CHESTER

13 0 0
                                    

Chapter 6
- Chester -

Ini tidak sesederhana yang kupikirkan.
Kenapa, di saat aku mulai membuka hatiku lagi? Kenapa di saat seperti ini?
Rasanya aku ingin tertawa. Aku selalu mengatakan apa yang kurasakan begitu saja. Aku harus berubah. Ini pasti menyulitkan semua orang. Ha. Ini buruk.

Semoga badai ini segera berlalu.

SRAK

"...."

Selimutnya tersingkap. Cahaya jingga dari celah gorden menyilaukan matanya, memaksanya untuk membuka. Iris gelapnya begitu kelam dan dingin.

Ia sedikit memaksakan tubuhnya untuk bersandar pada dinding di belakangnya. Ia tak ingat mengapa dirinya tertidur dan tiba-tiba saja terbangun di atas kasur. Kemejanya berantakan.

"Tuan? Anda sudah bangun?"

Suara yang telah biasa didengarnya itu membuatnya menoleh.

"Jangan bilang aku tertidur di meja makan." Ia bertanya sambil menyingkap selimutnya agar lebih lebar. Kaki telanjangnya menapak lantai kayu, membuat bunyi derit.

"Sebenarnya memang begitu adanya." Jawaban itu disertai kekehan.

Ia tersenyum. Rambutnya tak jelas bentuknya, begitu semrawut. Vincent tidak menyadarinya, ia tersadar setelah ia melangkah ke samping cermin besar yang terpasang di dinding.

"Apa aku selalu seperti ini tiap kali bangun tidur?" Ia bertanya, menoleh pada seorang tinggi jangkung yang saat ini merapikan kasurnya.

"Iya," orang itu terkekeh.

Pierre, merapikan kasur itu dengan cukup cepat, hingga kini dirinya berada di samping Vincent. Mereka menatap ke luar jendela besar -- setelah gordennya disingkap perlahan.

Kanvas langit begitu cerah, berwarna jingga kekuningan. Matahari menggantung sebelum kembali ke peraduannya. Tampak di kejauhan para maid sedang berlalu lalang membersihkan tumpukan daun yang telah gugur dari pohon. Sore ini sedikit riuh oleh candaan mereka.

"..lihat, mereka begitu bahagia."

Pierre mengangguk menyetujui. Ia bersyukur hal 'itu' tidak memengaruhi kondisi di rumah ini. Namun masih ada pro-kontra di hatinya, apakah ini tindakan yang benar?

"Jadi.. hanya beberapa yang tahu? Lalu yang lain akan kita amankan di mana?" Vincent menatap miris, senyum getir terpatri di bibirnya.

Benar. Esok hari akan segera datang. Apa yang akan mereka lakukan? Memberitahukan ini saat matahari akan terbit?

Tidak mungkin. Tapi jika mereka memberitahukannya sekarang, bagaimana selanjutnya? Apa yang akan terjadi?

"..malam ini kita kumpulkan mereka." Vincent berkata yakin.

Punggungnya berbalik menuju pintu, meninggalkan Pierre yang terpaku di sana. Kedua tangannya mengenggam erat hingga buku-buku jarinya memutih.

=oOo=

Michella terdiam di ujung jalan. Tasnya yang penuh dengan pakaian ia letakkan di dekat tiang lampu besar, sedangkan ia sendiri bersandar padanya. Sebenarnya tas ini bukanlah miliknya, begitu pula isinya. Ia dipaksa membawa 'buah tangan' agar ia tak perlu membelinya lagi, mungkin untuk beberapa tahun ke depan.

Something InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang