My Idiot Boyfriend (8)

1.2K 100 6
                                    

"Aku berjanji, aku tidak akan bersikap kasar dan terus menjaga Harry, bagaimanapun caranya. Ya, bagaimanapun caranya." Taylor tersenyum dengan batin wanitanya yang mengucapkan janji, Taylor yakin jika dirinya mampu menepati janji itu. Ia tidak ingin bersikap gegabah lagi, ia tidak ingin mimpi buruknya menjadi kenyataan. Kehilangan Harry, sangatlah mengerikan.

"Hei." Taylor tersenyum, ketika mendengar suara berat yang tak lagi asing di belakangnya.

"Harry!" Taylor memeluk Harry, entah untuk berapa kalinya Taylor memeluk Harry seperti ini untuk hari ini. Mungkin, untuk saat ini dan selamanya memeluk Harry adalah suatu kebiasaan yang harus Taylor lakukan.

Taylor melepaskan pelukannya, dan memperhatikan lekat-lekat wajah Harry yang mengalami perubahan, "Wait, woah... kau merubah penampilanmu, Harry?" Harry memamerkan deretan gigi putihnya. Dengan begitu Taylor mengacungkan ibu jarinya semangat, ini yang sedari dulu diinginkan Taylor.

"Kau tahu, bagaimana pendapatmu jika aku merubah status kita. Uh, maksudku, aku dan kau, menjalani hubungan yang serius. Aku tahu ini terlalu cepat dan mendadak, aku tahu kau pasti tidak setuju-"

Taylor menyelak ucapan Harry dengan cepat, "Setuju. Aku setuju dengan keputusanmu." harry membulatkan kedua matanya lebar-lebar, Taylor hanya terkekeh melihat ekspresi wajah Harry yang sangat berlebihan.

"Jadi kapan pernikahan ini dilaksanakan, hm?"

"Minggu depan." Jawab Harry mantap.

"Aku tidak sabar untuk menunggu minggu depan. Bagaimana, jika sekarang saja?" Taylor tertawa kencang membuat kedua matanya menghilang entah kemana dan sesekali tangannya mengusap air mata yang keluar dengan sendirinya. Entahlah, sebenarnya tidak ada yang lucu sama sekali. Selera humor yang payah.

"Tidak bisa. Kita harus menyiapkan banyak persiapan. Sepertinya kau semangat sekali, ada apa?" Harry mengernyitkan dahinya, meminta penjelasan.

"Tidak ada apa-apa, sebenarnya, aku hanya ingin cepat-cepat mengetahui kehebatanmu di ranjang seperti apa. Oh tidak, rasanya aku ingin tertawa kembali." Dengan begitu Taylor tertawa, namun lebih keras dari yang sebelumnya. Harry hanya bisa mendengus. Tidak ingin diambil pusing.

Dengan tiba-tiba Harry merasakan sesak yang amat sangat di dadanya, "Taylor, tolong panggil Mum. Cepatlah." Taylor mengangguk dan berlari menuju kamar Anne, sesampainya disana. Taylor langsung menarik Anne menuju tempat Harry berada, Harry disana tak sadarkan diri.

10.45

Sudah dua jam Harry tidak sadarkan diri. Dan selama dua jam itu juga Taylor merasa sangat khawatir, tadi sepertinya Harry terlihat baik-baik saja, sangat baik malah. Tetapi, kenapa sekarang dia bisa terbaring tidak sadarkan diri di kasur rumah sakit dengan wajah pucat dan beberapa alat bantu di sekitar wajahnya.

"Ada apa dengan Harry?" Anne menggeleng, tak kuasa untuk menjelaskan semuanya kepada Taylor. Ia lemah menyangkut apapun tentang Harry.

Dengan bahu yang bergetar, Anne menjelaskan, "Harry mengidap kanker paru-paru stadium dua. Aku bersyukur, saat mengetahui kanker jahat itu telah memasuki tubuh Harry dari awal, dia sedang berusaha melawan penyakitnya itu. Demi aku, Des dan juga kau. Aku-" Anne tidak sanggup melanjutkan ucapannya, ia sudah merasa sangat sakit dengan ini semua.

"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang? Jika dari dulu aku mengetahuinya, aku tidak akan melakukan Harry sejahat itu. Sekarang, aku dapat merasakan jika aku membenci diriku sendiri, melebihi rasa benciku kepada apapun." Bahu Taylor merosot, meletakkan bokongnya di atas lantai marmer yang dingin. Mengacak-acak rambutnya frustasi, ia benci dirinya sendiri, ia benci telah jahat kepada Harry, ia benci menjadi orang terakhir yang mendapatkan kabar penting ini, ia benci semuanya.

Anne angkat bicara, "Bukan aku yang menginginkan ini dirahasikan darimu. Ini keinginan Harry, ia tidak ingin mendapat belas kasihan darimu, ia tidak ingin dianggap lemah, ia juga tidak ingin membuatmu khawatir seperti ini. Ia lakukan ini untuk dirimu, ia ingin melakukan yang terbaik hanya untukmu." Tangis Taylor semakin pecah. Sekarang, ia merasa sangat jahat, Taylor benar-benar jahat.

"Aku mohon kepadamu, tolong jaga Harry untukku dan jangan sakiti dia untukku juga." Taylor mengangguk lemah, dia kacau.

+++

Vote(s) & Comment(s)
Guys! Thx.

[Publish; 11 February 2016]
[Edited; 3 April 2017]


- All the love, Nest.

My Idiot Boyfriend || h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang