Chapter 2

97 14 14
                                    

Ralat, bukan seorang anak. Tapi arwah.

Rahel mendekatinya dan bertanya "kamu kenapa?"

Yang ditanya memasang ekspresi tak percaya dan menjawab "siapa? Aku?"

"Bukan, tembok" kata Rahel datar sambil menunjuk tembok dibelakang gadis itu.

"Kakak bisa liat aku?"

"Ga, gue gabisa" kata Rahel sambil berjalan keluar dari salah satu wc itu,Ia memilih meninggalkan gadis itu dibanding harus beargumen dengannya.

Rahel berjalan sedikit cepat karna malas meladeni arwah yang sekarang sedang mengejarnya.

"Kak, tungguin ih. Capek nih. Kaya dikejar setan aja sih" kata arwah yang mengejar Rahel.

"Tidak sadar apa? Kalo dia memang setan." batin Rahel.

Rahel pun berhenti dan berbalik, "ck, mau lo apa?" tanyanya dingin.

"Berteman?" jawabnya sambil memasang puppy eyes. "Nama aku Clara, aku ga punya teman"

"Oke, gue Rahel. Gue mau balik ke kelas, jangan ngejar gue lagi, sekarang kita berteman" mungkin ini kalimat terpanjang yang pernah keluar dari mulut Rahel.

Seketika clara tersenyum senang sambil terus ber-dada dengan Rahel dan kemudian menghilang.

Rahel berbalik hendak kembali ke kelas dan..

"Lo gila?" semprot Dava tiba-tiba yang sudah ada didepan Rahel.

Entahlah sejak kapan Dava ada disini, yang jelas dia mengikuti Rahel begitu sadar bahwa Rahel murid baru. Dia takut Rahel tersesat dan kemudian mengejarnya berniat akan menolong Rahel.

Namun tak disangka, Dava melihat jelas Rahel sedang berbicara sendiri seolah-olah ada yang mengajaknya bicara.

"Maksud lo?" tanya Rahel balik.

"Lo ga sakit kan? Kita ke UKS aja gimana? Atau perlu abang Dava gendong?" ucap Dava sambil berjalan mendekati Rahel.

"Jangan coba dekat-dekat kalo lo gamau kenapa-napa" kata Rahel sambil memandang Dava datar.

"Berani juga nih cewek" batin Dava.

"Harus banget ya gue takut sama lo?" ucap Rahel yang tau isi pikiran Dava.

Dava terkejut.

"Lo-- Kok.. Lo bisa bac-" perkataan dava terpotong dengan jawaban Rahel,

"ga, gue gabisa" sambil pergi meninggalkan Dava yang terbengong.

***

"Kamu kenapa sayang?" tanya Grace yang notaben adalah gebetan Dava.

"Aku lagi sedih"

"Sedih kenapa, cerita dong sama aku" kata Grace yang mulai mendekat ke Dava.

"Aku pengen jadi presiden tapi ga bakal bisa." jawab Dava dengan muka melas.

"Kamu becanda ya?" tanya Grace.

"Ga. Aku serius" Dava memasang wajah seius.

"Abisnya, presiden kan dituntut untuk mencintai seluruh rakyatnya, kalo aku kan gabisa. Aku mah cuma bisa cinta sama kamu doang." lanjutnya.

"Aaa kamu so sweet ih" kata Grace sambil memeluk Dava.

"Woy Dav, ini kantin" ucap Rio dengan kesal.

"Yang kemaren mau lo kemanakan?" tambah Hendra.

"Biarin aja si, kalian iri?" kata Dava santai sambil melepas pelukan Grace.

Sedangkan Rendy hanya diam melihat perdebatan temannya sambil sesekali membaca buku ditangan kanannya.

"Serah lo" kata Rio lagi sambil menyesap es jeruk kepunyaan Hendra.

"Eh setan, itu es gue goblok napa lu yang minum"

"Abis dede aus abang" kata Rio dengan suara yang dilembut-lembutkan.

