BAB 4

15.5K 817 2
                                    


BAB 4

Davi terburu-buru mengambil barang-barangnya yang tergelatak diatas sofa didalam kamar asing yang ia tempati semalam. Ia sudah berganti baju dengan setelan yang semalam.

"Semalam kau tertidur di mobilku dan aku tidak tau alamat mu." Rion kembali menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

Davi menghentikan aktifitasnya, "Aku tidak mengingat apa-apa."

"Tentu saja kau tidak akan ingat apa-apa karena kau dalam keadaan mabuk semalam." Rion menyandarkan dirinya pada tembok dibelakangnya.

"Mau aku antar lagi?"

Davi berpikir sejenak. "Tidak usah."

Davi pun langsung beranjak pergi meninggalkan Rion.

***

"Maafkan aku Dav, maafkan aku. Seharusnya aku tidak meninggalkan mu semalam." Senna mengigit bibirnya menyesal.

Beberapa menit yang lalu, Davi datang ke apartemen Senna dan mencak-mencak kenapa ia meninggalkan Davi begitu saja di klub semalam.

"Memangnya kau kemana?" Davi masih bersikap sinis kepada Senna.

"Semalam aku bertemu dengan Roy," Senna mengigit bibirnya kembali.

"Roy? Mantan mu? Lalu apa yang terjadi setelah itu?" Seketika saja Davi lupa akan kekesalannya terhadap Senna.

"Ya kami mengobrol banyak dan dia mengajakku bertemu dengan calon istrinya yang kebetulan ada disana. setelah itu tanpa pikir panjang lagi aku langsung pergi dan melupakan mu yang masih berada didalam klub. Ketika aku kembali aku sudah tidak menemukan mu, aku pikir kau sudah pulang kembali ke apartemen mu."

Davi merangkul Senna erat. "Maafkan aku Senna, semestinya aku mendengarkan penjelasan mu dulu baru aku marah-marah."

"Tidak, aku juga salah dalam hal ini. Jadi apa kau semalam benar pulang ke apartemen kan?" Senna mengerutkan keningnya dan memerhatikan Davi masih memakai baju yang sama seperti semalam.

"Ada sedikit masalah. tidak. Maksudnya masalah besar semalam."

***

Rion menutup pintu mobil nya dan memasuki rumah besar dan mewah. Ia melangkahkan kakinya menuju meja makan yang disana sudah ada Papa dan Mama nya sedang menunggu kedatangan putra sulung mereka yang sudah belakangan ini jarang terlihat dirumah.

"Malam, Ma Pa." Rion mengecup pipi Mama nya sekilas lalu duduk di bangku disamping nya.

"Malam, Ri. Rasanya sudah lama sekali Mama tidak melihatmu. Apa kau makan dengan teratur?" kekhawatiran seorang ibu tidak ada yang bisa menandingi. Rion hanya mengangguk untuk menenangkan.

"Bagaimana pekerjaan mu? Papa dengar ada kabar baik dari perusahaan mu?" tanya seorang pria setengah baya yang ia kenal sebagai Papa nya sekaligus pemilik dari Ghandi Group. Pradikta Bramanthy Gandhi.

"Rion baru mendapatkan investor yang akan menanamkan modal cukup besar untuk project kita yang selanjutnya Pap." Ujar Rion sedikit berbangga.

"Bagus. Kau selalu bisa Papa andalkan." Bram, mengangguk senang melihat putranya tumbuh dengan baik dan kini sudah bisa mengambil alih bisnis keluarga.

"Tapi kau belum bisa Mama andalkan dalam mencari calon istri." Cibir seorang wanita bernama Adriana Syaquela Henzie. Wanita yang di umurnya sudah tidak muda lagi namun aura kecantikannya masih terpancarkan.

"Mam, Rion hanya belum memikirkan untuk mencari calon istri bukan tidak bisa mencari calon istri." Rion meralat.

"Ya tapi kau mau sampai kapan melajang? Usia mu sudah cukup untuk berkeluarga. Jangan terlalu asik dengan karir mu." Adriana mengingatkan.

Almost is Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang