Chapter 2

899 102 9
                                    

Jeonghan diam sambil mengedarkan pandangannya pada seisi ruangan. Ia berjalan dengan tertatih menuju dinding yang ditutupi kain hitam. Rasa penasaran membawanya pada dinding itu. Entah mendapat keberanian dari mana, Jeonghan mengulurkan tangannya dan menarik kain lebar yang menutupi dinding itu. Ia melihat graffiti yang tertulis di sana.

'SVT'

'17'

"Jeonghan-ah?"

Panggilan lembut Seungcheol membuat Jeonghan tersentak dan menutup kembali dinding tersebut dengan kain lebar. Namun karena Jeonghan terlalu panik, kain itu malah merosot dan balik menutupi tubuh Jeonghan. Jeonghan dapat mendengar kekehan kecil Seungcheol sebelum tangan kekar Seungcheol menyibak kain yang menutupi dirinya. Jeonghan hanya diam saja saat Seungcheol memapahnya kembali ke sofa dan mulai mengoleskan salep ke kakinya yang terkilir.

Jeonghan tertegun melihat Seungcheol yang dengan telaten dan hati-hati mengobati kakinya. Jantungnya lagi-lagi berdegup dengan kencang dan wajahnya mulai memanas.

"Sudah selesai."ucap Seungcheol. Jeonghan tersenyum tipis melihat kaki kanannya sudah terbalut perban dengan rapi.

"Terima kasih."

"Sama sama. Oh ya, kami mempunyai tongkat penyangga, kau bisa menggunakannya sampai kakimu sembuh."jelas Seungcheol.

Jeonghan menggeleng kecil. "Tidak perlu repot-repot. Aku bisa berjalan sendiri."

"Jangan seperti itu, nanti kakimu tidak sembuh-sembuh. Atau kau mau aku yang memapahmu sampai kau sembuh?"goda Seungcheol sambil tersenyum jahil.

"Bukan seperti itu!"sergah Jeonghan dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus dan mengundang gelak tawa Seungcheol. Tiba-tiba terdengar suara samar-samar orang berbicara dan berjalan mendekat dari luar.

"Whoah! Capek sekali!"Seungcheol dan Jeonghan menoleh ke sumber suara dan menemukan sebelas laki-laki yang masih mengenakan seragam berjalan masuk.

"Geng pecundang itu benar-benar menyebalkan. Sudah tau tidak bisa berkelahi malah menantang kita. Membuang energiku saja."gerutu salah seorang lelaki berpipi tembam yang Jeonghan ingat bernama Seungkwan.

"Eo? Anak baru?"salah seorang dari mereka bergumam dan membuat kesebelas lelaki yang baru masuk tadi menoleh ke arah Jeonghan. Jeonghan menyapa mereka dengan canggung.

"Dia sudah membantuku menyelamatkan voucher itu tadi. Kalian lihat saja kakinya sampai terkilir."jelas Seungcheol sambil menunjuk ke arah kaki kanan Jeonghan yang terbalut perban. Jeonghan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kurasa tidak ada salahnya jika dia masuk Seventeen."ucap seorang laki-laki pendek berambut merah muda. Jeonghan dapat melihat yang lain menyetujui ucapan lelaki itu. Jeonghan langsung ingat pada graffiti yang ia lihat tadi. Apakah yang lelaki itu sebutkan berhubungan dengan graffiti itu?

"Bagaimana Seungcheol-ah?"

Jeonghan menoleh kepada Seungcheol yang tengah berpikir keras.

"Baiklah."ucap Seungcheol pada akhirnya yang mengundang sorakan bahagia dari kesebelas lelaki itu. Jeonghan tanpa sadar menaikkan bahunya karena sorakan mereka yang memekikkan telinga.

"Seventeen itu apa?"tanya Jeonghan polos.

"Seventeen itu adalah nama geng kami. Kau tau sendiri kan di SHS itu anak-anaknya berandalan meskipun pintar. Jadi bukan hal yang mengherankan jika banyak geng di sekolah."jelas seseorang berambut warna-warni yang didominasi warna merah muda. Jeonghan mengangguk-angguk mengerti.

"Oh ya, aku Minghao."laki-laki berambut warna-warni tadi memperkenalkan dirinya.

"Aku Jihoon dan dia Jun."lelaki pendek berambut merah memperkenalkan dirinya. Sedangkan lelaki jangkung bernama Jun nampak tidak peduli.

SHS High SchoolWhere stories live. Discover now