Tour

28 3 0
                                    

       Matahari bersinar dengan terangnya saat aku bangun. Waktu setempat  menunjukkan angka 05.30, 05.30 dan hari tampak seperti jam 7 pagi. Aku menggeliat dan bangun, selama sesaat mengalami amnesia seperti 'Di mana aku?', 'Mengapa tidak tercium aroma roti bakar buatan ibu?', atau 'Mengapa tidak terdengar suara bising mobil para tetangga?' tapi sedetik kemudian aku berhasil mengumpulkan seluruh kesadaran dan mengusir pertanyaan-pertanyaan tersebut.

       Aku mandi, membiarkan air panas shower memukul-mukul punggungku. Membangunkan otot-otot punggungku. Selesai mandi, aku mengaduk-aduk koperku, mencari pakaian yang cocok untuk tour hari ini. Akhirnya aku memilih untuk mengenakan t-shirt berwarna biru air dan celana pendek, menjepit rambut dan setelah siap bergegas pergi untuk sarapan. 

       Sarapan di lakukan di tingkat teratas hotel yang bernama "Kafe Langit" berupa area terbuka dengan pemandangan berupa pantai dan lautan, meja-meja dan kursi-kursi ditata sedemikian rupa agar setiap sudut mendapatkan pemandangan terbaik dari atas sini. Makanan dihidangkan secara prasmanan, semua hidangan, baik ala Indonesia atau ala barat ada.

       Aku mengambil sepiring pancake, sosis, dan jus jeruk. Aku baru menghabiskan setengah sarapanku ketika Joanna datang. Dia masih mengenakan baju tidur dan jejak tidur alis ilernya masih menempel di wajahnya. 

       "Selamat pagi Joanna, tidurmu nyenyak?" Sapaku.

       "Lumayan, panggil saja aku Jo, biar lebih deket." Katanya sambil duduk di kursi depanku.

       "Akrap kali, kalau 'deket' nanti dikira apa..."

       "Hahaha... Dasar, jadi mau kemana kamu hari ini?"

       "Tour dengan Mr. Ketut," Jawabku sambil menyeruput jus jeruk, "Kamu?"

       "Enggak tahu, belanja mungkin.... Atau berenang..." Jo tampak bingung sendiri.

       "Kamu enggak ikut tour atau semacamnya gitu? Ke pura mungkin?"

       Jo menggelengkan kepalanya dan bangkit untuk mengambil sarapannya. Mungkin dia bingung, ini adalah pertama kalinya di pergi ke Bali, lagi pula dia cuma sendiri. Aku bertanya-tanya dari mana Jo berasal dan keluarganya. Aku menanyakan hal itu padanya saat dia kembali dengan setumpuk makanan di piringnya.

       "Aku berasal dari Amerika. New York tepatnya. Dan keluargaku juga tinggal di sana."

       "Kamu punya saudara?"

       "3 kakak laki-laki dan 1 adik laki-laki, aku satu-satunya cewek di keluargaku." 

       "Lima bersaudara dan kamu satu-satunya perempuan? Hebat!"

       "Ya, walaupun yang lainnya cowok kita semua mirip kok." Kata Jo bangga.

       Aku menatap tubuh Jo dan berpikir "Kita semua mirip kok...." Membayangkan punya lima anak dengan berat tubuh 4 kali beratku, seperti apa orang tuanya?  Aku menemani Jo sarapan sambil ngobrol. Dia orang yang menyenang, lucu, dan pede. Tidak peduli dengan penampilan apakah dia jelek atau cantik dan aku senang bisa berteman dengannya. Selesai sarapan kami kembali ke kamar masing-masing.

       "Titip cowok cakep ya nanti kalo di sana ada." Katanya sambil masuk ke dalam kamarnya.

       Aku cuma ketawa dan dalam hati berteriak "AKU JUGA SAMA," aku mengambil ransel, membetulkan letak dan beban di bahuku dan turun ke bawah, menemui Mr. Ketut. Lobi tampak ramai pada pagi hari, anak-anak memenuhi kolam renang. Sambil menjerit-jerit kebasahan mereka bermain sedangkan para orang tua duduk mengawasi di sofa. Tampaknya ada seorang tamu yang baru datang, melihat tumpukan koper di depan meja resepsionis.

Sunset RoadWhere stories live. Discover now