6

1.8K 403 24
                                    


Dulu, dia hanya bisa memandang gadis itu di balik jendela rumahnya. Dulu, dia hanya bisa melihat senyum itu di kejauhan. Dan dulu, dia hanya bisa menunggu di tiap sore di hari Jumat.

Dan kini, dia ada lima langkah dari gadis itu.


Michael memantapkan hatinya sekali lagi, dia harus berkenalan dengan gadis itu. Harus! Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang dia miliki sekarang.

Dengan kaki bergetar hebat, Michael berjalan ke arah gadis itu.

Satu langkah

Dua langkah

Tiga langkah

Empat langkah

Li--

''Hei! Bisa bantu aku mengambil buku yang ada di atas sana?'' dan jantungnya hampir copot mendengar suara lembut itu. Michael mengerjap tidak percaya.

Gadis itu mengajaknya bicara?

Benar kah?

''Em--eh--iy--iya,'' Micharl merutuk di dalam hati.

Kenapa suara terbata-bata bodoh itu yang keluar dari mulutnya?

''Tolong ya, buku berwarna biru itu,'' gadis itu menunjuk ke sebuah buku biru yang memang berada di rak bagian atas. Michael melirik gadis di sebelahnya, ternyata tingginya hanya sebatas bahunya.

Micharl mengulurkan tangan, mengambil buku tersebut dengan mudah. Lalu, dengan gugup dia menyerahkannya.

''Ini,''

''Ah terimakasih sekali--''gadis itu tampak kebingungan.

''Michael Clifford, Michael saja. "

''Ah iya, terimakasih Michael. '' Micharl tersenyum cerah, melihat senyum yang terukir di bibir gadis itu.

''Sama-sama--''

''Varessa Tan,''

Pada akhirnya Michael tahu nama gadis itu, Varessa Tan.

Nama yang indah, batinnya.

Micharl melirik gadis di sebelahnya, yang kini sibuk membaca sinopsis novel yang baru saja dia bantu ambil. Ternyata begini rasanya berdekatan dengan gadis yang kau sukai, rasanya sangat--gugup.

Micharl berpura-pura sibuk dengan jejeran novel horor di depannya. Mengambil satu buku, membaca sinopsisnya, lalu meletakkannya lagi. Sekarang dia merasa melakukan semua gelagat gadis itu saat di toko buku.

Dan apa mungkin, di sebrang sana ada orang yang memperhatikannya?

Michael tertawa kecil di dalam hati dengan pikirin bodohnya itu.

''Kau sering ke toko buku ini, juga?'' tanya gadis itu yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

Micharl terkejut, hampir-hampir terkena serangan jantung. Namun, dengan suara kalem, dia menjawab.

''Lumayan sering,'' ah... bahkan dia baru sekali pergi ke toko buku ini. Itu pun baru sekarang.

''Oh... aku baru pertama kali datang kesini,'' katanya yang membuat Michael terkejut.

''Pertama kali?'' gadis itu mengangguk mantap.

''Kau serius?'' dan lagi-lagi gadis itu mengangguk mantap.

Michael termangu di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang baru dikatakan gadis itu.

''Bu--bukannya kau sering datang ke sini?'' tanya Michael yang membuat Varessa menatapnya bingung.

''Hkm--hkm mak-maksudku, bukannya kau sering datang kesini? Aku selalu melihatmu datang tiap Hari Senin juga Jumat. Rumahku ada di sebrang jalan sana,'' Michael menunjuk rumahnya di sebrang kepada Varessa, walaupun gadis itu sama sekali tidak bertanya.

''Dan aku selalu memperhatikan mu ketika datang ke toko buku ini. Tiap sore, dan selalu di Hari Senin juga Jumat, dengan rambut yang selalu di jalin satu. Aku memerhatikanmu selama dua bulan penuh, sebelum kau tidak pernah datang lagi empat bulan ini,''

Michael tidak tahu kenapa dia bisa berbicara sepanjang itu pada Varessa. Dia bingung. Tentu saja.

Bagaimana mungkin Varessa mengatakan kalau dia baru pertama kali datang ke toko buku ini? Padahal dia selalu datang dua kali seminggu--kecuali untuk empat bulan terakhir dimana dia sama sekali tidak datang. Apa gadis ini mengalami amnesia?

''Dan Varessa--um, ak--aku sela--selama memerhatikan mu dua bulan itu. Ak--a--'' Michael merasa tidak bisa melanjutkan kalimatnya ini.

''Aku menyukaimu, Varessa,''




bangun pagi buat bljr enak uga😚

in the book store ft. clifford ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang