PART 3

105 9 0
                                    

"Aku memelihara anak anjing disini. Karena hyungku tak suka anjing. Aku tak mau membawanya kerumah, tapi karena sayang jadi aku pelihara" jawab gikwang sambil mengelus anak anjing yang ada dipangkuannya.



"Kau sangat menyayangi hyungmu ya?" Tanyaku padanya. Tapi dia hanya menatapku, kemudian tersenyum dan mengangguk mantap.



"Gikwang ah, kenapa kau tidak berpenampilan seperti ini saja saat sekolah? Kenapa kau mau saja dipanggil geek? Kenapa kau tidak pernah melawan?? Kenapa kau memakai kacamata kalau saja matamu itu normal?? Bukankah kau akan terlihat lebih tampan kalau begini? Dan juga-"



"Ssht" ucapanku terpotong dengan desisan gikwang yang mengisyaratkan kalau aku harus berhenti berbicara. Aku menatapnya yang sedang mengelus elus surai coklat milik yansen.



"Aku punya alasan tersendiri kenapa aku seperti ini" jawabnya yang diawali dengan hembusan nafas kasar. Aku merengut kecewa dwngan jawabannya yang tidak memuaskanku.



"Gikwang ah, aku tidak merasa kau menjawab pertanyaanku. Jawabanmu itu tidak membuatku puas" ucapku sambil kembali menyeruput susu kotak yang ada digenggamanku.



"Hei... tak mungkin juga kan aku menceritakannya padamu"



"Tapi aku ini sahabatmu"



"Baiklah... hentikan wajah cemberutmu itu, atau yansen akan menggigitmu, benar kan yansen" aku segera tersenyum riang mendengar jawabannya. Aku mendekat kearah gikwang dan menekuk lututku kedada agar aku bisa memeluknya.



"Ayahku... adalah seorang pebisnis terkaya waktu aku masih kecil. Ayahku, adalah orang yang sangat kusayangi, yang aku tau, ayahku berselingkuh dengan ibuku saat ibu hyungku melahirkannya. Akhirnya rumah tangga ayah hancur karena kehamilan ibuku. Tapi, ayahku sangat menyayangiku. Ayahku tak pernah menganggapku anak haram seperti hyungku. Ayahku selalu menyuruhku untuk menjaga hyung, tapi semakin aku mendekat, hyung semakin menjauh. Aku sudah berjanji pada appa agar terus menyayanginya. Aku juga tak boleh mengungkap jati diri ayah yang sudah terlanjur buruk. Sejak kecil aku sangat menyayangi hyungku dan selalu mengajaknya bermain. Hyungku tak pernah menganggapku, dan selalu saja memukulku dengan keras, yang kemudian ayah langsung memarahinya. Jadi intinya aku menyamar agar jati diri ayahku tak diketahui banyak orang. Kalau aku keluar dengan wajah seperti ini, semua orang akan tau kalau aku anak dari selingkuhan ayah yang merusak segalanya. Jadi ayah menyuruhku menyamar"



Aku mendengar semua dan hanya bisa melongo. Namja seperti gikwang yang selalu terlihat tak punya masalah ternyata menyimpan sebuah kesedihan yang cukup besar.



"Gikwang ah, maaf aku harus mendengar ini" aku menunduk lesu. Menyesal telah memaksanya bercerita.



"Kau orang pertama yang mendengarnya"


0o0


Aku merebahkan diri ditempat tidur pink ku. Aku mencari ponsel disekelilingku dan saat menemukannya aku segera mengambilnya. Aku menatap panel notifikasi dan tak ada apapun disana, termasuk pesan dari junhyung. Aku teringat akan tugas kelompokku, aku bangkit dan mencari sebuah buku catatan warna pink milikku. Ada sebuah catatan disana.



Tugas biologi,


Menetaskan sebuah telur sebagai bahan percobaan.


Kelompok 3: aku dan gikwang.


Dikumpulkan setelah telur menetas beserta foto perkembangan telur.



Apa ini??? Biologi??? Telur?? Aku menyambar ponselku dan mencoba menghubungi gikwang.



"Yeoboseyo eunji, tak biasa-"



"Gikwang-ah, bagaimana dengan tugas biologi kita?? Aku satu kelompok denganmu kan?? Kapan kita akan mengerjakannya??? Tugas ini harus segera dikumpulkan bukan? Kau bisa kerumahku sekarang, aku akan kirimkan lewat sms"



"Tapi eun-"



"Bye"



Aku menekan tombol merah dilayar ponselku. Dengan segera aku mengirimkan pesan pada gikwang tentang alamatku.


Setelah beberapa lama menunggu, bel pintu terdengar olehku. Aku berlari kearah pintu, melihat gikwang yang memakai jeans hitam juga kemeja yang tidak dikancingkan. Didalam kemeja itu, ada kaos putih biasa. Gikwang tak memakai kacamata besar seperti biasa. Hampir saja aku bertanya 'siapa kau?' Sebelum melihat wajah datarnya tersenyum riang.

"Eunji anyeong~" ucapnya sambil melambaikan tangan pelan.

"Eh, oh, anyeong... masuklah gikwang" aku membuka pintu lebih lebar dan membiarkan gikwang masuk kedalam rumah.

"Apa alamat rumahku sulit ditemukan???" Tanyaku pada gikwang yang sedang membungkuk untuk melepas sepatunya.

"Tidak, aku memakai GPS, hehehe... itu saran dari hyung sih..." gikwang menggaruk kepalanya dan tertawa kecil.

"Hei, hyungmu itu pintar sekali. Mungkin dia tidak ingin kau tersesat dan lupa jalan pulang" sebelum aku meninggalkannya keruang tamu, sekilas aku melihat wajah murung darinya.

All For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang