Tak Selamanya Hidup akan Sesuai yang Kita Mau

14 0 0
                                    

Awalnya aku berfikir, aku dan dirinya takkan terpisahkan. Tangan kokohnya selalu menggenggam tanganku ketika ku tak sanggup menopang tubuhku dan digunakan olehnya untuk menghapus air mataku. Tubuhnya yang kokoh selalu mendekapku ketika ku membutuhkan ketenangan, Ia selalu ada disampingku. Namun semua hilang begitu saja, ketika ku dan dirinya harus dipisahkan sekat yang begitu tebal dan jauh antara ku dan dirinya. Dunia ku kini telah berbeda dengannya. Hatiku teriris ketika memory masa lalu hinggap di kepalaku, masih terbayang olehku tentang kepergian dirinya.
Joshi Alvin Haris Bagaskara.

"Kamu kenapa?" tanya Alvin lembut seraya memegang pipiku.
"Aku takut kehilangan kamu, Vin." Kata ku sambil meneteskan butiran air mata. Alvin segera menghapus air mataku dan tersenyum lembut padaku.
"Aku yang kena kanker, kenapa kamu yang cengeng. Aku gak apa-apa sayang, kamu percaya aku kan?." Tanyanya sambil tersenyum tegar dan mendekapku kedalam pelukannya. Alvin sangat tahu betapa khawatirnya aku padanya. Alvin begitu tegar, Ia tak ingin menambah khawatir orang yang disekelilingnya. Aku sendiri tahu setegar apapun dirinya, didalam hati kecilnya Ia menyimpan ketakutan yang luar biasa. Apakah Ia mampu menghadapi kanker yang telah menjalar di tubuhnya.
"Shil, aku minta sama kamu, apapun hasil dari kemo aku. Aku minta kamu tidak boleh menyalahkan Takdir. Aku mau kamu belajar dewasa untuk bisa mengikhlaskan aku. Karena semua yang ada didalam alam semesta cepat atau lambat akan kembali padaNya. Aku gak mau kamu sedih dan menangisi kepergianku." Pintanya padaku.
"Kamu gak boleh ngomong gitu, kamu gak boleh nyerah. Aku minta maaf sama kamu, seharusnya aku yang menguatkan kamu. Aku janji sama kamu, aku gak akan menyalahkan Takdir Allah. Aku minta kamu berjuang untuk kesembuhan kamu." Pintaku.

Setahun lamanya aku melihat perjuangannya untuk tetap bertahan. Hingga hari itu benar-benar tiba. Ia tak sanggup lagi menahan kanker yang ada ditubuhnya. Saat itu aku sedang berada disampingnya. Mataku selalu tertuju pada sebuah monitor yang mulai menunjukkan tanda kepergiannya. Tubuhnya dingin. Namun senyuman terukir diwajah tampannya, tangannya mulai terlepas dari gengamanku, matanya perlahan mulai menutup hingga nafas terakhirnya dihembuskan olehnya.
"Inilah saatnya kamu pergi. Aku ikhlas, pergilah dengan sebuah ketenangan sayang. Walau kita telah dipisahkan dengan ruang dan waktu. Percayalah kamu akan ada dihati ini. Kan ku ingat semua memory tentangmu." Ucapku dalam hati sambil tersenyum menatap wajahnya.

Inilah hidup, ada kalanya bersama dan ada kalanya berpisah. Walau rasanya kita tak ingin berpisah dengan orang yang kita sayang. Namun apa boleh buat? Mau tak mau, Kehidupan akan terus berjalan, seperti bumi yang terus berputar. Hingga suatu hari nanti bumi takkan berputar lagi. Semua orang disekeliling kita akan silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi. Tanpa kita pernah tahu kapan waktu giliran kita ini akan dipanggil olehNya. Namun, kamu harus ingat! kamu harus siap saat matamu kan tertutup. Karena cepat atau lambat hari itu akan datang. Maka dari itu belajarlah arti sebuah perpisahan dari sekarang. Sebab tak selamanya hidup akan sesuai dengan yang kita mau. Dan semua kenangan yang pernah kita lalui termasuk tentang orang yang kita sayang akan selalu ada diingatan dan dihati kita hingga mata ini terpejam dan jantung ini tak berdetak lagi.

Merci.
_Fadhia Ariani Intan S.D
Twitter: @FadhiaA_IntanSD
Blog: Fadhiaarianiintansekard.blogspot.com
Fb: Fadhia A Intan S'dewi
Line: FadhiaA_IntanSD
Ig: fadhiaaa_intansd
Pin bb: 59C55FC4

OneShoot by FaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang