Part 3

19 6 0
                                    

Pria itu berdiri memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang dari tempatnya berdiri. Matanya menatap satu per satu gedung-gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Kedua tanggannya di masukkan di dalam saku celana yang di kenakannya. Pria itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Beban yang di pikulnya bagaikan tali yang siap mencekik lehernya kapan saja. Seolah-olah beban itu tidak pernah ada habisnya.

Tokk..tokk..tokk..

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Dia lantas berbalik dan menyuruh orang yang di luar sana untuk masuk.

" Ada apa? Apa ada informasi baru?." Tanyanya pada orang di hadapannya.

" Tidak ada tuan. Saya hanya ingin memastikan kalau tuan hari ini ada pertemuan dengan pihak dari Landes group siang nanti untuk membahas kelanjutan dari kerjasama kemarin." Ujar pria berkepala plontos itu.

" Baiklah, terima kasih sudah mengingatkan saya. Lagi pula Linda juga sudah memberitahu saya. Lalu bagaimana dengan perkembangan kasusnya? Apa ada kemajuan?."

" Maafkan saya tuan. Saya hanya ingin mengingatkan tuan jikalau tuan melupakannya. Sejauh ini belum ada tuan. Detektif yang tuan sewa belum menemukan barang bukti yang baru. Kalau begitu saya permisi dulu." Pria berkepala plontos itu kembali bersuara lantas meminta izin pergi.

" Ah iya, Roi saya mau kamu cari tau tentang gadis yang saya temui di Landes group kemarin. Dan satu lagi, besok-besok kamu ubah gaya bicara kamu. Itu terlalu sopan untuk saya. Ya sudah kamu boleh pergi." Perintah pria itu pada Roi, orang kepercayaannya.

" Baik tuan. Akan saya cari tau. Kalau begitu saya permisi dulu." Ujar Roi berbalik dan meninggalkan pria itu.

Setelah kepergian Roi, orang kepercayaannya, pria itu mulai meneggelamkan dirinya dalam kubangan angka-angka yang tertata dengan indahnya di dalam map biru tersebut. Mata dan tangannya meneliti satu persatu deretan angka-angka itu. Lama dia tengelam dalam dunianya, tiba-tiba sosok gadis tomboy yang di temuinya kemarin melintas begitu saja di benaknya.

Gadis yang di temuinya itu terlihat buru-buru belum lagi penampilannya yang acak-acakan di tambah sendal jepit yang di gunakannya hanya sebelah. Pria itu lantas tersenyum menginggat gadis yang di temuainya kemarin itu. Semenjak kepulangannya dari Landes group, pria itu tidak henti-hentinya memikirkan gadis tomboy itu. Bahkan saat pertemuannya dengan pihak Landes group berlangsung, dia sama sekali tidak memperhatikan dengan baik.

What happend to you Adrian? Kenapa gue jadi kepikiran tuh cewek melulu. Sadar Adrian! Sadar! Ujar batinnya.

☆☆☆

Bayangan Rafa selalu berputar-putar memenuhi otaknya. Alin bahkan tidak berkonsentrasi dalam mengerjakan quiz dadakan yang di berikan Pak Toni pagi ini. Setelah proses perkuliahan selesai, Alin dengan buru-buru meninggalkan kampus.

Alin melangkahkan kakinya memasuki apartement berukuran cukup besar itu. Matanya menyapu dengan liar isi apartement Rafa. Semuanya masih sama seperti empat tahun yang lalu, tidak ada yang berubah dari tempat itu. Kakinya kemudian menuju sebuah ruangan di sudut apartement itu. Membuka pintunya dan masuk ke dalam. Matanya menagkap sebuah frame kaca di atas meja kerja Rafa yang berisi foto dua pasangan kekasih yang sedang tersenyum lebar ke arah kamera di dalam ruangan itu. Alin tersenyum kecut. Setetes kristal bening mulai menghiasi pipi mulusnya.

" Hikss..aku kangen kakak." Ujarnya seraya menagis pilu. Rasa sesak yang sedari tadi di tahannya kini megguak bagaikan bongkahan es yang telah mencair.

" Kakak tega. Kenapa kakak ninggalin aku? Aku salah apa kak? Jawab aku?." Alin kembali berujar sangat lirih.

Bayangannya bersama Rafa kembali muncul. Alin maju selangkah, tangannya mengambil frame foto yang berisi wajah pria yang sangat di rindukannya. Alin mengecup pelan gambar di dalam frame itu, lalu memeluknya erat sambil bercucuran air mata. Kakinya tidak kuat lagi menopang beban tubuhnya, perlahan Alin menjatuhkan badannya di pinggir meja itu. Meja yang sering di gunakan Rafa, tunagannya untuk mengambar sketsa bagunan-bangunan rancagannya.

(AALS 2) KaralinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang