Hujan menjadi Saksi Bisu Cinta Kita

110 0 0
                                    

Hujan pernah menjadi saksi bisu antara kau dan aku. Karena hujan yang telah mempertemukan kita. Hujan juga menjadi saksi bisu kepergian kau dari sisiku, hujan menjadi salam perpisahan darimu untukku. Sepuluh tahun sudah, perpisahan kita terjadi. Masih ingatkah kamu pada hari ini? 9 Mei. Hari sesuai janji kita? Aku disini selalu menantimu untuk kembali. Aku ingin berjumpa denganmu, aku begitu merindukanmu. Aku ingin menatap pelangi dan bermain hujan denganmu lagi, seperti dulu.

***

"Mama..papa." Tangis gadis kecil yang berusia 7 tahun di bawah pohon dengan memeluk kedua kakinya sambil menenggelamkan wajahnya. Tiba-tiba ada sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Membuat gadis ini semakin gemetar karena takut.
"Kamu kenapa? Takut petir ya sama ujan deres ini? Kata mama, papaku kita gak boleh takut. Justru setelah hujan akan ada pelangi loh." Ucap seorang pemuda kecil, yang berusia sama dengan gadis kecil ini. Membuat gadis kecil ini berusaha memberanikan diri untuk menoleh padanya.
"Aku Nathan." Ucap pemuda kecil itu sembari mengulurkan tangannya.
"Aku Ara." Ucap gadis kecil itu dengan polos.
"Udah mulai reda nih. Ikut aku yuk." Ajak nathan. Membuat Ara menggeleng.
"Kamu gak perlu takut. Yuk." Ajaknya lagi dan membuat Ara bangkit menurutinya.
"Liat deh, ada pelangi kan setelah ujan." Ucap Nathan seraya menunjuk kelangit. Membuat senyum merekah diwajah Ara.

***

Sejak saat itu kedua bocah kecil itu mulai bersahabat dan berjanji tak akan saling berpisah.
Hingga beberapa bulan kemudian, janji itu tak bisa ditepati salah satu bocah tersebut.
Ketika kedua bocah ini asik bermain hujan, senyum yang terpancar diwajah digadis kecil tersebut memudar. Ketika Nathan mengatakan hal yang membuat Ara sedih.
"Maaf ya Ara, Nathan harus pergi. Nathan gak bisa jagain Ara lagi. Kita gak bisa ujan-ujanan dan liat pelangi bareng lagi." Ucap Nathan dengan sedih.
"Ke...kenapa?" Tanya Ara dengan berlinang air mata dan sesenggukan.
"Nathan gak tau, kata mama, papa Nathan harus keluar Negeri sama mereka. Nathan janji sama kamu, kita akan bertemu lagi 10 tahun yang akan datang disini. Tepat ditanggal 9 Mei." Ucapnya sambil mengulurkan jari kelingkingnya. Dengan air mata yang berlinang, Ara mengangguk dan menyatukan jari kelingkingnya.

***

Sejak saat itu, tak ada lagi pelangi setelah hujan bagi gadis ini. Pelangi itu hilang sejak perpisahan kedua bocah tersebut yang kini telah beranjak dewasa. 10 tahun sudah, Apakah kamu akan hadir disisiku lagi, untuk menemaniku? Apakah kamu masih mengingat tentangku?.
"Ara." Panggil seseorang yang membuat Ara menoleh. Ada seseorang pemuda tampan dan gagah yang membuat Ara pangling saat melihatnya. 10 tahun telah membuat banyak perubahan dari pemuda itu. Pemuda itu segera duduk disamping Ara.
"Kamu apa kabar?." Tanyanya sambil menenteng sebuah kotak berbentuk love.
"Aku baik. Ka...kamu Nathan, kan?." Tanya Ara sambil tersenyum.
Pemuda itu kemudian menoleh kearah Ara, menatap dalam mata Ara dengan arti.
"Ada sesuatu yang harus kamu tahu." Kata pemuda itu.
"Jawabannya ada disini." Ucapnya lagi sambil menyodorkan kotak berbentuk love.
Ara segera membuka kotak tersebut dan menemukan liontin berinisial Artha dengan sebuah surat.
"Apa ini?" tanya Ara pada pemuda disampingnya.
"Baca aja, jawabannya ada disurat itu." Kata pemuda tampan tersebut.
Ara mengangguk lalu segera membuka surat yang dimaksud dan membacanya.

