Part 2

23 6 0
                                    

" Aku dan kamu. Kita di takdirkan untuk bertemu. Tapi kita tidak di takdirkan untuk bersama."

_Karalina Ravina Landes_

☆☆☆

Langit di sore itu tampak indah. Deburan ombak menyapu indah bibir pantai. Burung-burung yang berterbangan berlomba-lomba menuju sarangnya. Angin yang sejuk menambah ke indahan sore itu. Di sana. Di vila milik keluarga Evzen mereka saling menatap satu sama lain, berpegangan tangan dalam indahnya suasana sore hari. Di temani langit yang berwarna jingga. Mengucap janji untuk bersama.

" Maukah kamu menjadi pendamping hidupku untuk selamanya. Membangun masa depan yang cerah bersamaku. Dan Kita akan selalu bersama. Forever."

Ujar pria itu berlutut di hadapan gadis cantik itu seraya memasangkan cincin berlian itu pada jemari gadis cantik itu. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya. Setetes krisal bening itu terlihat menghiasi pipinya. Pria itu kemudian berdiri dari posisinya lalu mencium kening gadis cantik itu. Menariknya ke dalam pelukannya.

" Ya. Kita akan bersama. Forever."

Gadis itu berkata seraya melepaskan pelukannya. Memandangi wajah pria yang di cintainya. Lantas gadis itu kembali memeluk pria itu dengan erat. Seakan-akan pria yang di cintainya akan pergi meninggalkannya untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi.

Pria itu melepaskan pelukannya. Mengandeng tangan gadis cantik itu menuju mobilnya. Membukakan pintu mobilnya untuk gadis cantik itu. Mempersilahkannya masuk dan menutup pintu mobilnya. Pria itu lantas berlari memutari mabilnya dan membukakan pintu mobil lalu masuk ke dalamnya. Pria itu duduk di kursinya. Dia mulai menghidupkan mesin mobil. Perlahan mobil yang mereka tumpangi meninggalkan vila keluarga Ananta Putra Gurpinan.

" Kamu suka cincinnya?." Tanya pria itu memandang gadis yang duduk di sampingnya dengan senyum.

" Hmmm..aku suka banget. Makasih ya cincinnya. Dan makasih juga buat lamarannya. Ini hadiah ulan tahun aku yang paling indah." Jawab gadis cantik itu menatap pria di sampingnya dengan senyum bahagia.

Tak berapa lama mereka saling menatap, tiba-tiba saat melewati belokkan, dari arah berlawanan datang sebuah mobil yang berbelok memuta arah.

" Kak Rafa awas!!." Teriak gadis itu memperingati.

Rafa, pria itu lantas membanting stir ke arah kanan. Rafa kemudian menginjak rem mobilnya dalam-dalam. Tapi sayang, rem mobil Rafa tiba-tiba blog. Rafa ke sulitan mengendalikan laju mobilnya. Tiba-tiba sebuah truk dari arah belakang menghantam badan mobil Rafa dari belakang dengan sangat keras.

Brakkkk..

Suara mobil yang bertabrakan menyelimuti jalanan itu di sore hari.
Kepala gadis itu terpental ke depan membentur dashboard dan tidak sadarkan diri. Sedangkan Rafa badannya terpendal ke luar mobil. Dengan sisa tenaga yang di milikinya, Rafa berjalan terseok-seok menuju mobilnya. Rafa membuka pintu mobilnya, melepaskan seatbel dari tubuh gadis cantik itu dan mengendongnya ke luar mobil.

" Sabar ya Alin sayang. Kakak akan menyelamatkan kamu." Ujar Rafa menatap Alin, gadis yang di cintainya dengan mata yang sayu berjalan menjauhi mobilnya.

Rafa membaringkan Alin di atas rumput di seberang jalan. Matanya sudah tidak kuat lagi untuk di buka. Kepalanya terasa sangat sakit. Sekujur tubuhnya di penuhi luka. Darah segar mengalir dari pelipisnya yang terbentur dengan keras. Perlahan kesadaran Rafa mulai menghilang.

Rafa terjatuh di samping Alin dan mengengam tangan Alin dengan erat. Sebelum Rafa benar-benar kehilangan kesadarannya sepenuhnya, dia memandang Alin, mengecup kening Alin untuk terakhir kalinya. Mata Rafa telah terpejam sepenuhnya. Warga sekitar yang melihat kejadian itu berbondong-bondong mendatangi lokasi kejadian.

(AALS 2) KaralinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang