Chapter 5

47 5 6
                                    

"Eh itu kan anak baru yang ada dimading"

"Iya itu kan dia"

"Masih berani dia nampakin mukanya disini ya"

"Dasar gatau malu"

"Eh itu tu anaknya"

"si Aneh"

"Gila"

"Bikin malu sekolah"

"sinting"

"Katanya dia suka ngomong sendiri"

"Hih dasar aneh"

"Sekolah kita punya murid gila"

Sepanjang jalan Rahel terus-terusan dicerca dengan perkataan pedas dari setiap siswa dan siswi disekolah yang melihatnya.

Rahel sedikit tersayat mendengar cercaan kejam dan melihat tatapan sinis dari seluruh siswa Wingston seiring perjalanannya.

Rahel merasa penasaran, apa yang membuatnya menjadi bahan pembicaraan anak-anak sekolahnya. Ia berjalan ke mading sekolah untuk melihat apa yang terjadi.

Sakit.

Ia melihat berbagai fotonya menjadi poster dan berita utama hari ini. Dengan berbagai coretan juga hinaan menjadi pelengkapnya. Tulisan yang mengatakan bahwa Ia gila dan sering berbicara sendiri.

Cukup sudah, Rahel tidak kuat. Ia mulai berjalan lebih cepat untuk mencapai kelasnya. Ia sedikit berlari agar omongan seluruh siswa tak terdengar ditelinganya. Namun tetap saja, sepanjang koridor selalu saja ada yang membicarakannya, bahkan terang-terangan.

Ketika dia sampai dikelas, papan tulis tidaklah lagi putih. Banyak tulisan kata-kata yang menghina Rahel. Ia melempar tasnya dan tecenung saat mendengar 3 orang siswa sedang tertawa dibelakang kelasnya.

Dava terkekeh kuat "gue pastiin dia nyesel udah berani sama kita"

"Dia pasti sakit hati banget" Rio mulai ikut-ikutan bicara.

"Untuk ukuran cewek, dia ga baper macem lo kalik, Yo" Hendra mendelik kearah Rio.

Rahel tau ini pasti ulah mereka. Rahel berjalan pelan menuju ruang belakang kelasnya.

Didapatinya Dava, Rio, Hendra dan Rendy sedang duduk bersandar pada dinding kelasnya sambil membaca buku. Rendy sedikit melirik ke arah Rahel, ingin melihat seperti apa ekspresi cewek itu sekarang?

Dingin, tatapannya masih saja sedingin itu, seperti tidak ada apa-apa yang terjadi.

"Eh Rahel, udah terima hadiah dari kita?" ucap Dava menghina. "Ini sih belum seberapa" sambungnya

Hendra terkekeh "Cewek kayak lo emang pantes diginiin"

"Makanya jadi cewek jangan terlalu pede" tambah Rio.

Hendra menjitak Rio "apa hubungannya bego". Rio hanya tertawa tak menanggapi perkataan Hendra.

Dava bangkit sambil menatap Rahel rendah. "Jadi setelah ini, rencana lo apa sayang? Pindah sekolah? Atau ngadu sama guru?"

Rio dan Hendra juga bangkit, ikut-ikutan menatap Rahel rendah sambil melipat tangan mereka.

"Cara lo kampungan" Rahel berjalan pergi, Ia hendak menenangkan diri. Ia menyusuri koridor lagi sambil berjalan lebih cepat menuju toilet, berniat membasuh wajahnya.

Dava, Rio dan Hendra mengikuti Rahel. Sadar akan pesona, banyak siswa dan siswi yang kepo juga mengikuti mereka.

Saat Rahel memasuki pintu utama toilet, seember air amis menyirami dirinya. Ember itu telah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga secara otomatis akan terjatuh airnya ketika seseorang membuka pintu toilet tersebut.

Rahel terduduk, Ia mulai mencerna apa yang terjadi.

Kemudian tepukkan tangan menggema diruangan itu, membuat Rahel tersadar dan menatap pemilik mata cokelat terang itu.

Siswa juga siswi yang sedang menyaksikan adegan itu menatap Rahel kasihan, sebagian lagi ikut menatap Rahel rendah.

"Well, itu hadiah utama dari gue" Dava berkata semangat. "Selamat ya, dari semua cewek yang pernah gue kencani, cuma lo yang paling spe-SIAL dimata gue"

"Uh bau banget" Ucap Hendra keras sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kasian bebeb Rahel, mau pake baju abang Rio aja kah? Tapi sekalian abang yang pakein bajunya ya?" Kata Rio ikut meremehkan.

Para siswa dan siswi sedikit tertawa mendengar lelucon Rio yang sedikit garing.

Dava beranjak dari tempatnya, Ia mendatangi Rahel dan mencengkram keras rahang perempuan itu.

Mau tidak mau Rahel mendongak menatap Dava seorang.

"Dengan kondisi lo yang seperti ini, lo masih bisa natap kita sesombong itu?" Tanya Dava sambil menghempaskan kasar rahang Rahel.

Rio dan Hendra ikut maju dan memegang kedua tangan Rahel. Mereka mengangkat Rahel agar berdiri tegak.

Dava maju selangkah, mulai mengelus pipi Rahel "Lo cantik kalo lagi diem gini" tangannya mulai turun kepundak Rahel. Lalu Dava merobek lengan baju Rahel hingga sepundak, dan merobek rok Rahel hingga setengah paha.

Para siswi dan siswa yang melihat tidak berani berbuat apa-apa. Mereka sadar siapa Rio, Hendra, terutama Dava. Mereka tidak mau mengambil resiko hanya untuk menolong Rahel.

Rahel muak. Ia malu. Matanya panas, hatinya terasa sakit, Ia menutup matanya dan menarik nafas dalam. Dan menghempaskan pegangan Rio juga Hendra. Hentakan itu seketika membuat pegangan kuat dari keduanya terlepas.

Rahel maju dan menampar Dava kuat.

"Gue ga pernah sebegininya benci sama orang.. Dan kali ini, gue benci banget sama lo" Ia memberi jeda, dan kembali menatap Dava dingin.

"Gue juga gatau kenapa manusia hina kayak kalian bisa hidup. Kenapa Tuhan nyiptain hati kalo sebagian manusianya ga make hati?" Rahel terkekeh geli.

Seketika suasana menjadi tegang. Suasana menjadi suram dan mendadak seram. Air keran tiba-tiba terputar dan mengucur sendiri, juga beberapa pintu-pintu wc yang mendadak terbuka dan tertutup.

Ruangan yang ramai itu menjadi sepi seketika karena siswa siswi yang lalu lalang pergi keluar.

Rahel marah.

Ia berjalan mendekat kearah Dava, berbanding balik dengan Dava yang berjalan mundur.

"Gue bakal buat lo mati"

Hai readers. Maaf ya, author agak stuck makanya slow update😂 part ini kayanya sedikit berlebihan, tapi author suka. Udah sih itu aja wkwk.

Enjoy?😚
Vote, comment💛

BAD TALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang