Part 11

199 13 1
                                    

Khanza sedang melihat latihan basket di gor sekolahnya, karena hari ini hari sabtu, Khanza tidak ada jadwal latihan badminton dan jadwal latihan panahan dia dikosongkan.

Khanza sangat kagum dengan permainan basket Rafa, tapi Khanza sadar, baru satu minggu ini ia dekat dengan Rafa, dan Rafa tipikal orang yang cuek.

Setelah latihan itu berlangsung, datang waktunya untuk istirahat. Khanza berniat untuk menghampiri Rafa, tetapi langkah nya didahului oleh lelaki yang tidak asing baginya. Oh ternyata ia Artha, sedang apa Artha disini? Bukan kah ia sedang latihan?

Minggu-minggu sebelum nya, Khanza melihat latihan tonti putra sekolah nya, ia ingin melihat Artha, dan ingin mengoreksi gerakan nya jika ia salah karena Khanza pun anggota tonti putri kebanggaan sekolah nya.

Namun berbeda dengan pekan ini, ia habiskan untuk melihat latihan basket Rafa dan teman teman

Oh tidak. Khanza tidak sadar bahwa dua lelaki yang tepat ada di depan nya kini, terlihat sedang berkelahi.

"Rafa,Artha, stop!!" Teriak Khanza dari seberang lapangan, sambil berlari mendekati dua lelaki itu

"Lo gak usah ikut campur Khan!," ujar Arthaka mendorong tubuh Khanza, untung ia masih bisa menjaga keseimbangan

"Khan, mending lo panggil lea atau zahra deh" ujar Rafa tenang, walau ia sebenernya sedang menahan rasa sakit yang di berikan oleh pukulan pukulan dari tangan Artha,

"Oke bentar. Lo tahan ya Raf tunggu" Khanza lari secepat yang ia bisa, Artha bukan atlet lari memang,tetapi ia selalu mencoba untuk bisa menjadi atlet lari seperti bunda nya

"Aza, Zahra!!!" Teriak Khanza dari ujung lorong, yang dipanggil pun menoleh.

"Apa Khan?" Sahut mereka bersama.

"Nanti gue jelasin sekarang lo ikut gue aja! Sekarang, lari cepetan!" Teriak Khanza sambil menarik tangan mereka,

"Kemana?" Tanya Aza, ia atlet basket

"Gor, hosh.. Gor basket!" Teriak Khanza panik

"Oke oke. Ayo Zah!" Teriak Azalea antusias membantu Khanza

Bruk.

"Rafaaaaa!!!!!" Teriak Khanza saat melihat Rafa telah berbaring di atas lapangan basket,

"Artha, ikut gue. Sekarang!" Azalea menggamit tangan kekar Artha,

"Rafa. Rafa! Bangun dong Raf" ujar Khanza khawatir, sangat khawatir

"Gue-gue ga-gakpapa Khan, gu-gue baik-baik aja ko-k" ujar Rafa terbata

"Lo gimana baik baik aja! Gue gak bisa ngelerai kalian! Gue telat bawa temen temen gue. Gue gak bisa ngelindungin lo. Gue tau gue bukan siapa siapa lo, tapi lo itu temen gue, lo banyak bantu gue" tangis Khanza pecah seketika

"Lo harus ikut gue sekarang, lo masih harus kuat berdiri Raf," ujar Khanza menghapus air mata nya, mencoba untuk tetap tenang

"Ayo, gue bantu" ujar Khanza sambil merangkul bahu Rafa, Rafa merangkul leher Khanza untuk pertahanan.

"Akhir nya, sampe juga. Raf, lo tunggu sini bentar ya" ujar Khanza sambil membaringkan tubuh Rafa diatas ranjang UKS

"Gue baru kali ini ngeliat Khanza nangis, dia cantik dalam keadaan apa pun." Batin Rafa.

"Dir. Kotak p3k dimana?" Tanya Khanza kepada salah satu anggota pmr,

"Di dalem lemari kaca itu Khan, siapa yg sakit?" Tanya Dira

"Rafa Dir, tadi dia di pukulin sma Artha, lo diem aja ya. Oiya ada alat kompresan gak? Kayak nya ada lebam di kepala nya Rafa" tanya Khanza cepat,

"Oh itu tuh bentar gue ambilin, lo bersihin luka nya aja dlu ya." Kata Dira

Friendship Is EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang