F-A(SEVEN)

284 13 9
                                    


Tin... Tin...

Aku mendengar suara klakson mobil milik Andre, aku segera turun menuju ke luar untuk menemuinya.

"Ayah! Bunda! Kak David! Reina berangkat dulu ya." Aku berlari menuju halaman rumah.

"Kamu berangkat dengan siapa nak." Teriak Bunda.

"Andre, Bun!" Teriakku dari luar.

Aku menghampiri tempat  berasalnya suara klakson mobil  Andre berbunyi, aku melihat Andre dari kejauhan aku berlari agar cepat sampai pada Andre.

"Selamat pagi tuan putri," ucap Andre setelah aku sampai di depannya. "Silahkan masuk cantik." Andre membukakan pintu mobilnya untukku. Ya tuhan jika kau ijinkan aku akan memakannya agar ia tak bisa menggodaku lagi.

"Pagi-pagi sudah menggodaku." Aku tersenyum padanya kemudian masuk ke dalam mobil milik Andre.

Andre menyalakan mobilnya dan melajukan secara normal seperti biasanya.

Andre berdeham kecil,
"Hari ini kau cantik sekali Rei." Ia menggodaku. Oh tuhan, dia bilang kalau aku cantik.

"Kemana aja, baru nyadar kalo aku cantik." Aku mengatur napasku mencoba untuk tidak terlalu lebay dan ke PD-an di depannya, aku takut jika nanti aku salah tingkah di hadapannya. Tidak boleh terjadi. Pikirku.

" aku udah tau sejak awal kita ketemu kalau kau memang cantik, tapi aku baru memberanikan diri untuk mengatakannya," ucapnya. Apa maksudnya?

"A-apa, aku ti-tidak mengerti maksudmu?" Aku mencoba untuk mengatur napasku kembali.

Andre memberhentikan mobilnya ke pinggir jalan.
"Rei, sebenarnya  kemaren aku pengen ngomong sesuatu  ke kamu tapi--." Andre menatapku seakan-akan ia ingin mengatakan sesuatu yang penting.

"A-apa yang ingin kamu katakan Dre?" Aku merasa takut tubuhku bergemetaran. Entahlah apa yang terjadi padaku, aku merasa kurang nyaman dengan keadaan ini.

"Sebenarnya aku mau bilang, aku mau bilang kalau aku ... sebenarnya aku ingin ... ingin ...
kalau aku ingin menjemputmu lagi besok, iya itu maksudku aku ingin menjemputmu lagi besok." Wajah tegangku hilang saat Andre bilang hanya ingin menjemputku lagi. Kampret!!! Itu saja.

"Benar kamu cuma mau bilang begitu Dre, apa kamu tidak ingin mengatakan yang lainnya," ucapku polos. Begok! Begok banget sih gue. Kenapa gue malah ngomong gitu di depannya nanti gue dikirain ngarep lagi dasar begok!

"Bener kok memangnya kamu pikir aku ingin bilang apa Rei."

Glek...

Aku menelan ludah dengan berat saat Andre mengatakan pertanyaan itu. Apa yang harus kukatakan, oh tuhan bantu aku.

"Hah, tidak kok." Aku tak menatapnya seakan Andre bagaikan makhluk akstral di hadapanku.

"Ohh, sebenarnya aku mau bilang sesuatu lagi ke kamu." Aku menatapnya kembali untuk mendengarkan pembicaraannya. Ya tuhan apalagi yang ia katakan kali ini.

"Apa?" Tanyaku.

"Rei, kamu jangan marah ya, sebenarnya aku tuh mau bilang kalau aku, kalau aku tuh ma-" Andre membuatku tidak sabaran.

"Apa Dre? kamu bikin aku bingung dari tadi." Dengusku merasa kesal padanya. "Yaudah kalau kamu gak mau bilang."

"Rei,"  ucapnya kembali kali ini Andre menggenggam tanganku.

"Ada apa Dre?" Jantungku semakin bedegub kencang. Andre kau memang gila telah membuatku seperti ini.

Andre membelai rambutku mendekatkan wajahnya ke wajahku. "Aku ...," dia menarik napas dalam, "Aku cinta kamu Rei."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forever And AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang