TL 5

12 0 0
                                    

Hari yang berat selalu dilalui oleh Raisa dengan senyuman. Lelah? Sejujurnya Raisa lelah dengan keadaan ini. Keadaan di mana Rumah yang ia tinggali menganggapnya tak ada. Hanya bibi dan supir yang menganggapnya ada sebagai istri tuan mudanya,Raka. Bukan sebagai asisten Raka.

Raisa hanya akan meneruska alur yang telah dibuat oleh Raka.

"Dari mana lu?" Tanya Raka saat melihat Raisa masuk kerumah.

"Maaf ka, tadi aku kepasar membelikan bahan sarapan untuk kamu dan mama mu". Ucap Raisa lembut.

"Ngomong ngomong soal mama, jangan sampai mama tau kalau lu istri gue! Ngerti!" Perintah Raka.

"Apa!!" Teriak seseorang yang dari tadi telah berada ditangga mengamati pembicaraan mereka.

"Mam... ma..mama" ucap Raka dan Raisa gugup secara bersamaan.

Dihampirinya mereka berdua oleh reta, ibu Raka.

"Jadi kamu istri Raka?" Tanya Reta pada Raisa. Entah apa yang harus dijawab Raisa, akhirnya ia hanya memilih tuk diam dan membiarka Raka yang menjawab.

"Iya mah, dia istri Raka" jawab Raka.
"Siapa orang tuanya?" Tanya Reta.
"Ibunya adalah.." belum selesai Raka menjelaskan, penjelasan itu sudah dipotong oleh Reta.
"Sudah sudah.. itu tidak penting. Apa pekerjaan orang tuanya?" Lanjut Reta.
"Namanya bunda Lia, dan beliau hanya membuka toko kecil dirumahnya. Dan dulu Raisa adalah asiatenku, karena ada sesuatu hal akhirnya Raka menikahinya" jelas Raka.

"Istri seperti ini selera kamu hah?!" Ucap mama merendahkan.

"Gila kamu Raka. Gila kamu! Gimana kalau papa dan temanteman mama tau kamu menikah dengan perempuan seperti ini. Sekarang mama gak mau tau, kamu ceraikan dia!!" Perintah mama.

Raisa yang mendengar itupun hanya bisa menahan air mata agar tak jatuh membasahi pipinya.

Raka bingung harus menjawab seperti apalagi, sejujurnya ia tak ingin menceraikan Raisa. Walaupun ia belum mencintai Raisa, tapi entah mengapa ia belum bisa melepaskan Raisa.

"Kamu dengar mama Raka!" Ucap Reta yang membuyarkan lamunan anaknya.

"Iya mah, Raka akan menceraikannya" ucap Raka tanpa sadar. Raka pun bingung mengapa ia harus menjawab seperti itu.

Tumpah sudah air mata itu dan jatuh ke pipi Raisa. Tak ada katakata yang terlontar dari bibir Raisa. Hanya satu yang dia ingat, janji. Janjinya kepada bunda yang akan selalu mempertahankan apapun keadaan rumah tangganya.

Maafkan Raisa bunda. Batin Raisa.

"Oke, sekarang kamu keluar dari sini. Raka akan segera mengirimimu surat perceraian kalian" ucap Reta pada Raisa.

"Saya akan keluar dari Rumah ini, tapi biarkan hari ini untuk terakhir kalinya saya melayani suami saya, dan bersiap membereskan barang saya" keberanian telah dikumpulkan oleh Raisa, yang akhirnya terucaplah katakata itu.

Sempat butuh waktu Reta untuk mempertimbangkan semua itu.

"Baiklah, saya beri kamu waktu hanya hari ini. Dan saya tidak mau melihat wajahmu dirumah ini untuk hari esok dan berikutnya" ucap Reta.

Raka hanya diam dan merasa bodoh melhat kedua sosok wanita didepan nya.

***

Hari terakhir aku berada dirumah ini, hari terakhir pula aku melihat Raka. Batin Raisa saat dirinya berada didalam dapur untuk memasak sarapan.

Setetes demi setetea air mata Raisa jatuh menemaninya dalam dapur yang bersih ini.
Selesai sudah ia memasak, dan ia pun segera menatap masakannya di atas meja makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang