Akhirnya gue sampai rumah dengan selamat dan sentosa.
Gue baru merasakan ketemu orang asik terus bisa cepet jadi temen dan bisa langsung haha hihi bareng. Cowok lagi.
Seneng banget. Jelas. Temen-temen gue kan biasanya itu-itu aja. Dan nambah temen baru yang awalnya orang asing itu sangat keluar dari zona nyaman gue.
"Assalamualaikum!! Radin pulang!"
"Waalaikumsalam." jawab Bang Cakra.
"Eh abang udah balik. Aku ke atas duluan, ya. Capek. Mau bersih-bersih."
Sesampainya di kamar, gue nggak langsung mandi. Gue tiduran menatap langit-langit kamar gue. Dipikir-pikir, hidup gue akhir-akhir ini asik juga. Nggak kaya dulu yang monoton.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu kamar gue berbunyi. Alamak. Gue kan tadi bilang mau bersih-bersih.Gue cepet-cepet bangun dan segera melucuti pakaian dari tubuh gue. Ceritanya gue mau masuk kamar mandi.
Tiba-tiba pintunya kebuka, "Abang!!!!! Mesum dah aku kan mau mandi!!!!!!" gue memukul-mukul pintu kamar gue karena jarak kepala bisa masuk ke celah pintu hanya sedikit lagi.
Terdengar suara cekikikan khas perempuan. "Apa sih Radin? Ini kan Fanya bukan Cakra."
"Ya Allah aku baru tau Kak Fanya mesum. Udah, ah. Sana keluar. Aku mau mandi, nih."
"Setelah mandi, kebawah ya. Kakak mau ngomong." pintu kamar gue pun tertutup kembali.
Mampus. Gue ngelakuin kesalahan apa, ya?
––––––.
Gue mengeringkan rambut dengan handuk. Nyisir, dan segala tektek bengeknya.
Gue ngaca, gue merhatiin kaca, gue baru sadar. Ternyata.. gue itu cantik. Bulu mata gue lentik, alis tebel, pipi chubby —kampret—, ada 1 lesung pipi.
Apaan sih Mim, kepedean banget.
Bodo, lagian nggak pernah ada yang muji gue. Jadi, selagi gue bisa muji diri sendiri, kenapa nggak?
Setelah selesai, gue segera turun ke bawah. Karena gue takut sekaligus deg-degan Kak Fanya mau ngomong apa.
Sesampainya di bawah, wow, ruang keluarga gue udah lengkap. Kecuali ayah sama ibu. Ayah masih kerja. Sementara ibu lagi di kamar kayaknya, atau ke rumah oma.
"Sini duduk deket Kak Nadine." ucap Kak Nadine sambil memukul-mukul sofa yang ditempatinya.
Gue menghampiri Kak Nadine. "Apaan, nih? Ini.. lagi sidang, ya?"
Di depan gue dan Kak Nadine ada Bang Cakra. Sementara di sebelah kanan gue ada Kak Fanya, beda sofa dan dia yang mimpin acara persidangan.
"Ada apaan sih kak?"
"Lo, tadi bolos sekolah. Bener?" tembak Bang Cakra.
"Iya."
"Kemana?"
"Ke mall," jawab ku polos. "Terus ketemu cowok ganteng disana."
"Ya ampun, Radin," kata Kak Fanya sambil geleng-geleng kepala seraya mengusap muka. "Tau nggak? Sekolah nelfon ke rumah. Untung kakak belum berangkat kuliah dan ibu sama ayah udah pergi. Kalau nggak? Kamu udah disidang sama mereka sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
TGS (I) Gue, Jemima.
أدب المراهقينGue, Jemima. Cewe periang yang sedikit barbar. Tapi nggak barbar amat. Seorang penyiar radio terkenal. Menurut gue, cowok itu: objek kesenangan semata.