Satu kalimat yang mampu membuat Varessa menegang di tempatnya. Bahkan Michael bisa mendengar gadis itu terkesiap kecil. Samar, tapi perlahan rona merah itu terlihat jelas di pipi Baressa.
Varessa yang merasa terkejut dengan pengakuan Michael barusan langsung memalingkan wajahnya dari laki-laki itu. Pura-pura sibuk dengan buku-buku di depannya, walaupun sebenarnya dia sedang menormalkan kejut jantungnya yang memompa dengan cepat--juga menenangkan perasaan sedih yang tiba-tiba muncul di hatinya.
Selama lima menit mereka berdua terdiam. Satunya lagi terlihat sangat khawatir dan satunya lagi terlihat sangat bimbang. Mereka berdua masih berdiri bersisian, di depan rak besar yang memajang novel-novel horror.
''Michael,'' panggil Varessa yang langsung membuat Michael mengalihkan pandangan padanya.
''Mungkin yang kau perhatikan bahkan yang kau sukai itu bukan aku--'' katanya pelan, membuat Micharl mengernyit bingung.
Kemudian gadis itu menoleh ke arahnya, tersenyum lembut. Dan entah kenapa, senyum itu terasa berbeda bagi Michael.
''Tapi--kembaranku,''
Michael terkejut bukan main mendengar apa yang barusan dikatakan Varessa.
Ia kemudian melirik ke arah mata gadis itu, mencoba mencari sebuah kebohongan yang mungkin bisa dia temukan disana. Tapi, nyatanya tidak, mata itu, Varessa tidak berbohong padanya!
''Namanya Valenna Tan,''
''Va--Val--'' bibir Michael tergagap menyebut nama itu.
''Iya, Valenna Tan. Kakak perempuanku,'' lanjut Varessa kemudian sambil tersenyum lembut.
Michael memperhatikan gadis di sampingnya lamat-lamat. Dia--maksudnya, Varessa memang benar-benar mirip dengan Valenna. Bahkan sangat mirip dan hampir tidak ada perbedaan sama sekali. Tapi, ketika lebih diperhatikan lagi. Ada benerapa perbedaan diantara mereka.
Varessa memiliki warna kulit yang lebih putih, rambut pirangnya yang dicat coklat di bagian ujungnya, dengan badan yang lebih gempal juga pipinya yang lebih berisi. Dan senyum itu! Senyum itu berbeda dari senyum memabukkan yang biasa Michael impikan selama empat bulan ini.
Kemudian, satu pertanyaan itu muncul di benaknya.
Lalu, dimana Valenna Tan?
Gadis yang selama ini dia perhatikan?
''Varessa,'' panggil Michael yang membuat gadis itu menatapnya bertanya.
''Lalu di--dimana Valenna? Ke--kenapa dia tidak pernah datang ke toko buku, lagi?'' tiba-tiba mata yang bersorot cerah itu memburam.
Michael bisa melihat ekspresi sedih yang tiba-tiba berkabung di bola mata Varessa. Lalu, mata itu beralih, menunduk menghindar dari pandangan Michael yang terlihat ingin tahu.
Sepuluh menit berlalu, dan Varessa belum bersuara sedikit pun. Michael masih setia menatap gadis itu, ingin tahu, penasaran, dan entah kenapa dia juga merasa khawatir.
''Valenna di--dia--'' Michael bisa mendengar hembusan nafas panjang Varessa. Tidak tahu, tapi jantung James tiba-tiba berdetak cepat.
''Di--dia sudah meninggal empat bulan yang lalu,'' Michael terlihat sangat terkejut.
''Karena penyakit kanker darah yang dia punya,''
''Maka dari itu--''
Michael bergeming, bagai patung porselen yang bisa bernafas.
''Dia tidak pernah datang ke toko buku ini, lagi. ''
Dan bahkan untuk selamanya.[]
✨TAMAT✨
Ok.
Jadi ini sebenarnya cmn ide kecil yg gue punya pas lg di toko buku.Ga penting sih, cmn pgn blg aja. Thank you buat yg udah baca
sampai epilog💜💜Rivercal🌜
KAMU SEDANG MEMBACA
in the book store ft. clifford ✔
Hayran Kurgu❛❛Tiap dua kali seminggu gadis itu pergi ke toko buku di pinggir jalan. Dan di seberang sana, ada laki-laki yang memerhatikannya selama tiga bulan ini.❞ ilustrasi cr. pinterest