part 1

23 1 0
                                    

Aku terbangun setelah jam berdentang begitu keras di ruang tamu. Ternyata ini masih jam 4 subuh. Suasananya masih sepi dan hawanya dingin sekali. Aku tetpaksa bertarung dengan angin malam walaupun aku sudah memasang penghangat ruangan di kamarku. Karena adzan subuh telah berkumandang, aku memutuskan untuk menunaikkan kewajibanku kepada- Nya. Kubasuh seluruh bagian tubuhku untuk berwudhu, berlati menuju ruang salat yang memang srngaja dibuat Ayahku. Menahan angin dingin yang hampir menggerogoti tulang rusukku. Kini, aku salat bersama supir pribadi dan pembantu rumah tangga, Pak Shim dan Bik Ahn. Nama mereka membuatku serasa sedang berperan di dalam dram Korea, dram favoritku. Oh ya, kalian pasti bingung kan di mana Ayah dan Ibuku berada? Baiklah, aku akan menjelaskan rincinya. Mereka menetap di Amerika,nrgeri Paman Sam untuk menjalankan bisnis emas dan berlian ternama di dunia, The Freeze. Mereka pergi 3 tahun yang lalu. Dan kadang mereka pulang satu tahun sekali pada awalnya, aku dipaksa untuk ikut dan menetap di sana bersama mereka, tapi aku menolakknya dengan alasan sudah terlalu mencintai tanah airku sendiri.
.
.
Setelah salat suvbuh dan mandi, aku pergi ke ruang perpustakaan besar milikku pribadi dan biasanya aku duduk dengan santai. Berbagai buku fiksi dan non fiksi menghiasi setiap sudut rak besar rak tinggi menjulang itu. Tapi untukku, novel romance adalah jawaranya. Sejak kelas 6 SD aku sudah mengoleksi banyak novel romance hingga usiaku saat ini, 16 tahun. Dari semua novel romance yang kumiliki dan bahkan aku baca hingga mata terkantuk- kantuk sekalipun, aku belum pernah merasakan jatuh cinta sedikitpun di kehidupan nyataku. Aku bukanlah tipe gadis yang mudah terbawa perasaan jika membicarakan tentang cinta. Bukan karena apa-apa, aku malah sering sakit kepala jika mendengar teman-temanku membicarakan para pacar mereka. Aku senang diam, menghindar dari banyak cowok yang ingin mendekatiku. Tapi cowok itu? Cowok itu membuat kepalaku selalu merekam tekstur wajahnya dengan jelas. Jelas sekali..
FLASHBACK...
"Ay, kamu gak tahu kalau Barly suka sama kamu. Tuh, si pemain basket ternama se sekolah kita!" Suara cempreng Fayn merekam kembali kejadian kemari pagi.
"Terus, aku harus gimana? Membalas cintanya gitu?" Jawabku dingin.
"Ya Allah, Ay! Kamu itu cewek yang paling beruntung dari semua anak sekolah ini. Padahal kan banyak cewek dengan beraninya menyatakan cinta mereka dengan Barly. Tapi ya.., harus berakhir dengan sad ending." Kata Fayn senang.
"Tapi aku gak suka dia! GAK SUUKAAA!!!!" Jawabku sambil menggeleng kepalaku kesal.

FLASHBACK END.
"Astagfirullah! Itu jangan sampai terjadi kepadaku! Astagfirullah..." kataku sambil menutup mata dan telingaku kuat- kuat.

.....To be continue.....

heavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang