MAID OR BUTLER?

133 7 2
                                    

Chapter 3
-Maid or Butler?-

Ia bahkan tak menyangka hal ini akan terjadi. Sungguh. Sejauh yang bisa diingatnya, ia sedang tertidur di atas sebuah kasur berukuran king size dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya.

Bersama dengan kepalanya yang masih berdenyut akibat terbentur lantai dan juga pemandangan "fabulous" di hadapannya, ia benar-benar ingin berteriak dan meminta siapapun untuk menguburnya hidup-hidup.

'Kakek..sepertinya cucumu ini harus tinggal di sini lebih lama. Maafkan aku.'

=oOo=

"Cepat pakai seragammu."

"Kenapa aku harus memakainya?!"

"Cepat pakai atau kuracun kakekmu sekarang juga!"

Suara gaduh akibat dua orang yang sedang sibuk 'mengejar dan dikejar' mau tak mau membuat suasana pagi yang tadinya tenang dan hening di mansion itu menjadi rusuh. 'Pihak yang dikejar' terus berlari dan menghindar bahkan hampir menabrak furnitur mewah di rumah itu, sedangkan 'pihak pengejar' yang tak ingin membuang terlalu banyak energi hanya melangkah cepat dan tetap melancarkan ancamannya.

Bahkan pelayan-pelayan harus menambah jadwal kerja mereka untuk sekedar melindungi furnitur dan memperbaiki letaknya.

"Sepertinya ramai sekali di sini."

Sosok tinggi semampai muncul dari dapur dan melepas celemek yang dikenakannya. Ia berjengit saat tiba-tiba seseorang melesat cepat dan hampir membuatnya terjatuh.

"Yang benar saja! Aku tak mau melakukannya! Kau pikir kau bisa-ouch!"

Jeda sejenak dari suara itu akibat sang pemilik tersandung kaki meja.

"Kau pikir kau bisa melakukan apa saja padaku?! Dan jangan bawa-bawa kakekku!"

"Hati-hati No-"

Ucapan sang pelayan teputus akibat sekali lagi seseorang melesat di depannya. Terlihat sekali ia sedang berusaha menahan amarahnya dengan memaksa dirinya untuk tersenyum dan menggigit bibirnya keras-keras.

"Err..Pierre?"

Salah seorang pelayan menepuk pundak Pierre, namun Pierre tak menggubrisnya dan tetap memasang mata pada dua 'makhluk hiperaktif perusak kedamaian' yang sekarang sudah mulai merangsek ke lantai atas.

"Apa dia lupa jika usianya sudah 17 tahun..."

Geraman berat dari Pierre memaksa seluruh penghuni yang menempati tempat itu mundur perlahan dan mencari tempat aman untuk bersembunyi. Bahkan teman seperjuangan di sampingnya pun memilih untuk melarikan diri dan menutupi wajahnya dengan nampan aluminium.

"P-Pierre, kendalikan dirimu. Jangan-"

"Mereka harus sedikit diberikan 'pencerahan', Luke."

Pemuda bernama Luke itu meneguk ludahnya dengan susah payah dan menatap temannya takut-takut dari balik nampan. Ia memberikan isyarat kepada temannya yang lain untuk mengambilkan air minum.


Oh, Luke berani bersumpah jika barusan ia melihat iris mata Pierre berubah warna menjadi merah menyala.

Seseorang berlari dengan tergesa dan segera mengoper gelas berisi air di tangannya ke tangan Luke.

Something InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang