Sie vorgeschlagen ? (kau dilamar?)
***
Ify Pov
Aku memperhatikannya yang lagi tidur di samping ku begitu dalam. Mau bagaimana pun dia tetap tampan. Sampai aku tidak sadar kalau aku tersenyum sendiri menatapnya. Dia begitu imut jika menutup mata dan begitu kejam jika membuka mata. Aku menyukai tatapannya itu walaupun dia selalu memberikan ku tatapan tajam, ntah kenapa jantung ku selalu berdetak dengan kencang. Matanya yang berwarna hijau tua, aku sangat menyukai mata itu. Cukup memperhatikannya dari jauh saja sudah membuat jantung ku berdetak sangat kencang, ini aneh. Walaupun tawanya tidak ditujukan pada ku, aku rasa sudah cukup.
"apa kau sudah puas memperhatikan ku sedari tadi" aku langsung tersadar dari lamunan ku, kurasa pipi ku sudah memanas karena ketahuan memperhatikannya sedari tadi. Aku langsung buru-buru bangun dari tempat tidur ku.
Aku langsung menuju kamar mandi, sebelum itu aku sempat mendengarnya terkekeh. Mungkin aku salah denger, tidak mungkin dia terkekeh hanya Karena tingkah malu ku ini.
"kau memasak apa" tanyanya dari belakang ku.
"aku sedang memasak nasi goreng" ucap ku membelakanginya sambil memotong bawang kecil-kecil.
Aku tidak mendengar lagi jawabannya, mungkin saja dia sudah pergi ntah kemana. Tapi aku merasa bahu ku sedang menanggung berat. Aku merasa jantung ku berdetak sangat kencang kembali, dia meletakkan kepalanya dia bahu ku, sangat dekat sekali wajah kami. Aku merasa geli di leher ku karena rambutnya.
Aku mendengar dia mengendus-ngendus. Aku tidak tau dia mengendus apa, mungkin masakan ku. tapi aku salah dia malah mengendus leher ku. Aku tidak tahan, itu sangat geli. Cepat-cepat aku menyingkir darinya, berpura-pura mencuci tangan di wastafel.
"Merry Christmas"
Dia tersenyum tulus pada ku untuk pertama kalinya, sungguh manis. Aku menangis, aku tidak tau apa penyebabnya aku menangis. Walaupun rasa sakit ku masih tersisa karena dia menolak baju yang ku berikan padanya.
Tapi aku tidak pernah lupa dengan mata hijau tua itu, mata yang selalu berada dalam mimpi ku tiap malam. Mata yang sangat ku sukai. Aku sangat menyukai matanya. Mungkin aku jatuh cinta padanya karena mata hijau tuanya yang sangat indah.
"Ify Ify Ify"
Aku merasa pipi ku di tepuk-tepuk pelan seseorang, aku akhirnya tersadar. Aku mengerjapkan matanya beberapa kali. Setelah sadar, aku bangun dari tidur ku. ku lihat Via dan Ray dengan tatapan khawatirnya. Kepala ku masih terasa sakit, aku memijat kepala ku pelan. Mimpi itu selalu datang, aku tidak tau kenapa aku slelau memimpikan seseorang dengan mata berwarna hijau tua. Tapi aku tidak mengingat wajahnya, yang aku tau matanya saja. Aku sangat penasaran wajah yang selalu datang di mimpi ku. dan setiap kali aku memimpikannya kepala ku selalu sakit.
"Mutter nggak apa-apa?" Ray langsung memeluk ku dengan erat.
Aku tersenyum sambil mengelus punggung Ray. "nggak" ucap ku.
"syukurlah kamu sudah bangun, kami khawatir banget" ucap Via.
Aku memandang sekitar ku, aku teringat kalau tadi kan ada Rio dan teman-temannya, tapi kenapa tidak ada Rio lagi dan teman-temannya tadi. "dimana Rio?" tanya ku.
"tante Via mengusir mereka Mutter" ucap Ray dengan mengerucutkan bibirnya.
"kenapa Vi?" tanya ku sambil mengernyitkan.
"Rio membuat mu pingsan, aku nggak suka dengannya" ucap Via dengan wajah ketidaksukaannya.
Aku hanya diam saja tidak menjawab. Aku masih bingung dengan apa yang dikatakan Rio tadi. Aku sama sekali tidak mengerti, kenapa Rio mengatakan hal yang tidak di masuk akal menurut ku. Padahal setau ku, aku tidak pernah mengenal Rio secara dekat dan teman-temannya. Apa yang salah dengan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
{2} My Son (End)
Romance** kalau mau baca cerita ini, terlebih dahulu baca SORRY. Ini season keduanya.** #semogakaliansuka:)