Part II
Suara itu... suara itu kembali. Suara di mana orang-orang berbisik. Berbicara sesuka mereka. Saya membencinya. Benci... benci... benci...
Tatapan itu... jangan menatapku seperti itu... Haru... Di mana kamu? Tolong saya, Haru.
***
Hinako's POVAku melihat tubuh Hazuki-senpai mulai gemetar. Dengan kedua tangannya, dia menutup telinga dan terlihat bergumam. Fukuda semakin terlihat panik.
Lalu aku mengamati sekitarku. Masih cukup banyak siswa di dalam gym. Mereka semua berbisik karena ucapan Akabane itu sedangkan anggota OSIS yang lain berusaha untuk membuat mereka keluar. Onii-chan dan Yukimura-senpai semakin berusaha menembus pertahanan yang melindungi Akabane. Sedangkan Souo-senpai berdiri diam, tidak bergerak.
Aku berjalan mendekati Souo-senpai. Ingin menanyakan keadaannya. Tapi saat aku mendekatinya, aku tidak bisa bertanya padanya. Aku merasa takut. Takut dengan Souo-senpai. Takut dengan ekspresi yang diperlihatkannya.
Wajahnya datar dengan mata hijaunya dingin menatap Akabane. Kemudian dia berbalik memandang Hazuki-senpai. Sesaat aku melihat wajahnya melembut. Souo-senpai terlihat sangat sedih. Kemudian wajahnya kembali datar saat memandang Akabane. Tapi yang membuatku sangat takut adalah Souo-senpai tersenyum sambil berjalan menuju Akabane.
Senyumannya terlihat begitu dingin dan kejam. Saat pengikut-pengikut Akabane melihatnya, mereka langsung menyingkir. Mereka semua terlihat sangat ketakutan.
"Hahahaha... Akhirnya kau memperlihatkan wajahmu yang sesungguhnya, Souo Miharu?"ejek Akabane. "Seharusnya aku melakukan ini sejak dulu. Menyakiti Miyuki-chan yang sangat kau sayangi itu."
Souo-senpai masih dengan wajah tersenyumnya mengangkat tangan kanannya yang telah terkepal. Akabane langsung melakukan posisi bertahan. Suara tawa yang datar dan dingin keluar dari mulut Souo-senpai. Souo-senpai membuka kepalan tangannya lalu meletakannya di atas bahu dan mendekati Akabane. Entah apa yang dibisikkan Souo-senpai pada Akabane tapi hal itu berhasil membuat Akabane melonggarkan pertahanannya. Bahkan membuat Akabane memucat.
Kemudian Souo-senpai berjalan seakan-akan tidak terjadi apa-apa , menuju Hazuki-senpai yang terduduk di lantai. Souo-senpai mengusir Fukuda-senpai yang berada di samping Hazuki-senpai.
Souo-senpai berlutut di samping Hazuki-senpai lalu memeluknya. Tubuh Hazuki-senpai semakin bergetar hebat dan Souo-senpai semakin mempererat pelukannya. Yang entah kenapa membuat dadaku terasa sesak.
***
Miharu's POVAku terus saja memeluk Yuki dan membisikkan kata-kata untuk menenangkannya. Tubuh Yuki gemetar hebat dalam pelukanku. Kedua tangannya meremas pakaianku dengan kuat. Yuki terus saja menangis dalam dekapanku.
Sialan si Akabane itu! Seharusnya kuhabisi dia saat itu juga.
"Yuki, tenanglah. Aku akan selalu bersamamu."
Aku melihat Shun mendekati kami dan berjongkok di hadapanku.
"Aku sudah memanggil mobil. Tunggu sebentar lagi."
Aku menganggukkan kepalaku, mengerti. Aku pun berbisik pada Yuki.
"Yuki, tunggu ya... Sebentar lagi kita pulang."
Dalam pelukanku, Yuki menganggukkan kepalanya. Aku hanya mengelus pelan rambut Yuki. Takashi-san pun segera menghampiri kami. Dia terlihat ragu-ragu.
"Bagaimana keadaannya?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
"Apa yang kau lakukan selanjutnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Far Away
Short StoryWhat do you think about 'LOVE'? What do you think about 'FRIENDSHIP'? What do you think about 'FAMILY' What do you think about 'ME'? #AuthorXReaderIndo