Ara,
Maafkan aku.
Aku tak bisa memenuhi janji kita.
Aku tak bisa menemanimu lagi bermain hujan, menatap pelangi.
Aku sayang kamu Ara.
Namun waktu tak memihak pada kita.
Ku harap kau kan terus tersenyum seperti pelangi yang sukarela membagi kebahagiaan untuk banyak orang.
Terimakasih banyak Ara telah mau menungguku hingga kini.
Terimakasih telah mengingat tanggal dan perjanjian kita.
Terimakasih telah mengingat semua kenangan dan memori kita.
Terimakasih Ara.
_Nathan_

Usai membaca surat, gadis itu menggigit bibirnya, hatinya remuk seketika. Ia menoleh ke arah pemuda disampingnya, menatapnya dalam walau pandangan itu nulai kabur dengan linangan air matanya, ia terus menatap mencari jawaban tentang semua ini. Apa yang sebenarnya terjadi selama ini?.
"Aku tahu kamu bingung, Ara." Ucap pemuda itu yang seakan mengerti jalan fikiran Ara
"Aku bukanlah Nathan, aku sepupunya. Namaku Adit. Nathan telah menceritakan semua tentangmu. Ia selalu mengingatmu setiap hari, hingga setahun lalu..."
Pemuda tersebut menghentikan ucapannya, membuat Ara khawatir dan mengguncangkan bahu Adit. Pemuda itu mulai berlinang air mata membuat Ara semakin bingung. Apa yang disembunyikan pemuda ini tentang Nathan?.
"Nathan kenapa?." Tanya Ara mulai histeris mengguncangkan bahu Adit.
"Hingga setahun lalu, kanker otaknya merenggut nyawanya." Lanjutnya pelan. Mendengar itu sukses membuat semakin menangis histeris. Adit merengkuh Nara kedalam pelukannya.
"10 tahun lalu Nathan harus pergi keluar Negeri demi pengobatannya. Saat itu hari diketahuinya bahwa diaa menderita penyakit itu. Sehingga om dan tante langsung memutuskan untuk pindah. Demi kebaikan Nathan, aku ikut dengannya. Disana Ia menceritakan semua tentangmu Ara, aku selalu menemaninya melawan penyakitnya. Kau adalah semangat untuknya sembuh. Hingga Ia semakin melemah melawan penyakit yang terus menggerogoti otaknya. Kondisinya semakin memburuk, hingga sebelum sesaat dia tak ada. Ia menitipkan aku amanah untuk bertemu denganmu, demi menyampaikan surat ini padamu. Percayalah bahwa ia sangat ingat akan janji itu. Namun takdir membuat ua tak mampu memenuhinya, untuk bertemu denganmu."
"Nathannnnn.." Tangis Ara di bahu Adit sambil menggengam erat liontin pemberian Nathan.
Mereka berdua tak bisa menahan tangisan masing-masing. Tanpa peduli akan rinai-rinai hujan yang terus membasahi tubuh keduanya. Sampai pada akhirnya Pelangi pun muncul dengan indahnya.
Adit melepaskan pelukannya dan menunjuk kearah langit.
"Ara, kamu bagaikan pelangi dan Nathan bagaikan hujan. Saling melengkapi, karena pelangi akan muncul setelah hadirnya hujan. Dengan berbagai warna yang terpancar dilangit. Jadi setelah perginya Nathan, kamu harus bisa tetap tersenyum dan tegar agar Nathan bisa ikut bahagia melihatmu ikhlas dengan kepergiannya."
Ara mencerna baik-baik kata-kata dari Adit, Ia mencoba ikhlas sambil terus menatap pelangi. Seolah-olah pelangi tersebut adalah semangat dari Nathan untuknya tersenyum.
Akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah duka.
Untuk mendapatkan kunci kebahagiaan, kita harus bisa melewati duka terlebih dahulu.
Begitupun ketika kamu ingin melihat pelangi, kamu harus bertemu dengan hujan.
Karena keduanya saling melengkapi, takkan terpisah.
Keduanya akan datang silih berganti.
Sebab semua itu telah diatur seindah mungkin oleh Sang Pencipta.

Salam manis,
Fadhia A Intan S Dewi.

OneShoot by FaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang