Rahel benci jadi pusat perhatian, dan pastinya, saat bersama Dava ia akan selalu menjadi pusat perhatian.

"Woy Dav? Lambat lagi lo? Prasaan gue galiat lu masuk" Ucap seorang cowok yang memiliki jambul.

"Alah, kaya gatau Dava aja lo. Palingan dia lewat jendela lagi" sahut seorang cowok yang berkacamata.

"Gue telat bangun" kata Dava santai.

Rahel jengah melihat orang disebelahnya. Ia memilih meninggalkannya dan menuju toilet tanpa perduli teriakkan Dava yang terus memekik memanggil namanya.

Jangan kira Rahel tau letak toilet, ia sama sekali tidak tau. Ditambah lokasi sekolah yang cukup luas dan semua ruangan yang hampir mirip dimata Rahel. Namun bukan Rahel namanya kalo ia bertanya kepada orang.

Ia memilih mencari sendiri toilet. Menyusuri koridor disaat jam pelajaran dimulai sangatlah baik untuk ukuran Rahel yang tidak terlalu suka keramaian.

Ia melewati beberapa ruang kelas hingga ia menemukan tempat tujuannya. Ia berfikir akan membasuh wajahnya agar rasa kantuknya segera berkurang.

Samar-samar didalam toilet Ia mendengar seorang anak perempuan menangis sesegukan.

Awalnya ia berusaha tidak perduli, namun makin lama suara itu kian membesar dan terdengar menyakitkan ditelinganya.

Karna merasa terganggu, ia mulai membuka satu persatu pintu wc, dan yang didapatinya adalah anak seusianya yang memakai baju rawat rumah sakit bewarna putih kusam.

Ralat, bukan seorang anak. Tapi arwah.

Gantung? Mending ini yang digantung, dibanding ati? Uh pedih wkwk.

To be continue😚
Enjoy? Vote, comment💚

BAD TALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang