Prolog

25 3 0
                                    

Jika esok tak kulihat lagi dirimu,
Aku akan berdiri dan membuat
Bayanganmu hidup dalam keabadian

˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚
Tatapan Caca menuju langit hitam, tempat burung-burung beterbangan yang seakan ingin menghidupkan malam. Mereka terbang dan memunculkan suara-suara khasnya, beterbangan ke sana kemari dengan bebasnya, dengan sayap lincah yang mereka punya, ya..... mereka bersuka cita.

Bibir Caca bergerak ke samping melihat itu semua, bisa-bisanya mereka bersuka cita di saat yang lain sedang terdiam dan terluka.

Akan tetapi, sedetik kemudian, Caca terpaku karena teringat sesuatu. Bukankah ia selalu seperti itu? Ia merasa senang ketika yang lain sedang bersedih, ketika hujan turun deras tanpa henti, yang menandakan ada bidadari sedang bersedih.

Kepala Caca menunduk dan berhenti menatap langit. Kepedihan itu belum juga hilang, malah semakin terasa menyesakkan. Tetesan air mata masih jelas pada wajah yang tak lagi berseri itu. Jari-jemarinya menghapus air bening yang terus-menerus mengalir dari matanya.

Ia ingin menghentikan air mata itu, tapi semakin ia menghapusnya, semakin banyak pula air mata itu mengalir. Mengapa air mata itu terus mengalir? Tak bisakah ia berhenti dan tidak membuat hatinya semakin sakit?

Kenapa harus seperti ini? Kenapa harus berakhir dalam keadaan seperti ini? Kenapa harus kamu? Dan kenapa harus aku? Kenapa semuanya menimpa kita? Apa ini adil untuk kita? Tak bisakah kita hidup seperti dulu? Kata Caca dengan pilu, ia tidak pernah merasakan sakit sesakit ini. Sakit yang membuatnya tersiksa dan juga bingung harus melakukan apa?

Caca menyandarkan kepalanya di jendela, penggalan-penggalan cerita masa lalu terus berputar dalam otaknya. Bisakah ia kembali pada masa itu? Karena ia tak sanggup menjalani masa-masa yang akan datang ditemani oleh rasa sakit, yang makin bertambah sakit bila teringat kembali betapa bodohnya ia menyia-nyiakan cerita indah itu.

Maafkan aku....
Setelah menghembuskan napas, perlahan ia berjalan ke arah lemari kecil yang berada di sebelah ranjangnya. Ia berjongkok dan membuka lemari tersebut. Semua barangnya masih tertata rapi di dalamnya, tapi hanya satu barang yang menyita perhatiannya. Diary

Ia mengambil buku diary itu dan membuka-buka halamannya. Diary itu adalah saksi bisu akan sebuah cerita, rasa, dan isi hatinya.

Ia tersenyum, merengut, tertawa kecut, dan juga meneteskan air mata ketika membaca tulisan di dalam diary itu. Dan tepat pada tulisan terakhir, air matanya kembali menetes hingga membasahi diary itu.

Aku bingung dengan keadaan ini, bingung dengan sikapnya, dan bingung dengan semua yang terjadi. Bukankah ini yang aku harapkan? Tapi kenapa begitu menyakitkan?

Caca berhenti membaca, lalu menutup matanya untuk menenangkan dirinya.

Aku merasa sia-sia menunggunya, tapi hati kecilku selalu berkata bahwa aku harus menunggunya. Kenapa aku menjadi seperti ini? Kenapa aku menjadi lemah seperti ini?

Air mata Caca menetes lagi dan lagi. Memang dulu ia sempat meragukan tentang kesetiaan Nicho, tapi sekarang? Apa masih tersisa? Dan apakah masih perlu?

Caca membuka lembaran baru dalam diary-nya, menerawang jauh melewati jendela kamarnya, lalu mengambil bolpoin dalam sela-sela lembaran. Tangannya mulai bergerak mengikuti kata hatinya.

Dari sudut mana aku harus terucap?
Aku tidak sanggup mengeluarkan suara. Aku hanya diam
ketika mereka menyebut namamu....

Tak bisakah ini hanya mimpi?
Tak bisakah aku bangun dan menatapmu?
Karena kini aku telah mengetahui bahwa kamu adalah
kamu,
bahwa kamu adalah waktu yang terlewat.
Seandainya, waktu tak berlalu....

Maaf......maaf karena aku telah membuatmu masuk dan
terjebak dalam rasa ini. Perasaan yang kuyakin tak pernah
salah.
Walau waktu telah menjauhkanmu....

Mengenalmu.....
Bersamamu.....
Kamu yang terhebat

Tangan Caca berhenti menulis, ia membaca apa yang di tulisnya.
Mengenalmu...... Bersamamu...... Kamu yang terhebat. Ya, Nicho memang hebat. Jika tidak, mana mungkin ia menjadi seperti ini.

*********

Hallo??? :):):)
.
Selamat membaca ya
.
Saran? Vomment?
.
.
Salam #anindya68:*:*({})

Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang