Empat

2.3K 143 0
                                    

Dari hari ke hari duniaku semakin sial. Di tambah kehadiran Pandu yang semua orang sebut sebagai 'pacar' baruku.

Ya ampun...Tuhan juga tahu kalau aku tidak menyetujuinya.

Tapi para manusia. Tetap mempertahankan keyakinan mereka dengan ketidakpedulianya.

Aku di tanyai macam-macam, di tatap sinis, kena omel guru dan semacamnya.

Sejujurnya aku lebih menerima opsi ketiga di bandingkan dua opsi sebelum opsi itu.

Maafkan aku Tuhan. Dulu aku selalu berdoa agar mendapatkan cowok seperti dalam tokoh novel-novel badboy yang ku baca. Tapi kali ini?

Aku menyesalinya. Tolong tarik kutukanmu itu!

"Pagi pacar"

Aku meringis mendengar sapaan paginya itu. Kalian tahu alasan sesungguhnya Pandu mendekatiku?

Tidak kan? Jadi jangan salahkan sikapku yang mengerikan seperti ini.

"Hentikan sikap manismu itu!" Ucapku lebih dari berpuluh-puluh kali setiap dia menekankan kata pacar padaku.

"Tidak mau" jawabnya dengan senyum. "Kalau aku menghentikannya. Aku bakalan kehilangan mobilku nanti"

Kehilangan dan mobil? Sekarang kalian mengertikan alasannya.

Dia bertaruh menjadikanku pacarnya! Maka dari itu dia menyatakan aku menjadi pacarnya.

Caranya licik. Dan selama ini aku selalu mendoakan usaha mempertahankan mobilnya itu tidak akan pernah berhasil!

Tapi entah nasib selalu baik padanya dan buruk padaku atau apapun.

Kesialan jarang sekali menimpanya!

"Kau tahu kau itu menyebalkan?" Tanyaku kesal. Lalu menutup lokerku hingga berdegum keras.

Bukannya menjawab ucapanku dia malah menarik tanganku dan memeriksanya.

"Apa tanganmu tidak papa pacar?"

Oh astaga...aku punya nama. Sampai kapan dia akan seperti ini?

"Lepaskan" ucapku berusaha menarik paksa tanganku sendiri. Tapi tidak berhasil "Hey! Lepaskan!"

Dia tersenyum. Lalu melepaskan tanganku.

"Baiklah. Sampai jumpa istirahat nanti"

Rasanya aku ingin membunuhnya sekarang juga!

*

Latihan hari ini benar-benar melelahkan. Aku terkena hukuman karena aku datang terlambat.

Alasannya lagi-lagi gara-gara Pandu.

Cowok itu memakaksaku untuk memberikan nomor ponsel, alamat rumah, dan barang kesukaanku.

Ya Tuhan...itu tidak penting sekali.

Dan tunggu, aku jadi sering mengeluh saat ini.

"Melelahkan bukan?" Tanya Bobby tersenyum. Ya ampun aku tahu dia menertawakanku dan terimakasih Bobby. Kau membuatku jadi lebih merasa teraniaya dalam kisahku sendiri.

"Kalau mau tertawa keluarkan saja" ucapku sengaja mengabaikan wajah merasa bersalahnya.

"Oh maafkan aku Lisna. Dan boleh aku bertanya?"

Aku mengerjap. Tapi tidak terlalu memusingkan nada gugupnya itu.

"Tanyakan saja"

Kulihat Bobby menarik napasnya. Bibirnya terlihat ragu. "Aku dengar kau pacarnya sekarang? I-itu tidak benarkan?"

"Ya!" Jawabku menggebu. Mari kita jabarkan ketidakbenaran ini.

Karena setidaknya Bobby akan mempercayaiku. Dia kan sahabatku.

"Maksudku..." aku berdehem pelan. Meluruskan suaraku. "Aku bukan pacarnya! Kau tau? Dia sama sekali bukan kriteriaku! Dia bahkan seperti cewek. Juara silat Nasional? Ku pikir aku tidak pernah mempercayai omong kosong itu!"

Bobby tersenyum. Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti. "Tapi matamu berkata lain"

Kerutan di keningku semakin dalam. Apa arti kata 'lain' itu.

"Jangan bercanda. Kau mempercayai ucapanku kan?" Tanyaku ragu.

Bobby mengangguk. "Tentu saja. Hanya aku tidak mempercayai tatapan matamu"

Oh Tuhan...apa yang sedang di pikirkannya?

Badboy I Love You! [1/7 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang