"Jeonghan-ah jangan marah pada eomma."
Sosok lelaki berambut pirang sebahu yang dipanggil Jeonghan itu tak bergeming dan masih mempertahankan posisinya, duduk dengan kedua tangan dilipat di depan dada serta perempatan di dahinya yang menandakan bahwa ia sedang kesal.
"Bagaimana tidak marah? Saat aku bangun pagi ini aku sudah ada di Seoul dan eomma mengatakan bahwa aku sudah pindah sekolah."
Wanita paruh baya yang dipanggil ibu oleh Jeonghan itu menghela nafasnya dan memijit keningnya perlahan, "Eomma terpaksa melakukannya. Kalau eomma memberitahumu pasti kau tidak mau ikut."
'Iya juga yah.'batin Jeonghan sedikit melunak.
"Tapi kan tidak usah sampai membawaku diam-diam saat aku sedang tidur eomma."Jeonghan mulai mengeluarkan suara manjanya yang dibalas kekehan ibunya.
"Eomma sudah memindahkanmu ke SHS HIGHSCHOOL, tidak jauh dari rumah kita. Kita terpaksa pindah kesini karena eomma dipindah tugaskan ke sini. Sekolah itu sekolah khusus laki-laki, satu kelasnya hanya ada dua belas sampai lima belas siswa. Kau pasti akan betah disana, eomma yakin."ibu Jeonghan berucap dengan lembut, berusaha menyalurkan semangat kepada putra semata wayangnya.
"Baiklah, karena aku menyayangi eomma, aku akan sekolah."ucap Jeonghan pada akhirnya. Ia berpamitan kepada ibunya sebelum akhirnya berangkat ke sekolah barunya menggunakan bus.
Tak butuh waktu lama bagi Jeonghan untuk mencapai sekolah barunya karena memang jarak dari rumahnya ke sekolah barunya cukup dekat. Sekitar sepuluh menit menggunakan kendaraan. Jeonghan turun dari bus dan menatap gerbang kokoh di hadapannya yang bertuliskan 'SHS HIGHSCHOOL.'
Jeonghan menggigit bibirnya tanpa ia sadari, kebiasaannya kalau sudah gugup. Ia berjalan masuk ke pekarangan sekolah dan ia sudah disambut dengan seorang pria dewasa di gerbang sekolah.
"Selamat pagi, kau pasti murid baru yang bernama Yoon Jeonghan kan?"
Jeonghan mengangguk dan mengulum senyum. Pria itu balas tersenyum dan mengajak Jeonghan masuk ke ruang administrasi.
Setelah mengurus beberapa berkas kepindahannya, Jeonghan berjalan menuju kelas barunya. Jeonghan mendapat kelas 2-A karena kata pria itu, hanya kelas 2-A yang masih bisa menampung murid tambahan. Di kelas 2-A jumlah muridnya hanya dua belas orang, sementara di kelas lain sudah lima belas orang.
Jeonghan berjalan sendiri menuju kelas barunya. Pria yang mengurus kepindahannya tadi tidak bisa mengantarkannya ke kelas barunya karena ada rapat penting yang mendadak. Jeonghan sendiri tidak keberatan ke kelasnya sendiri. Selain itu, lokasi kelas barunyapun juga tidak sulit ditemukan.
Saat sampai di depan pintu, Jeonghan dapat mendengar kegaduhan dari dalam kelas karena sepertinya guru yang mengajar di kelas tersebut belum datang. Jeonghan mengetuk pintu dengan pelan. Karena tidak ada jawaban, Jeonghan langsung membuka pintu.
JLEB!
Lutut Jeonghan terasa lemas dan ia membeku saat sebuah pisau terlempar dan menancap di dinding tepat beberapa senti di sebelah wajahnya. Jeonghan masih menahan nafasnya dengan mata terbuka lebar saat seorang lelaki jangkung menghampirinya.
Lelaki jangkung itu mengambil pisau yang tertancap dinding lalu menatap Jeonghan bingung namun ia tak mau ambil pusing dan kembali ke tempat duduknya.
"Mau sampai kapan kau berdiri seperti manekin disitu?"Jeonghan kembali ke alam sadarnya saat seorang lelaki berpipi tembam bersuara dan berjalan ke arahnya.
"Kau pasti murid baru. Kenalkan, aku Boo Seungkwan."sosok bernama Seungkwan itu menjulurkan tangannya bermaksud mengajak berkenalan.
Jeonghan membalas uluran tangan itu dengan gemetar, "Yoon J-Jeonghan."
YOU ARE READING
SHS High School
FanfictionYoon Jeonghan terpaksa pindah ke Seoul untuk mengikuti ibunya yang mendadak dipindah tugaskan ke Seoul. Ia pindah ke SHS HIGHSCHOOL, sekolah khusus laki-laki yang setiap kelasnya hanya terdiri dari dua belas sampai lima belas siswa. Kepindahannya me...