Goblok. Dasar cewek titisan iblis. Nggak tau malu. Hina. Biadab.
Semua kata kasar kalau disatuin juga nggak bakal bisa ngedeskripsiin dia.
Sok ikut campur urusan gue sama Alodia lagi. Dia tau apa, sih. Pake ngatain gue sok ganteng, kalau emang ganteng terus kenapa sih. Terima kenyataan aja kali.
Siapa tadi namanya? Mim, mim apa gitu. Justru dia itu tipe cewe manja, egois, dan kecentilan. Duh.
Apa jangan-jangan dia penjahat kelamin, ya? Kayanya dia ngedeketin gue dari waktu itu gara-gara mau... ah, itulah pokoknya. Gabungan antara psikopat dan penjahat kelamin. Serem gila. Cewe sinting.
"Oi, ngelamun jorok, ya?" Adriel duduk di depan gue.
"Eh, udah lama lo?"
"Hooh, setelah Mima pergi gue yang ngegantiin dia duduk disini," Jeda sejenak. Adriel mengangkat alisnya sebelah. "Jangan-jangan lo abis mikirin gitu-gitu sama Mi—"
"Sumpah nggak." gue menggeleng sekuat tenaga. "Amit-amit kali, justru dia penjahat kelamin."
"Anjir pikiran lo HAHAHA."
"Dari kemarin ngedeketin gue, gila. Dia ngatain gue kegantengan coba tadi."
"Oh jadi lo mikirin dia?"
"Iy—nggak."
"Iy apa tadi?"
"Nggak, anjir. Maksa."
"Serah dah," Adriel melihat sekeliling kantin. "Oh, iya. Lo nggak sekolah?"
"Ini di sekolah."
"Oh, iya," hening sejenak. "Ini kan sekolah gue."
"Sekolah lo sekolah gue juga lah. Bukannya kita sepaket?"
"Homo. Naudzubillah."
Selanjutnya, Adriel lari terbirit-birit keluar dari area kantin. Apa perkataan gue tadi terdengar sangat homo?
Ok, move on dari kata homo. Gue bingung. Gue ngapain diem di sekolah ini, ya? Dasar nggak punya tujuan. Punya deng, tujuan pulang gue itu kan rumah. Rumah gue itu Alodia. Ekekekekekek. Romantis, ya? Nggak.
Apa gue samperin Alodia aja, ya?
––––––.
Akhirnya. Setelah sekian lama gue jadi cewek cupu, gue bisa juga bolos ke mall.
Berhubung tadi pagi gue dianter sama Bang Cakra, jadi gue nggak bawa baju ganti. Sementara ini baru jam 12. Umumnya anak sma pulang jam setengah 3 kan, ya?
Bodo, ah. Gue kan orang kaya. Ntar beli aja bajunya di mall. Bercanda.
"Pak, ini uangnya. Makasih."
Gue ini tipe orang yang awkward. Nggak tau kenapa, kalau jalan sendiri di mall gue selalu ngerasa ada yang merhatiin gitu. Gue selalu merasa was-was.
Wah, mall siang ini sepi juga, ya!
Apa emang perasaan gue aja atau emang satpam yang jaga di pintu masuk ngeliatin gue?
Gue harus berjuang untuk masuk ke mall. Karena bolos itu sekali seumur hidup.
Bohong.
Emang.
"Dek, maaf nggak bisa masuk." satpam tersebut menahan gue di depan pintu masuk.
"Loh? Kenapa, pak?"
"Ini masih jam sekolah tetapi adik berkeliaran di mall. Kalau saya membolehkan adik masuk, saya melanggar aturan."

KAMU SEDANG MEMBACA
TGS (I) Gue, Jemima.
Novela JuvenilGue, Jemima. Cewe periang yang sedikit barbar. Tapi nggak barbar amat. Seorang penyiar radio terkenal. Menurut gue, cowok itu: objek kesenangan semata.