Sooji melirik Myungsoo yang sedang mengupas buah apel untuknya, mulutnya sesekali terbuka untuk menerima suapan suaminya itu tetapi matanya terus melirik dengan gurat keraguan di sana.
"Ada apa?" Myungsoo menangkap basah Sooji yang sedang meliriknya membuat gadis itu gelagapan, ia menunduk dan menggeleng menjawab pertanyaan pria itu. "Ada yang kau inginkan? Katakan saja, akan aku belikan untukmu. Kau ingin makan apa?" Tanya Myungsoo beruntun, dia tau Sooji dalam fase trisemester pertama kehamilannya jadi wajar jika gadis itu menginginkan sesuatu.
"Ti-tidak."
"Sooji ayolah-jangan ragu untuk mengatakan keinginanmu," ujar Myungsoo saat tangannya menangkup milik Sooji, gadis itu tersenyum kecil lalu menatap Myungsoo malu-malu.
"Kapan aku bisa pulang?" Tanya Sooji dengan suara pelan.
"Kau ingin pulang ke rumah?" Sooji melirik Myungsoo sekilas kemudian ia mengangguk kecil, entah mengapa dia menjadi malu ketika meminta pada Myungsoo untuk segera pulang.
"Ke rumah kita?" Tanya Myungsoo lagi membuat Sooji mendengus pelan.
"Tentu saja. Kau ingin pulangkan aku ke mana kalau bukan di rumah kita?" Mendengar penuturan istrinya yang ketus itu membuat Myungsoo tertawa kecil.
"Tapi kau masih belum sembuh."
"Kau bisa bertanya pada dokter. Aku bisa rawat jalan," bujuk Sooji dengan wajah memelasnya, kedua tangannya menangkup tangan Myungsoo berusaha sebisa mungkin agar pria itu mau mengabulkan keinginannya.
"Aku rindu kamarku, aku bosan tinggal di ruangan ini." Sooji memutar bola matanya sembari menunjuk seisi kamar tempatnya di rawat saat mengungkapkan kalimat itu. Mendengar alasan Sooji membuat Myungsoo menyeringai pada gadis itu.
"Kau merindukan kamarmu atau kau rindu berduaan denganku di dalam kamar hmm?" Goda Myungsoo sembari mengedip jahil membuat Sooji melotot menatapnya.
"Dasar mesum!" Seru Sooji memukul lengan Myungsoo membuat pria itu tertawa saat melihat wajah merah Sooji. Gadis itu pasti malu karena godaannya, dan betapa bahagianya Myungsoo saat bisa tertawa selepas ini di hadapan Sooji.
"Oke, berhenti memukuliku--atau aku tidak akan membawamu pulang," ujar Myungsoo disela tawanya, Sooji yang sedari tadi memukul lengan Myungsoo langsung menghentikan gerakannya, menatap sendu pria itu.
"Aku membencimu." Desis Sooji membuang pandangannya tidak ingin menatap Myungsoo, mendengar itu Myungsoo menghela nafasnya panjang. Dia meraih wajah Sooji dan menghadapkan wajah gadis itu kepadanya.
"Hei, aku akan bicara pada dokter sekarang, oke?" Myungsoo tersenyum pada Sooji, menghalau perasaan buruk yang Sooji alami sekarang. Dia tau semua itu hanya karena hormon kehamilannya, sesuai kata dokter kalau Sooji akan lebih sensitif untuk beberapa bulan ke depan dan dia sepertinya harus benar-benar siap untuk itu.
"Kau bilang tidak akan membawaku pulang," lirih Sooji dengan mata yang sudah berembun menatap Myungsoo, pria itu gelagapan saat melihat Sooji akan menangis. Dia segera memeluk gadis itu agar tidak menjatuhkan air matanya.
"Aku hanya bercanda sayang, aku akan membawamu pulang. Sekarang jangan menangis ya," bisik Myungsoo berusaha menenangkan Sooji.
"Bercandamu keterlaluan," isak Sooji sembari memukul bahu Myungsoo sekuat tenaganya.
"Ya aku tau, maafkan aku sayang."
Sooji mendesis mendengar Myungsoo meminta maaf, sepertinya dalam beberapa waktu ke depan ia harus mengharamkan kata maaf keluar dari bibir Myungsoo. Karena sungguh dia sudah sangat muak mendengar itu dari suaminya.
![](https://img.wattpad.com/cover/62173535-288-k210663.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Marriage | MS #1 [COMPLETED]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Pt. 1 - 9 : PUBLIC Pt. END : PRIVATE ===================================== Marriage Series #1 Forced Marriage Di umur yang masih sangat belia Sooji harus dihadapkan oleh kehidupan yang sangat asing untuk...