"Najis anjing"

Mereka semua tertawa dengan perdebatan Rio dan Hendra.

"Yaudah sayang, kamu kembali ke kelas aja, ntar aku samperin deh" kata Dava ke Grace.

Grace hanya nurut dan pergi meninggalkan mereka. Mereka berempat sudah berteman sejak smp, jadi wajar saja jika mereka terlihat selalu bersama.

Ditambah lagi dengan wajah mereka yang lewat dari kata sempurna membuat mereka menjadi most wanted disekolah. Terutama Dava.

Dava dan Rendy sekelas. Mereka anak XI IPS, sedangkan Rio sekelas dengan Hendra. Mereka memilih mengambil jurusan yang berbeda denyan Dava dan Rendy yaitu IPA.

"Gue cabut duluan bro" kata Rendy yang sedari tadi diam.

"Ngapa tuh anak" tanya Rio penasaran.

"Mana gue taulah goblok, lo pikir gue pacarnya" jawab Hendra cuek.

"Lah emang iyakan"

"Setan"

"Eh, gue denger-denger, dikelas lo ada siswa baru Dav?" tanya Hendra menghentikan perdebatannya dengan Rio.

"Iya, namanya Rahel. Cantik sih, manis. Tapi gue gasuka, dingin dan aneh" kata Dava.

"Aneh gimana?" kata Hendra memasang tampang serius.

"Mistis, dan- ah aneh lah" kata Dava sambil membayangkan beberapa pertemuannya dengan cewek itu.

"Gue jadi penasaran" kata Rio.

"Nanti gue tunjukin"

***

Sedangkan ditempat lain, Rahel sedang duduk dibangku taman belakang sekolahnya.

Tempat ini sepi, dan Rahel suka itu.

Ia duduk sambil memasang earphonenya dan akan menghabiskan waktu istirahatnya disini.

Disini Rahel bisa melihat beberapa arwah beterbangan didepannya, mereka terlihat sedang bermain.

Berbagai bentuk yang dapat ia lihat.

"Kakak ngapain sendirian disini? gatakut?" itu suara Clara, arwah yang ia temui tadi pagi.

Rahel sedikit terkejut.

"Kamu lain kali jangan ngagetin" ucap Rahel berusaha ramah dengan embel 'aku-kamu' yang sebenarnya bukan tipikal Rahel banget.

"Iya kak maaf, abis tadi aku ngeliat kakak duduk sendirian. Jadinya aku samperin, oya kakak ngapain sih disini? Kenapa ga kekantin aja atau didalam kel-" ucap Clara terpotong.

"Kamu cerewet" kata Rahel datar.

"Ih kakak jahat, aku marah nih" ucap Clara sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ga peduli" kata Rahel dingin. "Kamu ga main sama mereka?" lanjutnya sambil menunjuk arwah didepannya dengan dagu.

"Aku ga kenal mereka" jawab Clara terdengar lirih.

"Makanya kenalan. Sana gih"

"Kakak ngusir aku?" tanya Clara dengan mata berkaca-kaca.

"Ga, gue cuma mau lo punya temen. Biar ga kesepian" ucap tulus Rahel, dan Clara pun menurut, Clara mulai mencoba berinteraksi dengan arwah lain.

Rahel terus memperhatikannya dan sepertinya Clara disambut baik oleh mereka. Sekilas Rahel tersenyum, namun dengan cepat ia mengubah ekspresinya lagi.

Dari kejauhan bisa ia liat Clara tersenyum sambil melambai kearahnya.

Ia melanjutkan aktivatasnya tadi sambil melihat Clara dan teman-teman baru nya bermain.

Tanpa Rahel sadari, ada seorang cowok yang sedari tadi sedang memperhatikannya.

"Mau sampai kapan lo disitu?"

Deg.

Lagi-lagi gantung ya? Wkwk gapapa sih, gue korban php yang sering digantung soalnya *eh curhat😄

To be continue😚
Enjoy? Comment, vote💚

BAD TALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang